Sisi Nata

2.1K 191 8
                                    

Aku seperti seorang pengecut yang tidak berani memperjuangkanmu.

Maafkan aku.

***

Danurdara Widyastika. Gadis manis yang selalu bisa membuat jantung gue berdebar dua kali lebih cepat. Tapi sayang gue pengecut.

Sebenarnya gue udah tau dengan Dara sejak dia menginjakkan kaki di sekolah ini. Bukan-bukan, saat mos maksud gue. Mungkin dia gak sadar, atau gue emang gak semenarik itu?

Dia satu-satunya cewek yang gak meminta tanda tangan gue saat teman-temannya sibuk mendekati kakak kelas karena penugasan saat itu. Gue heran, dia punya koneksi apa sih? Karena setau gue dia juga gak kena hukuman.

Gue gak merasa sangat tampan dan populer karena ya gue bukan cowok hits ala cerita novel lainnya. Terlahir di keluarga militer seolah membentuk jiwa dan raga gue bersikap tegas dan kaku. Anehnya semua gak berlaku saat berhadapan dengannya. Danurdara.

Setelah sekian lama hanya bisa diam memperhatikan dari jauh seolah gue penguntit Dara. Di tahun kedua, dia kelas sebelas gue kelas dua belas, gue memberanikan diri untuk mulai mendekatinya. Bukan tanpa alasan, selain mental gue yang udah kuat alias gak cemen lagi, ternyata Dara berteman baik dengan sepupu sialan gue, Rani.

Seolah lampu hijau menyala mengizinkan gue dekat dengannya.

But ya ini rahasia, karena Ranipun tidak pernah menceritakan kisah cinta sepihak gue ke Dara. Syukurlah.

Seperti yang kalian tau, pertemuan pertama kami benar-benar pertama -ngobrol- di lapangan komplek dekat rumah gue. Jogging memang jadi rutinitas gue tiap minggunya, sebenarnya tiap hari tapi kadang gue mager juga. Terkadang sendiri terkadang bersama teman sepantaran yang juga tinggal di daerah sini. Disana, dia sedang duduk sendiri. Disana, tepatnya di ayunan yang ada disekitar tempat gue lari. Dia sedari tadi menatap gue lalu saat gue membalas tatapannya dia pun mengangguk sopan. Wah, jantung gue berdebar. Tak lama setelahnya Rani datang mengejutkannya, gue melihatnya meskipun samar.

Karena ada Rani disana, gue memberanikan mendekat dan disanalah terjadi perkenalan sesungguhnya.

Dia... Lucu, lucu dalam artian yang baik. Sikapnya unik dan juga berani. Setidaknya menurut gue dia bukan tipe yang malu-malu kucing minta dipancing.

Kalian tau, saat ini gue sedang duduk di ayunan tempat kami berkenalan. Semuanya seolah film lama yang tengah diputar ulang.

Setelah mengenalnya, gue memberanikan diri mendekati, meskipun ada Rea yang sedikit mengganggu tapi setidaknya hubungan gue dan dia tetap dapat berjalan dengan baik.

Ya gue tau gue egois, karena dulu gue sempat menghilang sejenak. Kalian tau gue terlahir di keluarga militer, gue cukup tegas dan gue takut akhirnya malah menyakiti Dara karena ketegasan gue.

Tapi sepertinya salah, yang ada hubungan gue rusak dengan Dara karena tidak berlakunya ketegasan diri gue dengan dia.

Saat ini tanpa sadar sebuah senyuman terlukis di wajah gue. Kalian tau apa yang tiba-tiba teringat di otak gue? Hari-hari Dara menemani gue jogging, hari-hari gue yang gak sayang bensin karena selalu milih ngantarin dia pulang, hari-hari gue mentraktir dia bubur ayam dua mangkuk, hari-hari dia yang selalu nungguin gue selesai mandi dengan bermain bersama Azzam dan keluarga gue. Gue rindu semuanya, gue bahkan gak tau harus menjawab apa di sabtu yang akan datang jika keluarga gue bertanya keberadaan Dara. Karena gue gak tau sampai kapan gue dan dia akan begini.

Salah gue juga, gue gak pernah tau apa mau dia yang gue tau hanya dia bahagia bersama gue meskipun ternyata hanya luarnya saja. Gue gak tau kalau selama ini hatinya menginginkan sesuatu.

BAMANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang