5. Mengejar
"Sam, Haduhhh kamu lagi kamu lagi"
"Ini juga, anak baru GAK ADA AKHLAK"
Ucap kekesalan Pak Dani melihat dua muridnya yang membuat keributan di lorong tadi. Tak habis fikir Pak Dani melihat kelakuan mereka.
"Sekarang, telepon orang tua kalian untuk datang kesini"
Orang tua Farrel pasti kecewa dengan perbuatan anaknya itu. Padahal mereka memindahkan sekolahnya dengan harapan Farrel tidak terkena kasus lagi.
Dengan terpaksa Farrel menelpon mamahnya di depan Pak Dani, Si kepala pelontos biasa anak-anak disini menyebutnya.
"Halo mah"
"Tunggu ya mamah lagi rapat" Telepon Farrel pun langsung terputus
Sekarang, Farrel menghubungi ayahnya. Walau dia tahu pasti ayahnya akan memarahi dan membandingkan Farrel dengan Alvin yang sudah kebiasaan orang tuanya, memuji Alvin yang selalu menjadi terbaik bagi mereka.
Telponnya sudah tersambung,
"Halo yah"
"Nanti ya ada klien ayah nunggu" Hal yang terjadi pun sama.
Karena orang tua sama-sama tidak bisa dihubungi. Pak Dani menyuruh orang tua baik Farrel maupun Sam untuk menemuinya besok pagi.
Sam yang selalu membuat masalah dan Farrel yang emang gak ada akhlak dari dulu itu menjadi perbincangan di sekolah, khususnya para lambe cabang kelas.
"eh pada tahu gak? Si ...."
"Iya, masa anak baru udah belagu"
"Samnya sok jagoan banget"
"Idih muka kek badak masih aja ributin Farrel"
Begitulah kira-kira perbincangan lambe-lambe kelas.
Sekarang, dia benar-benar terpuruk dan menyesal atas kelakuannya itu. Farrel kembali ke kelasnya sambil menunduk menahan malu.
"Rel, lo gapapa kan" Tanya Dimas yang khawatir
"Rel, lo gak ada luka kan?" Modus Alya yang memegangi pipi putih Farrel
Farrel hanya bisa pasrah terus memikirkan nasibnya jika orang tuanya tahu bahwa mereka dipanggil karena ulahnya.
Farrel terus berjalan tanpa semangat ke bangkunya,
"Inget ya otot tuh bukan segalanya" sindir Dira sambil membaca buku
"MAKSUD LO APA TADI!"
Farrel tak bisa menahan emosinya. Mata Farrel menatap tajam tanda dia tak suka dengan kalimat yang dikeluarkan dari mulut Dira.
Muka Dira yang tadinya jutek sekarang dahinya mengkerut. Gak biasanya Farrel membentaknya seperti itu. Mungkin karena emosinya yang sedang naik. Dira mematung, kepalanya menunduk ke bawah. Dia tak lagi fokus dengan bukunya.
Dimas dan Alya hanya saling tatap, melihat Farrel membentak Dira, lalu Farrel pergi ke luar kelas.
Saat aku di kegelapan
Kemana para bintang pergi?
Germerlap cahaya tak ada yang peduli
Lilin kecil saja pergi, tak simpati
Aku sedang ribut pada bayanganku
Butuh penyemangat untuk bangkit
Semangat bangkitku adalah kamu, Dira
Baru kali ini Dira merasa bersalah dengan seekor buaya itu,
"Al, kata-kata gua tadi parah ya?" dengan muka panik
"Udah bener kayak gorilla" Jawab Dimas
Farrel pergi ke lapangan untuk bermain basket dengan harapan kata-kata si Dira bisa hilang dari otaknya.
"Rel tunggu" Dira yang berlarian mengejar Farrel.
Farrel menengok ke belakang,
"Mau apa lagi?"
Baru kali ini juga lutut Dira bergetar ketika bertemu Farrel. Entah karena lututnya yang kurang oli atau timbul percikan cinta.
"GUA MAU MINTA MAAF SAMA LO" ucap berani Dira
Farrel langsung menghampiri Dira yang sedang grogi itu. Sekarang muka Farrel hanya berbeda dua jengkal dari Muka Dira yang panik. Alisnya turun, dahi ikut mengkerut .
"Lutut lo kenapa gemeteran?" tunjuk lutut Dira yang terus bergetar
"IHHH, Gua cuman mau minta maaf ya"
"Gak usah keGRan"
Apa ini sebuah rasa?
Baru aku rasakan kembali hadirnya
Tapi tak mungkin hati secepat ini memilih
Bimbang diiringi takut kecewa ikut hadir
Entah apa yang kurasa
Gimana nasib Dira yang dipertaruhkan?
Farrel akan memaafkan Dira?
Tunggu nextnya.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbaik
RomanceTentang sebuah pilihan antara perjuangan cinta dan harga diri ketika dunia tidak lagi berpihak kepada seorang fuck boy yang baru menemukan arti sebuah cinta