04

711 64 58
                                    


Malam ini Maira akan berkemas barang barangnya. Dia membawa hampir separuh isi lemarinya karena dia akan pindah. Tidak tanggung Arumi telah membelikannya Baju Muslimah untuk dikenakan Maira saat berada disana, Arumi terlalu takut Anaknya mengikuti perkembangan Zaman. Maklum Ibu Posesif.

5 koper telah terisi Maira menghela nafas melihat Bundanya yang begitu takut dirinya pergi Jauh, meskipun disana ada Maria--tantenya.

"Bun, Mai disana cuma tiga tahun nggak bakal selamanya. .ini malah kayak setoko dibawa semua. " Arumi mendongak menatap putrinya, lalu berjalan menuju Maira.

"Mai, disana itu bebas sayang pergaulannya Bunda cuma takut kamu nanti lepas hijab Naudzubillah aja semoga nggak kayak gitu.  Bukan Bunda nggak percaya sama Tante, tidak selamanya tante bakal ngurusin kamu. Jadi jangan pernah ada niat apapun selain cari ilmu dan pengalaman oke. " itulah Arumi segala menasehati anak-anaknya semampunya. Maira justru sangat senang ada yang masih peduli padanya.

"Ekhemm. "

Deheman seseorang membuat dua kaum hawa yang berada di dalam kamar sontak menoleh.

"Boleh Ayah Masuk? " tanyanya.

"Boleh yah, silahkan. " saut keduanya.  Zelfan berjalan memasuki kamar Putri bungsunya yang sangat penuh dengan rak kitab-kitab dan buku.

"Yah, besok jam berapa? " Maira membuka pembicaraan.  Zelfan menatap putrinya sendu.

"Jam 7. Kita masih bisa sarapan telor gosong Bunda. " jawab Zelfan seraya bercanda, ia berharap Istrinya tidak sedih untuk melepas putrinya.

"Hahahaha. ..iya Yah, tapi sekarang Bunda nggak kayak gitu. .dulu hanya keteledoran." Memang benar Arumi menggosongkan telur karena di tinggal tidur. Membuat Ayah Geleng geleng kepala dengan tingkah Istrinya.

Arumi tersipu Malu,

"Dek. " Tiba-tiba Lana berjalan memasuki kamar Maira.

"Ngapain bang? "

"Kamu beneran mau pindah aku berangkat sekolah sama siapa? " tanyanya sedih.

"Gausah Manja bang, kamu aja Sering Main sama temen temennya nggak inget Mai. " ucap Zelfan sarkas.  Lana cemberut.

"Jangan lupain kita ya Dek, " Lana memeluk Maira.  Kedua orangtuanya  terharu melihat mereka yang saling menyayangi.

"Iya bang. "

Ting tong

Notifikasi dari Handphone Lana berdering membuatnya  mengendurkan pelukan.

Bumi

Bang, adek lu berangkat kapan?

Ngapain nanya?

Mau nganterin  calon istri gitu 😉

Najis.  Gua gabakal ngasih tau lo

Lana mematikan handphone nya malas menghadapi sicekil Bumi.

"Yaudah kalian tidur sana udah malem. "

🌸🌸🌸🌸

Siulan burung di pagi hari mengiringi Maira yang sedang berjalan menuruni tangga sambil menjinjing tas slinbag nya.
Dia tidak sendiri bersama sang Bunda ia berjalan dengan riang.

Sesampainya di ruang Tamu, Maira menaruh Barang barangnya di sofa Panjang. Sementara Arumi meletakkan Koper putrinya didekat meja,  berhubung tidak ada Zelfan karena masih berada di masjid pondok jadi mereka melakukan itu sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

setetes jiwa Syurga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang