7. Kedatangan
Dear diary, sudahkah pulih? Sepertinya masih ada goresan kecil di hati, yang masih membuatku khawatir akan suatu keadaan. Rasa yang membekas membuat sayatan terlalu dalam.Terfikir akan bengisnya garis nasib yang kualami. Bertanya kapan habis berlalu masa ini bersama kenangan yang masih lekat di jiwa.
***
Ponselku berdering diantara kesunyiaan. Itu adalah pesan dari Daniel disana. Aku membaca pesannya yang berisi "Hai Dir, besok aku akan ke Indonesia." Aku harus bagaimana? Antara sedih atau bahagia menyambutnya hadir kembali di hidupku.
Dear diary, rasa menusuk akan hadirnya seseorang, kembali merajut kisah lama. Sebuah wisata masa lampau yang akan kujalani lagi bersamanya. Terlalu kecewa? Pasti ada. Namun ku harus berdamai dengan waktu. Berbaik sangka akan kelamnya nasib yang tlah digariskan. Kuharap begitu.
"Kamu kenapa Dir?" Tanya Amar, teman musikku. Dia melihat mukaku yang sedang murung dicampur khawatir itu.
"gapapa" jawabku
Aku tidak mungkin menceritakan hal ini kepada Amar. Aku nggak mau Amar ikut susah dalam masalahku. Walau sebenarnya dia adalah orang yang paling pengertian. Studio musik kecil ini menjadi saksi, bahwa Amar selalu menemaniku sepulang sekolah.
Amar berbeda sekolah denganku. Dia bersekolah disalah satu sekolah swasta di daerahku. Tempatnya berada di ujung jalan menuju sekolahku. Aku kenal dengannnya ketika kami bertemu di kontes musik. Sejak pertemuan itu, kami sering menghabiskan waktu libur bersama menonton konser. Musik adalah penyatu antara kami.
***
Hari ini Dira diantar pulang oleh Amar. Kebetulan arah pulang mereka berdua satu jalan. Sudah sering Dira dan Amar pulang bareng. Apalagi kalau mereka latihan sampai larut malam. Mana mungkin Amar tega menelantarkan gadis cantik yang memikat hatinya pulang sendiri.
"Dir, gua mau ngasih sesuatu ke lu" suara Amar yang sedikit malu
"Apaan? Kasih mah, kasih aja"
Amar mengambil sebuah barang yang ada di tasnya. Terlihat muka Dira yang memerah dan tingkah saltingnya mulai muncul.
"Nih Dir, Kaset kesenengan lo" Amar memberi sebuah kaset yang berisi lagu band kesukaan Dira
"Lo kok tahu, gua suka ini?" Sekuat tenaga Dira menahan rasa saltingnya
"Makasih ya"
"Dir, gua juga mau ngomong sesuatu ke lo"
"Dah yuk, nanti aja ngomongnya. Gua mau pulang" pungkas Dira yang sudah siap dibonceng Amar
Amar berharap setelah dia mengantarkan Dira. Ia bisa mengungkapkan sesuatu yang sudah lama terpendam. Semoga saja harapnya menjadi terkabul.
Sepanjang jalan, mereka asik bercanda dan sesekali Amar melihat paras pesona Dira dari spion. Sungguh indah.... Kadang terukir senyum Dira yang membuat Amar tidak fokus membawa motor.
Sekarang mereka sudah sampai. Dira segera membuka pagar rumahnya,
"Makasih ya Mar"
"Iya, sama sama Dir"
"Lo gak jadi ngomong kan ? soalnya gua cape banget"
"Gua ke dalem dulu ya" Dira langsung masuk ke dalam rumah, dan meninggalkan Amar.
(Farrel dan Dira sama-sama gak ada adab)
"Baru pulang kamu Dir?" Tanya ibu yang sedang merapihkan kasur di kamar sebelah
"Iya bu" Dira masuk ke kamarnya untuk beristirahat
***
Dear diary, sudah kau lihat? Betapa sayangnya ibu kepada Daniel walau hatinya sudah terluka. Apa aku harus memaafkannya? Atau malah makin membencinya? Bingung terasa menghantui jiwa kelabu. Sulit memilih keputusan karena sudah terlanjur kecewa.
Dira mengintip ke dapur. Nampak Ibu sedang mencoba memasak, menyiapkan masakan spesial untuk Daniel, bahkan kamar sebelah sudah rapi, siap dihuni oleh luka yang kembali hadir. Huhh...
Makin penasaran kan? Daniel? Amar?
Bagaimana perasaan Farrel setelah melihat Dira pulang bersama Amar?
Tunggu nextnya.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbaik
RomanceTentang sebuah pilihan antara perjuangan cinta dan harga diri ketika dunia tidak lagi berpihak kepada seorang fuck boy yang baru menemukan arti sebuah cinta