Bagian 14

767 68 13
                                    

Haloooo!!!
Kangen tidak kalian?
Jangan lupa vote dan komen;)

"Aku masih punya satu syarat lagi," Sooyoung tanpa sadar melangkah menjauhi Chanyeol, "Aku ingin tinggal di kamar putih yang dulu... kau... eh bisa mengunjungiku kalau kau perlu sesuatu..."
"Cukup! Sekarang giliranku memberi pengaturan untuk pernikahan kita!" kesabaran Chanyeol tampaknya sudah habis, lelaki itu meraih pinggang Sooyoung dan merapatkan ditubuhnya membuat Sooyoung merasakan tubuh Chanyeol yang mengeras di sana, "Kau rasakan itu?" Chanyeol menatap Sooyoung, marah sekaligus bergairah, "Aku berniat untuk menjadikanmu isteriku yang sesungguhnya. Bukan kekasih yang kukunjungi jika aku perlu bercinta," Jemari Chanyeol menuruni sisi lengan Sooyoung dengan sensual dan kemudian berhenti di sisi payudara- nya, meremasnya lembut, "Dan jika kita melakukan itu, kita tidak akan tidur di kamar yang terpisah!"

Hening.
"Kenapa? Kau tidak suka dengan syarat dariku?"
Chanyeol terus menahan payudara Sooyoung dengan posesif. Sooyoung adalah isterinya, sekarang dia harus menerima seluruh dirinya, tidak lagi berusaha menentangnya sekehendak hatinya. Pilihannya adalah mereka suami isteri atau tidak sama sekali, "Jika kau tidak menyukai- nya, lebih baik kita berhenti di sini sekarang juga," sambil berusaha menahan keposesifannya, Chanyeol memperlembut tuntutannya. "Malam ini cukup sampai di sini kalau kau tidak siap."

Satu-satunya yang mendesak saat ini adalah tubuhnya yang berhasrat, tetapi Chanyeol masih mampu mengendalikannya jika Sooyoung tidak mau melanjutkan. Perempuan ini telah menunjukkan keberanian besar dengan mengemukakan persyaratannya di depan Chanyeol dan Chanyeol menghargainya, dan karena itu ia bersedia memberikan waktu sebanyak yang diinginkan Sooyoung.

Sooyoung hanya terdiam di sana, menatap Chanyeol dengan tatapan kosong. Astaga, apa sebenarnya yang ada di dalam kepala mungil itu? Sooyoung pasti sudah larut dalam persepsi dan pemikirannya sendiri. Apalagi setelah dia mengetahui kisah tentang Wendy.
Chanyeol sendiri tidak bisa menjelaskan perasaannya. Memang pada mulanya, dia menginginkan Sooyoung karena kemiripannya dengan Wendy. Tetapi sekarang, dia merasa Tuhan telah memberikannya kesempatan kedua, dalam wujud perempuan yang sangat mirip dengan Wendy. Tidak, dia tidak pernah membayangkan Wendy.
Tidak lagi. Setelah malam-malam kelam yang menghancurkan hati, yang dia lalui karena kematian Wendy dulu, Wendy telah berubah menjadi bayang samar yang kadang hadir dalam bentuk kenangan masa lalu yang indah. Chanyeol bahkan sudah berhasil tidak memikirkan Wendy lagi sejak bertahun-tahun lalu.
Sooyoung terasa...berbeda...tetapi bagaimana dia menjelaskannya kepada Sooyoung? Perempuan itu tidak akan percaya bahwa gairah yang meluap- luap ini memang murni untuk dirinya. Chanyeol menyadari bahwa ia menginginkan pernikahan yang nyata, bersama Sooyoung. Sooyoung bagaikan malaikat yang menariknya dari kegelapan. Hatinya yang kelam telah tersentuh secercah Matahari sejak kehadiran Sooyoung. Dan Chanyeol tidak ingin melepaskannya.
"Baiklah," suara pelan terdengar dari bibir Sooyoung, terdengar enggan seolah-olah Sooyoung tidak benar-benar setuju dengan dominasi Chanyeol dalam hubungan ini. Dan itu membuat Chanyeol senang, seorang isteri yang selalu setuju dengan pendapat suaminya sama sekali tidak menyenangkan. Di dalam kehidupan pernikahan yang nyata, terdapat banyak ketidaksepakatan, sebanyak kasih sayang, tawa, maupun kesetiaan.
Chanyeol tersenyum dan menatap Sooyoung dengan penuh bergairah, "Apakah kau sudah siap untukku Sooyoung?" jemari Chanyeol mengusap ujung payudara Sooyoung dengan lembut.
"Aku..." sekujur tubuh Sooyoung bergetar.

"Mungkin aku perlu memeriksanya dulu," Chanyeol meluncurkan sebelah tangannya dari payudara Sooyoung, mengusap perut Sooyoung yang basah dan terus bergerak turun. Dan karena kaki Chanyeol, entah sejak kapan, berada di antara kakinya, Sooyoung tidak bisa menghalangi niat Chanyeol kalaupun ia ingin.
Chanyeol bergerak perlahan-lahan, memperhatikan isyarat sekecil apapun kalau-kalau Sooyoung ingin berhenti. Di luar dugaan, Sooyoung tidak menolaknya, tubuh perempuan itu menyambutnya, harus menggertakkan gigi menahan hasrat yang makin menggelegak. Sooyoung membiarkan jemari Chanyeol menyentuhnya. Tubuh Sooyoung begitu lembut, dan ia gemetar ketika Chanyeol menyentuh tubuhnya di bagian yang paling sensitif, berusaha menemukan pusat dirinya. Ketika akhirnya menemukannya, Chanyeol menggerakkan jemarinya dengan lembut. Hanya sekedar menggoda. Sooyoung mengerang, tubuhnya bergetar hebat. Tubuh Chanyeol sendiri sudah menegang putus asa.
"Ya, kau memang sudah siap," ucap Chanyeol sangat parau, Lalu mendorong Sooyoung terbaring di ranjangnya yang berseprai satin hitam.
Chanyeol mengangkat kedua tangan Sooyoung, meskipun Sooyoung sedikit melawan. Sambil meletakkan kedua tangan Sooyoung ke atas kepalanya, Chanyeol bergerak menindih Sooyoung. Sooyoung menatap Chanyeol dengan liar, teringat peristiwa yang mirip, ketika Chanyeol mengikat kedua tangan Sooyoung di atas kepala dengan dasinya, apakah Chanyeol akan mengikatnya lagi?
"Aku tidak perlu mengikatmu sayang," Chanyeol melepaskan tangan Sooyoung dan mengecup bibirnya penuh gairah, jemarinya menyentuh kembali payudara Sooyoung, membuat seluruh tubuh Sooyoung menggelenyar,
"Chanyeol..." tubuh Sooyoung bergetar karena gairah,

Sleep With The Devil (ChanJoy Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang