Tujuh

514 62 10
                                    

Hari ke enam di New Zealand.

"Aku tidak mengerti, Hyung."

Namjoon menundukkan kepalanya memandangi bulatan salju yang baru saja di buat setelah ia lelah dengan permainan perang bola salju bersama Jimin, Jungkook dan Taehyung.

Dengan kaki panjang yang sengaja ia selonjorkan, tangannya secara acak meremat remat bongkahan putih tersebut hanya untuk mengalihkan pandangan dari tatapan Kim Seokjin disampingnya.

"Kenapa?" Tanya Seokjin pura-pura tak mengerti arah pembicaraan Namjoon. Sambil menompangkan kedua lengan pada lututnya, ia melihat Yoongi berada sedikit jauh beberapa meter dihadapannya sedang mencicipi salju yang ketika di atas helikopter tadi disebut mirip dengan *patbingsu.

(Es serut Korea.)

Seokjin cukup mengerti bahwa adiknya satu ini sedang dirundung perasaan istimewa beberapa hari belakangan. Ia hanya tak ingin memulainya terlebih dulu.


Namjoon bukanlah sosok laki-laki yang dengan lugas dapat mengutarakan perasaannya pada orang lain. Sedekat apapun orang itu dengannya, jika hatinya sedang tak ingin bicara maka ia takkan bicara. Dan Seokjin sudah kelewat hafal akan sifat tersebut.

Lalu sepertinya, saat ini adalah saat dimana hatinya tengah mencapai puncak pergolakan. Dibawah pancaran sinar matahari yang begitu cerah, ditengah hamparan salju dipuncak pegunungan selandia baru salah satu tempat yang masuk ke dalam daftar kunjungan liburan mereka, dapat Seokjin saksikan. Bagaimana Leader terbaiknya itu kini tengah menunduk dengan wajah keruh tak terbaca.

"Disini.. sungguh aneh." Ucap Namjoon sambil menunjuk dadanya.

Pandangan matanya menerawang jauh ke arah member lain yang tengah asyik bermain salju layaknya anak usia tujuh tahun yang dilepas di taman bermain. Untuk sesaat hatinya menghangat melihat senyum bahagia yang muncul di setiap celah bibir orang-orang yang paling berarti untuknya itu, namun begitu teringat akan sebelah hatinya yang lain, ia merasakan kebimbangan yang luar biasa menohok.

"Kau, benar-benar menyukainya? Kinan?"

Namjoon berani bersumpah demi apapun, bahwa hanya sekali ia pernah menyebut nama Kinan itupun hanya ketika di depan Jung Hoseok tapi entah bagaimana caranya seluruh member seakan sudah sangat familiar dengan nama tersebut.

"Kurasa, ya."

Namjoon menghembuskan nafasnya kasar sebelum melanjutkan dengan nada bimbang sarat akan kefrustasian.

"Aku tau, sangat tau bahwa sekarang adalah saat yang tidak tepat untuk kita memiliki perasaan semacam ini, bisa juga ini hanyalah perasaan sesaat yang akan hilang tergerus oleh waktu ketika kami sama sekali tidak saling bertatapan wajah atau bahkan di detik ketika kita sudah kembali ke Korea. Disaat musik dan progress masadepan adalah hal nomor satu yang harus diutamakan, aku justru lengah dengan hatiku dan membiarkan perasaan semacam ini masuk. Aku tau ini bisa menjadi dampak buruk untuk kita, aku tau tak seharusnya aku begini, dan aku tau aku tak profesional, aku tau Hyung." Namjoon semakin melirihkan suaranya.

".. aku tau, tapi sebagian diriku tak ingin menghentikannya, aku tak mau melepasnya."

Seokjin melihat bagaimana kepala itu tertunduk sangat dalam. Laki-laki yang biasanya menegakkan kepala dengan penuh kharisma dihadapan banyak orang, laki-laki yang memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi dan mampu mempimpin 6 orang hingga mencapai puncak kesuksesan yang membanggakan itu kini tengah menyerah dengan bentrokan perasaan dalam hati.

I Got You [Kim Namjoon] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang