2

26 2 0
                                    

"Bianca!" Teriak Mamah Bianca dari bawah .

"Be, Bian udah nunggu noh, bangun."

Memang setelah shalat magrib Bianca langsung tidur, dia bukan melupakan janjinya bersama Bian, tapi kantuk tiba-tiba menyerang dan memaksa agar dia tidur.

"Iya bentar. Siap-siap dulu, Mah."Kata Bianca beranjak ke kamar mandi.

Bianca hanya membasuh wajah, karena dia sudah mandi tadi sore.

Bianca memakai baju warna putih, dan celana jeans warna hitam, dan sepatu Converse warna putih, dengan rambut terurai, make-up tidak terlalu tebal, dan mengambil tas slimbag-nya.

Bianca menuruni tangga dan melihat jam tangannya berwarna putih, menunjukan pukul 7 pas, Bian saja yang kecepetan, Bianca melihat Bian duduk di sofa ruang tamu, Bian memakai baju t-shirt warna hitam dan celana jeans berwarna senada dan sepatu putihnya, Udah tau ganteng, ngapain harus pake item-item coba? Kan tambah ganteng.

"Mah, Bianca pergi dulu ya."Kata Bianca dan mencium tangan Mamanya, disusul Bian dari belakang.

"Hati-hati, jangan pulang telat."

"Iya, Ma." Kata Bian, Bian memang memanggil Mamanya juga dengan panggilan Mama.
______________________________________

Beberapa menit menempuh perjalanan ke mall, mereka sampai dan langsung ke tempat nonton.

"Tunggu disini, aku beli tiketnya dulu"

"Hmm..."

Beberapa menit, Bian datang dengan popcorn dan minuman di tangannya.

"Yuk.." Ajak Bian

Bianca langsung menggandeng Bian, dan berjalan ke kursi yang dipilih Bian.

"Film apa ni bi?" Tanya Bianca.

"Nanti juga tau."

"Horor ya?" Tanya Bianca lagi.

"Liat aja, bawel banget si pesek."Kata Bian mengacak rambut Bianca. Mancung gini dibilang pesek.

"Udah di bilang-..."Ucapan Bianca terpotong oleh Bian

"Iyaa. Maaf, aku denger-dengerin."

"Hmmm.. Tambah cinta" Kata Bianca seraya merangkul posesif tangan Bian.

Lampu bioskop mati, menandakan bahwa filmnya akan segera dimulai, suara menggema ditelinga membuat kaget para penonton khususnya kaum hawa yang lebih lebaynya dari pada cowok.

"Apa aku bilang? Horor, indonesia lagi. Gatau kenapa ya, kalo liat film horor Indonesia itu kaya lagi nguji gendang telinga tau ga? Belom lagi suaranya yang bikin terngiang-ngiang, tapi setannya kaga ada, suara doang yang di dapet-...."

"Iya-iya, abis itu kamu bandingin film negara kamu sendiri sama film luar negeri, kamu kali-kali harus liat karya negara kamu sendiri, biar kamu bangga, jangan cuma film luar negeri yang kamu bangga-banggain, be."

"Aku ngga jelek-jelekin karya negara kelahiran aku sendiri, ko."Bianca cemberut.

Bian terkekeh."Siapa yang bilang kamu jelek-jelekin lagian?"

Bianca tidak menjawab lagi, dia fokus menonton sambil makan popcorn-nya, Bian terkadang menyuapi dan memberi minum, Bianca terima-terima aja, karena Bianca juga senang yang di lakukan lelakinya itu, eh? Tunggu? Lelakinya? Terdengar aneh, jika mengingat mereka tidak memiliki hubungan yang lebih dati kata teman dan sahabat.

Setelah satu jam mereka nonton, mereka singgah ke toko buku terlebih dahulu.

"Kamu mau beli buku apa, be?" Tanya Bian setelah masuk toko buku.

"Novel."

Bian tidak menjawab, dan Bianca langsung mencari novel yang di inginkannya, Bian setia berada di belakangnya, banyak bisik-bisik memuja ketampanan Bian, Bianca sih bodo amat, lagian, Bian pasti tidak peduli.

"Udah. Yukk." Ajak Bianca untuk membayar ke kasir.

