6

9 1 0
                                    

Hari minggu sebenarnya lebih enak di pakai pacaran dengan kasur, tapi setelah Bianca selesai shalat subuh, Bian mengajaknya untuk lari pagi.

Biansayang🖤:
Joging ayo, aku bentar lgi berangkt.
Siap2, okey.

Me:
Padahal mau pacaran sama kasur:(

Biansayang🖤:
Mending pcran sma aku yg nyata:v

Me:
Iya deuuh.
Jngan siang2 bi.

Biansayang🖤:
Bentar lgi otw.

Sebenarnya rumah kita tidak terlalu jauh, hanya beda komplek. Tapi Bianca selalu menolak jika di ajak berangkat sekolah bersama.

Bianca bangun dan berganti baju, ia memakai legging hitam dan baju kaos abu kebesaran, memakai sepatu olahraga berwarna abu, handuk kecil, dan mencepol setengah rambutnya.

Bianca turun ke dapur dan berjalan ke arah kulkas, dia mengambil minum susu putihnya yang memang selalu di sediakan Mamanya, setelah itu, ia berjalan ke teras untuk menunggu Bian, melihat sekarang baru jam 6 kurang 20 menit, bisa Bianca gunakan untuk pemanasan dulu.

Bianca membuka pintu dan menutupnya kembali, melihat
Bian yang sudah duduk manis membuat Bianca mengurungkan niatnya untuk pemanasan.  

Bianca berjalan ke arah Bian, "Kenapa ga masuk?" Tanyanya.

"Gapapa. Udah siap?"

"Udah, ayo."

Mereka berjalan keluar gerbang dan mulai berlari santai, Bianca memperhatikan penampilan Bian, ia memakai baju kaus warna putih dan topi hitam bertuliskan Bee🖤, celana olahraga hitam pendek dengan tulisan 30 di depan sebelah kanannya, tanggal lahir Bianca. Bianca tersenyum melihat pria yang sudah menjadi pacarnya itu begitu tampan.

Bianca berhenti dan memilih berjalan karena jika berlari dada Bianca sering sakit.

"Lari dong, Be. Ga seru." Ucap Bian terus berlari dengan posisi mundur, karena menghadap Bianca yang tadinya berada di belakang.

Bianca tidak menjawab, dia hanya menunjuk dadanya dengan ekspresi sakit.

Setelah lama berlari, Bian menghampiri Bianca yang duduk di kursi taman kota.

"Istirahat dulu ah, capek." Ucap Bian duduk disebelahnya dan meneguk aqua bekas Bianca, dengan nafas ngos-ngosan.

"Aku sih ga capek."

Bian terkekeh."Kamu ga lari sayang." Ucapnya mencubit pipi kiri Bianca.

Bianca meringis."Sakittt."

Bian hanya tertawa. "Pulang ga?" Tanyanya.

"Ayo."

___________________________________________

Sudah dua hari ini, Bianca dibuat panik oleh ketidakhadiran Bian di sekolah ataupun di rumah, padahal baru minggu kemarin mereka joging bersama. Puluhan kali ia menelpon dan mengirimkan pesan, tapi tidak ada tanda-tanda jawaban dari Bian. Bianca khawatir terjadi apa-apa padanya, tidak seperti biasanya Bian tidak memberi kabar selama ini padanya.

"Ucup, keterangan Bian apa ki?" Tanya Bianca pada Ucup yang satu kelas dengan Bian.

"Gue juga gatau aslinya apa, tapi gue cuma izinin doang."

Kiara mengelus pundaknya. "Bian baik-baik aja, Be. Percaya sama gue."Kiara menyakinkan.

Aku menelusupkan kepalaku ke dalam tangan yang aku buat bantal di atas meja kantin. "Dia kemana sih? Kenapa ga bilang-bilang, kenapa ga ngabarin sih, gue khawatir." Suara Bianca terendam.

Kiara diam, miris melihat Bianca yang menangis, dan juga bingung harus menjawab apa, sedangkan mereka sudah janji tidak akan memberi tahu Bianca soal rahasia Bian pada Bianca.

Bianca berdiri, "Gue mau tidur di UKS, izinin ya." -meninggalkan kebisingan kantin.

Setelah tiba di UKS Bianca sempat ditanya sakit apa oleh petugas PMR, Bianca hanya menjawab sedang pusing. Bianca memilih bilik paling ujung dan menidurkan tubuhnya sembari menarik selimut, kasur ini lumayan besar yang bisa diisi dua orang. Bianca terlelap dan tidur.

_____________

Merasa ada tangan yang terus mengusap dan sesekali mencubit pipiku, Aku membuka mata dan melihat Bian duduk didepannya seraya tersenyum. Ia bangkit dan langsung mengahambur memeluknya.

Bianca menangis,"Jahat, ga suka." Isaknya terus memeluk Bian.

Bian mengusap punggungku."Maaf."

Aku melepaskan pelukan ku."Kamu kemana aja? Aku khawatir kamu tiba-tiba ga ada kabar, muka kamu kenapa pucat gini?"Aku menatap dan menangkup wajah Bian.

Bian tersenyum."Ada. Ga usah khawatir lagi, aku udah disini." Bian memelukku lagi, kali ini lebih erat.

Kami sama-sama diam, sesekali Bian mengecup kening dan puncak kepalaku.

"Aku sayang sama kamu, Be."

"Aku juga sayang sama kamu, jangan tinggalin aku lagi, Bi."

"Manusia ga bisa terus memaksa takdir yang udah di tentukan tuhan, Be. Begitupun aku, tapi aku akan selalu berusaha buat selalu ada di samping kamu." Ucap Bian melepaskan pelukannya dan menatap Bianca.

______________________________________




Bullan:)

Beating HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang