Satu

1.4K 95 13
                                    

“Kita butuh buah-buahan dan.. kayu manis.”

“Kita beli sosis lagi?”

“Kita sudah membeli kayu manis.”

“Ah.. sudah beli?”

“Kita sudah membeli wine juga.”

“Kita memakai banyak sosis semalam.”

“Tidak, kita masih memiliki banyak sisa yang disimpan pada Ice box.

“Ah.. benarkah?”

“Tapi untuk dagingnya, apakah kita akan terus memakan daging saja?”

“Daging aku suka.”

“Kita memerlukan banyak daging lebih dari yang kau kira.”

“Benarkah? Haruskah kita membeli ayam?”

“Ayam? untuk apa?”

“Untuk teman selfie.”

“Hah?”

Senyum tipis terukir saat samar Kim Namjoon mendengar percakapan membernya yang saling bersahutan.

Tujuh. Sudah tujuh tahun mereka hidup bersama terhitung semenjak masa debut menjadi idol dikurangi tahun bersama saat training, adalah waktu yang sangat cukup bagi dirinya untuk terbiasa mendengarkan segala macam percakapan random yang keluar dari para member sehidup sematinya itu.

Memandang gerumbul berisi enam orang tersebut, Kim Namjoon menyadari dengan sangat bahwa mereka saat ini sedang berada di puncak karir mereka.

Tak terhitung berapa banyak jumlah air mata, keringat, dan darah yang mereka keluarkan hingga akhirnya mereka sampai pada titik ini. Bersyukur, ya. Itu hal yang pasti.

Masing-masing dari mereka telah memiliki komitmen diri yang kuat dengan tetap berkerja keras sampai waktunya bagi mereka untuk memelankan laju sayap, mengatupkan dengan perlahan, hingga mendarat pada puncak ranting pohon tertinggi dengan senyum kebanggaan.

Kesuksesan ini pula yang membawa mereka bisa sampai di New Zealand. Salah satu negara adidaya yang tak patut untuk di hiraukan. Terhitung untuk tujuh hari kedepan dan ini sudah menjadi hari kedua bagi mereka diberi kesempatan menghabiskan waktu liburan di salah satu tempat terindah di muka bumi tersebut.

Tinggal lima hari tersisa, dan mereka berjanji akan benar-benar membahagiakan diri sampai akhir masa liburan. Maka dari itu, disinilah mereka saat ini. Di sebuah supermarket yang menjadi saksi bisu betapa gaduhnya mereka mempersiapkan kebutuhan untuk camping nanti malam.

“Haruskah kita membeli sayuran untuk membungkus dagingnya, Hyung?” Tanya Namjoon pada Yoongi yang sedang memilih saus. “Ah, disini tidak menjual itu ya?” 

Ya, Tanya sendiri maka jawablah sendiri peranyaanmu Namjoon, Yoongi bahkan tidak meliriknya sama sekali.

Merasa tak memiliki teman untuk mengobrol, ia memutuskan untuk mendorong troli belanja dan pergi mencari sayuran yang ia inginkan. Memisahkan diri dari Yoongi yang masih sibuk dengan sausnya serta member lain yang sudah menyebar untuk mencari barang-barang yang mereka butuhkan.

Namjoon menyusuri bagian-bagian supermarket untuk mendapatkan sayuran yang ia inginkan dan hasilnya pasti tidak ketemu. Namjoon sudah faham jika endingnya akan seperti ini, ia hanya merasa berjalan mengitari supermarket adalah perbuatan yang jauh lebih baik daripada berdiri bak patung macan Dionysus disamping Yoongi.

Ketika pikirannya sedang di sibukkan oleh hal-hal tidak penting, tanpa sadar Namjoon menghentikan dorongan pada troli ketika matanya menangkap seorang gadis yang sedang berjinjit didepan rak minuman dengan jarak beberapa meter darinya. Gadis itu tampak sedang berusaha meraih botol minuman satu liter di bagian rak paling atas.

Sejenak Namjoon terdiam memperhatikan penampilan sang gadis, sudah jelas dari dress biru safir panjang dan kerudung warna senada yang dipakainya, gadis itu pastilah seorang muslim. Dan setelah beberapa saat termenung, kakinya tanpa ragu melangkah menghampiri sang gadis bermaksud untuk membantunya.

“Ah, terimakasih.”

Dengan aksen inggris yang baik, telinga Namjoon mendengar betapa lembutnya suara gadis yang sekarang berdiri dengan jarak setengah meter darinya. Gadis itu meraih satu botol yang diulurkan oleh Namjoon, meletakkan pada troli belanja di sampingnya lalu kembali matanya menatap tapat pada mata Namjoon.

