The magical time is coming, come to the magic shop. Take off your mask and open your eyes
Adalah diriku sendiri yang pada akhirnya sadar.
Bahwa Namjoon yang memiliki hati baik, menerima banyak benci.
Bahwa Seokjin yang begitu percaya diri, menyembunyikan banyak luka.
Bahwa Yoongi yang terlampau cuek, menyimpan cerita paling memilukan.
Bahwa Hoseok yang memiliki tawa paling menggelegar, menutup teriak tangisnya.
Bahwa Jimin yang tersenyum begitu manis, mengesampingkan banyak air mata.
Bahwa Taehyung yang terkekh lucu, membawa kesakitan hati yang teramat sangat.
Bahwa Jungkook yang terlihat paling kuat, menyimpan kesakitan yang teramat dalam.
Mereka dengan luar biasa menutup segala rumpang tanpa bimbang. Karena menjadi baik-baik saja adalah hal paling utama yang harus dilakukan untuk menyikapi dunia.
Biarkan cerita tentan luka kusimpan barang sebentar. Aku butuh rehat sejenak dari realita. Biarkan jiwaku tenggelam dalam fiksi belaka. Membiarkan segenap lara ku kubur barang sedetik lalu kuganti dengan tawa bersama mereka.
"Tutup matamu, lalu telisik hatimu. Temukan pintu menuju Magic Shop, kau tak akan menyesal."
Aku menurut. Benar-benar menelaah seluruh sudut hatiku, yang tergelap sekalipun. Lalu disudut terkecil dan terdalam, aku menemukannya. Sebuah pintu usang nan asing yang tak pernah terjamah sebelumnya.
"Pertama, percaya pada dirimu sendiri, itu kuncinya."
Perkataan Namjoon petang itu terngiang di telingaku saat aku melihat lubang kunci pada pintu itu.
Aku termenung, lalu meyakinkan hati seutuhnya bahwa aku percaya pada diriku sendiri.
Aku bisa, aku hebat, aku luar biasa, aku–
"I trust my self."Cklek!
Pintu berderit terbuka, aku kemudian disambut oleh cahaya yang menyilaukan retina. Setelah itu yang terjadi adalah gelap.
Aku tak sadar, dan tak ingat apapun. Tiba-tiba saja aku sudah berada di sebuah ruangan, lalu diujung depanku terdapat sebuah loket tiket jadul dengan lampu yang redup lengkap dengan sesosok misterius;
Jubah hitam dan topeng putih.
Keningku mengkerut bingung, tapi kakiku tak pelak melangkah ke sana hingga tiba tepat di depan loket itu dalam keadaan linglung.
"Beri aku ketakutanmu, akan kuberi kau kebahagiaan." Suara berat itu mendobrak gendang telingaku, aku menatap tak fokus, karna benar-benar clueless.
"Beri aku ketakutanmu, akan kuberi kau kebahagiaan." Ucapnya lagi.
"Aku— aku.. takut pada,"
"Aku takut pada— diriku sendiri. Aku takut pada hari esok." Ucapku kemudian dengan terbata.
Setelah itu hening, benar-benar tak ada lagi suara selain detak jantungku yang kacau.
Si misterius memberiku selembar polaroid dengan gambar hitam putih dan buram dengan sebuah note kecil nan usang dengan tulisan;
Find your name and find your voice by speaking yourself.
Aku menatap bingung, benar-benar tak mengerti. Tapi tak pelak pula mengambil dua benda itu.
"Kau boleh pergi." Ucapnya setelah hening yang cukup lama.
Aku berbalik pergi dan menuju pintu tadi lagi dengan langkah lambat.
Lalu aku pun kembali tersadar.
"Sudah menemukan dirimu?" Adalah suara Namjoon yang menyadarkanku bahwa aku sedang duduk di hamparan padang luas penuh rumput gajah dengan siraman sinar mentari hangat.
"Huh?" Responku.
Yang lain kemudian terkekeh geli.
••••
-tinggal satu part lagi sebelum ending:)
KAMU SEDANG MEMBACA
And then, i met them [SELESAI]
Historia Corta[SELESAI] Adalah tentang bagaimana aku menemukan mereka, lalu bercakap-cakap dalam lamunan tentang betapa berharganya tujuh malaikat tak bersayap itu.