3. Otot bukan segalanyaMentari pagi menyambutku
Burung-burung bernyanyi bahagia
Sinar jingga bertanda pagi tiba
Namun, ku sadar kau tak ada disisi ku
Entah aku yang berharap
Namun pagi ini begitu kelabu
Setelah kejadian mengenaskan semalam. Farrel datang ke sekolah dengan mata kendur karena kejadian itu membuatnya tak bisa tidur. Mata panda seperti itulah gambaran mata indah Farrel.
"Mata lo kenapa? Kayak panda pake seragam aja" Ucap Dimas menyambut kedatangan Farrel
"Lo pake eyeshadow dibawah mata, Rel? candaan Argi, teman yang dikenalkan oleh Dimas.
Farrel yang mengantuk, langsung duduk di sebelah Dimas,
"Dim, si Gorilla mana?" dengan nada ngantuknya
"Hah? Gua sekolah disini udah hampir 2 tahun, gak tahu tuh kalau kepala sekolah melihara gorilla "
"Itu si Dira, cewe sok pinter yang duduk di depan gua"
Dimas dan Argi tak kuasa menahan tawa,
"Hahaha, Oh jadi lo udah kenal"
"Iya jadi kemarin gua.."
Belum selesai Farrel bercerita, Dimas menyela sambil terus meledek
"Cieee, kemarin ngapain? Ngedate?"
"Udah ada panggilan sayang aja nih"
Mood Farrel saat ini lagi gak baik, mungkin karena cewe gila berprilaku gorilla semalam. Farrel yang menghela napas dan langsung pergi meninggalkan teman-temannya itu.
Dimas dan Argi hanya bisa bertatapan, sambil mengangkat bahu mereka
"Lo sih, Dim"
"Lo lah, kan gua canda doang elah"
Entah kemana Farrel akan pergi. Sepanjang jalan, Farrel terus menggerutu tentang temannya itu sambil membayangkan pristiwa buruk yang akan terjadi, jika Farrel dan Andira berpacaran. Bisa luka-luka badan atletis Farrel diterkam buasnya gorilla, kira-kira itulah pikiran ngeri di otaknya.
Tak sadar, ia mengelilingi semua koridor sekolah. Sekarang ia berada di koridor kelas XII. Walau sekolah favorit, disini budaya senioritas tetap masih berlaku. Tidak seharusnya, Farrel si anak baru sudah berani menginjakan kaki di koridor milik kakak kelasnya itu.
Bruukkk
Farrel tak sengaja menyenggol bahu seorang cowo yang merupakan ketua geng dari anak-anak berandalan di sekolah.
"Sorry kak" dengan gaya bicara yang mungkin bagi sebagian orang sedikit sombong.
"WOI, KALAU JALAN TUH PAKE MATA"
Terlihat bet nama Samuel melekat di seragam orang yang ditabraknya Farrel,
"Gua kan udah minta maaf" sambil menghampiri Sam, biasa semua orang memanggilnya begitu.
"Wah, nyari ribut nih anak" ucap Vero, salah satu anak berandalan sekolah, temannya Sam.
"Sini lo Bangsat" teriak Sam yang toxic
Perdebatan antara Farrel dan Sam menjadi pusat perhatian di koridor.
"Gua gak mau nyari ribut disini, apalagi sama lo" tangan Farrel yang menunjuk muka Sam
"SIALAN LO"
Tanpa basa-basi, kepalan tangan Sam tepat mengenai bagian pelipis Farrel sehingga membuatnya sedikit terdorong. Walau Farrel sebenarnya bisa berantem, tapi ia enggan membalas pukulan si brengsek tadi, karena Farrel gak mau dipindahkan sekolah lagi, oleh orang tuanya.
"Halah, cowo begini tuh udah gak punya otak, LEMAH lagi" desis Sam dengan penekanan di kata LEMAH.
Suasana semakin memanas. Kata-kata itu membuat emosi Farrel memuncak, ia mengarahkan kaki tepat di perut Sam. Tendangannya tadi membuat Sam sedikit kesakitan.
"Ayo Sam abisin aja" teriak siswa lain
"Farrel, kamu pasti bisa" teriak cewe-cewe alay yang menyemangati Farrel
"BANGSATT"
"TOLOLL"
Mereka saling pukul-memukul yang membuat muka mereka lebam. Terlihat Sam yang sudah terlatih dalam hal pertikaian sedikit lebih unggul. Farrel yang tak menyerah, menahan sakit dari setiap pukulan Sam.
Sam berhasil mendapatkan kuncian dari tubuh Farrel. Sekarang, Farrel tidak bisa apa-apa.
Ia hanya mengandalkan kata-kata dari mulutnya sebagai senjatanya.
"Gak malu berantem sama adek kelas?" sindir Farrel
Kata-kata itu membuat Sam kesal sehingga dia lengah. Saatnya kesempatan Farrel untuk membalas perlawanan dari tubuh Sam, yang sedikit lebih besar darinya. Karena muka Farrel dan Sam berdekatan. Ia memberanikan diri untuk membenturkan kepalanya ke kepala Sam.
"MAMPUS"
"AKHHH" bunyi yang keluar dari mulut Sam.
Walau kepala Farrel pening, namun ia dapat bebas dari kuncian Sam itu. Terlihat Sam yang memegangi kepalanya yang sedikit pusing juga.
Kini Farrel dan Sam berhadapan dengan jarak 7 lantai koridor sekolah. Pertengkaran Farrel dan Sam membuat satu sekolah heboh. Ya yang benar saja, Farrel yang masih baru sudah melawan pentolan, brandalan sekolah.
Andira yang baru datang dan langsung mendengar kabar itu dari Alya, tidak peduli. Ia malah ke perpustakaan untuk mencari materi pembelajaran hari ini.
"Hey, Ada apa itu?" terdengar suara milik Pak Dani, kepala sekolah.
Mereka tertangkap basah dengan bekas lebam hasil dari pertarungan tadi.
"Ikut bapak!" dengan nada marah Pak Dani
Semua siswa yang tadi menonton pun langsung kabur, kembali ke kelasnya masing-masing.
Kenapa ya Andira sebegitu tidak pedulinya dengan Farrel? Bagaimana kelanjutan nasib Farrel, Sam dengan Pak Dani di ruang kesiswaan sekolah?
"Kata kasar bukan untuk ditiru"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbaik
RomanceTentang sebuah pilihan antara perjuangan cinta dan harga diri ketika dunia tidak lagi berpihak kepada seorang fuck boy yang baru menemukan arti sebuah cinta