Yang bayar tentu Bian, karena Bian sering bilang, ga ada sejarahnya cewek jalan sama cowok tapi bayar sendiri belanjaannya, setelah itu, mereka melanjutkan ke toko aksesoris, Bianca melihat-lihat banyak aksesoris Exo disana, Bianca menatap Bian yang sedang menatapnya, tatapan Bianca seolah meminta izin jika dia mau membeli aksesoris Exo. Tentu Bian izinkan, selagi Bianca senang.

Setelah puas berbelanja, mereka berjalan keluar, menuju Parkiran, jam sudah menunjukkan pukul setengah 10. Disana mereka melihat Farell dan Olif sedang beradu mulut, entah apa yang mereka ributkan. Bianca dan Bian menghampiri mereka yang langsung terdiam akan kehadirannya dan Bian.

Bianca melirik bergantian."Kalian kenapa?"

"Tau si Farell, gue udah bilang, kalo gue ga percaya sama apa yang dia bilang kalo dia suka sama gue, sedangkan tadi dia gandengan sama cewek lain yang lebih montok dari gue, emang mulut buaya. Kesel gue!." Kata Olif dengan nafas memburu.

Bian menarik nafas."Lu nunjukin cemburu?"

Bianca menoleh menatap Bian."Iya tuh, kalian tuh sebenernya saling suka. Lu juga Rell, jangan kebanyakan mainin cewek, jangan kebanyakan bercanda jadi gini kan, lu udah mau serius sama si Olif tapi ga bisa percaya sama lu. Buktiin, sekuat apapaun si Olif menghindari dari lu, dia suka ko sama lu." Ucap Bianca yang membuat Olif marah, mungkin tidak terima perasaannya di ungkap langsung pada sang empunya.

"Olif cantik, dengrin penjelasan si Farell dulu, jangan langsung marah-marah gitu. Okey??" Saran Bianca "Udah ya, kita pulang duluan, udah malem, good luck, besok Pj-nya." Lanjut Bianca mengedipkan sebelah matanya pada Farell seraya menarik tangan Bian menjauh dari mereka.

______________________________________

Beberapa menit menempuh perjalanan, mereka sampai didepan rumah Bianca. Bian turun terlebih dahulu dan memutari mobilnya, membukakan pintu untuk Bianca.

"Sampe sini aja, kamu pulang, hati-hati yaa." Kata Bianca diiringi senyumnya yang manis.

"Iya." Bian tidak beranjak sedikitpun.

Bianca menyerengit."Kenapa?"

Bian tersenyum."Kalo nanti ada apa-apa, kamu mau kan, buat terus tersenyum? Kaya gini." Kata Bian sambil mengelus bibir bawah Bianca, ntah kenapa, Bian berucap begitu, seperti sebuah kata perpisahan, Bianca dibuat takut.

"Apa sih?! Horor banget ngomongnya."

"Gapapa" Bian tersenyum "Aku sayang sama kamu, Be."Lanjutnya

"Aku lebih sayang sama kamu." Balas Bianca dengan menerima uluran tangan Bian untuk memeluknya.

"Masuk sana, aku pulang"

"Bye!! Hati-hati" Dengan melambaikan tangan.

Setelah Bian pergi, Bianca juga masuk ke rumahnya, Bianca melihat Mamahnya duduk di sofa, yang sempat melihat dan mendengar obrolan anak terakhirnya dengan Bian, bukan tatapan marah karena pulang kemalaman yang ditunjukan sang Mama, tapi tatapan sedih.

"Assalamualaikum, Ma." Salam Bianca dan mencium tangan Mamanya. "Kenapa, deh? Sedih gitu, belom dapet jatah bulanan dari Papah?" Lanjutnya.

"Ga papa, sana tidur, besok sekolah, bersih-bersih jangan lupa."

Mama sambil mendorong punggung Bianca agar pergi ke kamarnya.

Aku masuk ke kamar yang berwarna Abu-abu dan putih, lengkap dengan hiasan foto-foto Exo. Bianca masuk ke kamar mandi dan melakukan ritual bersih-bersihnya, Bianca sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, dan merebahkan tubuhnya ke kasur Qing Size kesayangannya, yang empuk dan sayang jika ditinggalkan berlama-lama. Mata Bianca tertutup dan lelap tertidur.







______________________________________





Bullan:)

Beating HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang