Rainbow After The Rain

3.7K 355 52
                                    

Krist keluar lift dengan sangat terburu-buru karena ia sudah terlambat datang ke tempat makan malamnya bersama sang suami. Mereka sepakat untuk menikmati dinner di salah satu rooftop bar tak jauh dari Blair. Tangannya sibuk mencari kunci mobil yang seingatnya tadi sudah ia siapkan sembari berjalan ke arah dimana mobilnya terparkir. Tetapi saat dirinya sampai, ia belum juga menemukan apa yang ia cari. Krist cukup frustasi karena sudah satu jam Singto sampai ke tempat itu sementara ia masih berkutat dengan orang-orang lambat di ruang rapat. Jika saja dirinya tak menginterupsi dan menegur agar rapat yang bertele-tele itu cepat diselesaikan, mungkin Singto akan menunggunya lebih lama lagi.

Tak ada pilihan lain, Krist sepertinya harus memesan taksi di lobi kantor karena untuk sampai ke ruang kerjanya di lantai dua puluh dan mengambil kunci yang sepertinya ia letakkan lagi dimeja saat menerima telepon dari Singto akan banyak memakan waktu, lebih efektif jika ia naik ke lobi dan pergi menggunakan taksi. Toh dari basement tempat mobilnya terparkir hanya butuh naik tiga lantai saja. Krist kembali menuju lift untuk secepatnya meninggalkan kantor, tetapi saat langkah cepatnya hampir sampai sebuah mobil tiba-tiba berhenti tepat di depannya.

Beruntungnya Krist memiliki refleks yang bagus karena ia bisa saja menabrak mobil itu dan berakhir dengan naas. Krist sungguh sedang dalam kondisi mood yang tidak stabil, kekacauan rapat yang diadakan beberapa menit lalu, belum lagi dirinya yang sudah terlanjur janji pada Singto dan harus datang terlambat menambah daftar kekacauan emosinya malam ini. Dan sekarang dengan kurang ajarnya seseorang menghadang jalan seenaknya saja, Krist hanya berdiri angkuh menunggu si pemilik mobil turun dan berhadapan dengannya.

Saat pintu mobil terbuka dan memperlihatkan seseorang, Krist tetap berdiri santai sembari memasukan kedua tangannya ke saku celana, sepertinya dia akan membutuhkan waktu lebih lama untuk bertemu Singto karena harus menghadapi pria di depannya. Krist mengeluarkan ponsel miliknya dan segera menghubungi sang suami.

"Sepertinya aku tidak bisa datang untuk makan malam bersamamu sayang" Ucap Krist saat panggilannya dijawab Singto.

"Auu... Kau ada masalah di kantor?" Suara diseberang sana terdengar khawatir.

Mata Krist tetap tertuju pada orang di hadapannya walau sedang berbicara dengan Singto.

"Entahlah, aku belum bisa memastikan apa ini akan menjadi masalah atau tidak, tetapi kau tenang saja Phi, aku akan kembali ke rumah secepatnya"

"Hhhh... Baiklah, aku akan memesan makanan untuk kita makan di rumah, jangan terlalu lelah bekerja"

"Ne Yeobo, saranghae"

Krist tersenyum menutup panggilannya, hanya mendengar suara Singto saja hatinya mendadak hangat dan siap menghadapi masalahnya kini.

"Ck.. Ck.. Ck.. Kau hampir saja melukai anakmu sendiri pa, bagaimana caranya kau menghadapi mama dan suamiku jika apa yang kau lakukan membuatku celaka?" Krist berjalan mendekati ayah tirinya dan bersandar pada mobil pria itu "Apa kau siap menjadi kaum marginal jika mama menceraikanmu karena kau dengan lancang mengusik anak kesayangannya ini? Hmm?"

Achira mulai geram menghadapi anak tirinya itu. Sejak menikah dengan sang istri, ia memang tak suka Krist ikut bersama mereka, ia selalu berharap ayah anak itu mengambilnya dan pergi sejauh mungkin. Tetapi istrinya yang memang tak bisa jauh dari sang anak membuat Achira suka ataupun tidak pada akhirnya menerima kehadiran Krist. Saat Krist memutuskan pergi dari rumah dan hidup mandiri, ia begitu bahagia karena sang istri akan seratus persen menurut padanya, jika Krist masih berada di tengah-tengah mereka, anak tirinya itu terlalu ikut campur apa yang menjadi kehendaknya.

"Aku ingin bicara" Ucap Achira dengan wajah yang tak bersahabat sama sekali.

"Silahkan saja, tidak ada yang bisa melarang seorang papa berbicara pada anaknya" Sarkas Krist.

You Are YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang