Bab 1 |> Awal Perjuangan

292 83 58
                                    

"Hati memang merasa nyaman dalam memendam, namun otak merasa tak tahan untuk menahan segala beban."

Happy reading!
Jangan lupa vote, comment & share!

....

Arsya tersenyum cerah saat melewati koridor sekolah yang tampak sudah ramai. Langkahnya terhenti didepan kelas 11 IPA 4. Dia memanjangkan leher, melihat kedalam kelas. Dengusan sebal keluar dari hidung gadis tersebut ketika orang yang ingin dia lihat tidak ditemukan.

Gadis itu kembali melangkah menuju kelasnya. Hanya beberapa meter, dia sudah berada didepan kelasnya sekarang. 11 IPS 1.

Arsya melihat Alena yang sedang berada dimeja guru dengan mata yang fokus pada jurnal kelas. Gadis dengan tahi lalat dekat matanya itu tampak memainkan jemarinya diatas meja.

"Udah jam segini belum pada dateng juga."

Bola matanya bergerak, medengus keras melihat keadaan kelasnya yang masih sepi, padahal jam sudah menunjukkan pukul 07:15. Harusnya dia sudah tidak heran, karena anak-anak kelasnya akan masuk jika bel sudah berbunyi.

"Oy Za, bagi PR sosiologi dong." Arsya mencolek lengan Yeza yang sedang bermain dengan ponselnya.

Tanpa banyak bicara, Yeza memberi bukunya pada Arsya. Cewek dengan rambut sebahu itu tersenyum cerah menerimanya.

"Sya gue belum bayar uang kas nih." Alena berteriak dari meja guru sambil melambaikan uang dua ribu ditangannya.

"Besok aja ah, gue lagi sibuk," kata Arsya yang membuat Alena mengucap syukur, karena uangnya tidak jadi terkuras.

"Assalamualaikum, All!" Suara Lita yang khas, membuat seluruh penghuni kelas mengalihkan perhatian pada cewek yang baru saja datang dengan tas merah muda yang menggantung dipunggung nya.

"Ya Allah temen gue rajin banget pagi-pagi udah ngerjain PR."

Arsya tau itu adalah kalimat sindiran untuknya. Namun dia abaikan, dan memilih fokus mengerjakan PR nya sebelum bel masuk berbunyi. Gadis itu berdecak kesal saat matanya tidak sengaja melihat Tian sedang menatapnya sinis. Ingin sekali dia mencolok matanya yang sipit itu!

"Nadya tumben belum berangkat?" tanya Lita seraya memoles tipis wajahnya menggunakan bedak yang selalu dia bawa kemana mana. Kebiasaanya yang selalu rutin dilakukan saat pagi hari sebelum memulai pelajaran. Padahal sekolah sudah melarang siswa untuk membawa alat rias, tetapi Lita tetap saja pada pendiriannya, "peraturan sekolah itu ada untuk dilanggar, kalau ditaati nanti guru BK gak ada kerjaan dong," katanya seperti itu.

"Dia udah ke ruang OSIS dari tadi pas awal dateng," jawab Alena selaku murid yang paling rajin berangkat pagi selain Nadya.

"Apaan nih?"

Tanpa mengucapkan salam, Berta, Sevi, dan Rizka muncul beriringan dari balik pintu.

Arsya menutup buku PR nya ketika semua soal sudah berhasil diisi.Ia tersenyum lebar, lalu menunjukan layar ponselnya didepan Berta dengan wajah berseri.

"Gila, udah dapet aja lo nomer nya," seloroh Berta melebarkan mata.

"Arsya gitu lo," katanya mengibaskan rambut sebahunya dengan pongah.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang