Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Setiap akhir semester, atau lebih tepatnya setelah ujian semester, SMA SkyHigh rutin mengadakan pertandingan antar kelas. Setiap kelas wajib menyerahkan satu timnya mengikuti pertandingan ini.
Siang ini, pertandingan sepak bola sedang berlangsung antara kelasnya Ips 2 dengan Ips 1, yaitu kelas Bian. Suporter dari masing-masing kelas sudah memenuhi sekeliling lapangan. Sedangkan yang di tengah lapangan sedang asik jual beli ditengah lapangan sana.
Selama pertandingan berlangsung mata Bianca tidak pernah lepas dari Bian, pasalnya, Bianca merasa aneh, jika biasanya Bian tidak pernah ikut pertandingan olahraga sekalipun tapi sekarang dia terlihat lihay, merebut dan mengoper bola pada kawannya terlebih lagi ia bisa mencetak gol untuk timnya.
Secara refleks Bianca berteriak dan histeris melihat Bian mencetak gol untuk timnya, padahal lawanya adalah kelasnya sendiri. Yang otomatis membuat Bianca ditatap heran oleh teman-temannya.
Olif memukul pundak ku. "Dasar stres, kelas ketinggalan malah seneng!"
"Ada Bian bego, kaga peka lu" Jawab Kiara.
"Iya-iya pasti seneng lah kalo tim pacar lu menang." Ucap Luna.
Bianca hanya nyengir tanpa dosa, setelah itu ia hanya fokus pada jalannya pertandingan. Lebih tepatnya fokus terhadap Bian yang sedang memakai Jersey, warna biru dengan nomer punggung 30.
Sesekali Bian menatap dan tersenyum padanya, Bianca membalas dengan senyuman yang manis juga.
Peluit tanda akhirnya pertandingan di bunyikan oleh guru olahraganya sendiri. Wajah kusut kekalahan kelas Ips 2 sangat kentara, kecuali satu orang, yaitu Bianca, padahal kelasnya baru saja di bantai tiga gol tanpa balas.
Bianca melihat Olif beranjak. "Eh lif, mau kemana? Tanya Bianca.
"Mau marahin si Farell sama Abdul, ga becus mainnya." Ucapnya seraya pergi.
Bianca dan kedua temannya tertawa membayangkan wajah Abdul yang sedang di marahi Olif, Abdul itu, orangnya culun tapi pinter, sedangkan Olif sedikit galak dan juga bar bar.
"Gue mau ke Devan dulu ya."Ucap Luna dan pergi menghampiri Devan.
Bian datang dengan tas dan handuk kecil bertengger di pundaknya, dan langsung duduk di samping Bianca.
"Kamu ga bersih-bersih dulu, Bi?" Tanya Bianca pada Bian yang baunya tidak sedap di hirup.
"Tau dih bau keringat lu." Timpal Kiara.
"Males." Ucap Bian, dan dengan santainya ia membuka baju di tempat, Bianca melongo ternyata selama ini ada hal yang indah tersembunyi selama ini, Bian memiliki perut kotak-kotak meski tidak sebesar abs Chanyeol. Bian menyemprotkan parfum ke tubuhnya dan memakai t-shirt warna putih.
"Mata gue udah ga suci!" Ucap Kiara menutup matanya.
Bianca memukul lengan Bian. "Buka baju sembarangan ih!"
"Gapapa, kamu juga tadi melongo liatnya." Ucap Bian terkekeh."Besok dikelas aku bakal ada murid baru." Lanjutnya.
"Serius?! Cewek apa cowok?!" Ucap Kiara antusias."Kalo cowok kenalin ya!" Lanjutnya.
"Cowok. Kalo baik gue kenalin." Ucap Bian. "Lu ga mau pergi, Ki?" Tanya Bian, yang membuat Bianca mencubit pinggangnya, yang membuat Bian meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Teen FictionSemua manusia tau, jika ada pertemuan pasti ada perpisahan. Dan semua orang pasti mengalaminya, entah perpisahan untuk selamanya, atau perpisahan untuk hanya mencari pertemuan lagi. Seperti yang aku alami, mengalami perpisahan dengan orang yang kita...