Tepat saat itu pula detik serasa berhenti di dunia Namjoon. Ketika mata mereka saling bertemu pandang, ada suatu getaran asing yang terasa aneh di dadanya. Matanya indah. Sangat indah.

Detik terus berjalan dan Namjoon merasakan bahwa gadis dihadapannya ini seperti sedang berbicara sesuatu padanya namun tak ada satu katapun yang dapat ia dengar. Berusaha mengembalikan kesadarannya dengan kerjapan mata, perlahan suara gadis mulai terdengar ke telinganya.

“.. boleh?”

“Ya?”

Sungguh, Namjoon harap seseorang membenturkan kepalanya dengan benda tumpul, mengapa suaranya terdengar seperti keong bahkan di telinganya sendiri?

Namjoon semakin kalang kabut saat melihat ekspresi sang gadis yang terlihat tidak nyaman terhadapnya. Apa? Apa yang salah? Wajahnya baik-baik saja bukan? Dia tidak salah berkata bukan? Memangnya dia bilang apa?

“Apakah anda berkenan membantu saya mengambil enam botol lagi Tuan? Saya membutuhkannya.” Ujar sang gadis sambil tersenyum sungkan.

“Ah, with my pleasure.

Perkiraan Namjoon, gadis ini bukan orang lokal. Di lihat dari wajah dan aksen bahasa yang digunakan, Namjoon bisa menebak gadis ini adalah orang asia yang pasti sedang memiliki kepentingan di negara ini bisa berlibur atau sedang melakukan pekerjaan.

Haha, seharusnya dia berhenti saja menjadi idol dan menggantikan peran utama Sherlock Holmes, karena kadang ke sok-tahuannya bisa membuat jengkel diri sendiri.

Dengan cekatan tangan Namjoon meraih botol dan memindahkannya pada troli sang gadis sesuai jumlah yang diminta. Dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia berharap dengan sangat agar alam bisa menjeda pekerjaan dewa kehancuran pada tangannya satu kali ini saja.

Namjoon tidak ingin menanggung resiko malu didepan gadis ini dengan menjatuhkan botol hingga pecah atau hal apapun yang kerap terjadi jika tangannya sudah berulah.
Tidak, Kumohon.

Dan harapannya terkabul.
Botol minuman sesuai permintaan telah mendarat dengan baik di tempat yang di inginkan, menghasilkan senyuman sang gadis terkembang kian menambah getaran di sekujur tubuhnya terutama bagian dada.

Namjoon tidak boleh terlihat gugup, ia harus melakukan atau mengatakan sesuatu untuk mengalihkan rasa gugupnya.

”Anda akan melakukan perayaan atau memang hanya sekedar belanja bulanan?”

Sok kenal. Namjoon tidak akan menyalahkan gadis ini jika ia tiba-tiba kabur darinya. Orang bodoh mana yang sok akrab bertanya hal pribadi pada lawan jenis di pertemuan pertama? Perkenalkan, nama orang bodoh tersebut Kim Namjoon laki-laki dari Ilsan. Pergi kemana sopan santunnya? Sudah sok tahu, sekarang ditambah sok ingin tahu.

Namun sepertinya alam sedang berada di pihaknya, sambil tetap tersenyum gadis itu sedikit menelengkan kepalanya membalas pertanyaan Namjoon tanpa ada nada keberatan.

“Kami akan melakukan camping.”

Oke cukup. Dia bilang kami, tidak perlu bertanya jumlah atau siapa 'kami' yang diucapkannya Namjoon, atau kau akan menambah gelar ke sok-an mu. Dia tidak butuh sesi wawancara.

Jadi laki-laki keren, jangan gugup. Lakukan sebagaimana kau menghadapi penggemar mu diluar sana, hanya cepat balas senyumannya dan mengangguklah, setelah itu selesai. Segera pergi dari tempatmu, lekas cari Jung Hoseok agar kau bisa meletakkan kepalamu diketiaknya. Siapa tahu keringat dingin yang muncul di keningmu bisa berubah menjadi hangat.

Sebelum Namjoon melakukan hal yang sudah tersusun di kepalanya, suara gadis itu kembali mengalun untuk mendapat perhatian.

"Terimakasih sekali lagi Tuan, dan semoga harimu menyenangkan”

Namjoon bersumpah ia tidak akan pernah melupakan sepasang mata indah dan segaris senyuman itu dalam hidupnya.

[]

I Got You [Kim Namjoon] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang