0.9 : Masa lalu jennie

2.1K 275 35
                                    

Selamat sore, eperibadih.
Gimana puasanya hari ini ?
Lancar kan ?

Sekedar peringatan, kali ini partnya mengandung bulan hitam sebagian, tapi ga terlalu vulgar-lah.
Masih rate normal kok, belum legend.
Hahaha.

Kalau tak sanggup, mending bacanya setelah berbuka, ya.







Setelah mengantar jisoo, jennie pergi ke perusahaannya, karena hari ini ia memiliki jadwal pemotretan bersama rose.
Jennie memasuki ruangan pribadinya, mempersiapkan kamera dan hal lain yang akan digunakannya nanti, sesekali ia melihat sebingkai fotonya bersama jisoo, tersenyum bahagia.
" Aish, aku sudah merindukanmu, chu. " kekehnya raih bingkai itu, memeluknya sekilas dan meletakkan kembali di meja.

Tok ! Tok !

Suara ketukan ringan membuat jennie menoleh sekilas ke daun pintu, menyimpan kameranya ke tas dan mendekat ke arah ketukkan.

Cklek.

Jennie membeku di tempat saat ia melihat sosok tamu dadakan itu. Tanpa persetujuan jennie, sosok itu langsung menerjang jennie dengan pelukan super erat, menenggelamkan seluruh wajahnya di dada jennie. Mencari kenyamanan yang sudah lama ia rindukan.

Jennie yang mendapat terjangan itu hanya diam membisu, ia masih dapat merasakan debaran yang telah lama ia kubur dalam-dalam di dalam dirinya. Ia masih enggan membalas pelukan dari wanita cantik ini.

" Aku merindukanmu, by. " bisik wanita itu lirih, meremas lengannya jennie , mengatakan bahwa ucapan benar-benar nyata.

" U-unnie ini tidak baik. " sebisa mungkin jennie menjawabnya, bagaimana pun juga ia pernah jatuh cinta pada sosok ini.

Wanita itu menggeleng, " Kau yang memaksaku, by. Kau jahat. " mengabaikan perkataan jennie yang tadi, wanita itu masih meluapkan semuanya.

Jennie menarik tubuh mungil wanita itu untuk masuk ke dalam ruangannya, mengunci rapat-rapat. Kali ini ia coba merenggangkan pelukan, menghapus air mata yang sudah membanjiri wajah dewinya.
" Hyun, bukankah kita sudah membahas ini sebelumnya ? Seulgi unnie mencintaimu. " Ia sedikit menunduk untuk menyamakan posisi, memberi senyum getir.

Wanita itu mendongak, menyerang bibir jennie, melumatnya ganas seperti tidak ada lagi hari esok. Ia merapatkan dadanya ke dada jennie, memeluk semakin erat leher untuk memperdalam ciumannya.

Jennie pun terbuai, ikut membalas ciuman yang sudah lama ia rindukan, melumatnya lebih ganas, bahkan ia membalikkan tubuh wanita itu hingga merapat ke dinding ruangan. Ia meremas pinggang wanita itu, membuat wanita itu mengerang nikmat. Merasa pasokan udara menipis, jennie melepas cumbuannya di bibir wanita itu.
" Lagipula kita sudah memiliki kebahagiaan masing-masing, kan ? " ia memberi alasan lainnya, ia sudah memiliki jisoo dan irene juga sudah memiliki seulgi.

Wajah irene masih memerah akibat ciuman jennie tadi, " Tapi, aku tidak mencintai seulgi. " ia menjawab lirih, mencengkram kuat kerah baju jennie.

" Namun, aku sudah mencintai jisoo. Kau tahu itu, kan ? "

Cengkraman irene semakin kuat seolah-olah mengatakan bahwa dirinya tak mau mendengar jawaban jennie barusan.
" Kau menyukai jisoo karena wajahnya mirip denganku. Aku benar, kan ? " ia memberi asumsi yang selalu ada dibenaknya.

Jennie tersenyum, membiarkan irene mencengkram kerahnya.
" Itu tidak benar, hyun. Kalian memang cukup mirip. Tapi, yang harus kau tahu adalah aku mencintai jisoo apa adanya. Aku mencintai jisoo tulus dari hatiku. Tidak ada kepikiran untuk menyama-nyamakan dirimu dengannya. Kamu adalah Bae Joohyun, kekasih pertamaku. Dan, jisoo adalah Cinta sejatiku. " Ia menerangkan cukup detail.
" Bukankah kau sering melakukan seks bersama seulgi unnie ? Apa itu tidak cukup menerangkan bahwa kau juga menyukainya, heum ? " lanjutnya lagi bertanya.

Kim, I L UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang