Hari ini jadwal Bianca dan teman-temannya piket, yang jadi malas adalah peralatan piket kelas yang entah kemana ditelan bumi.
"Devan! Sana cari sapu."Teriak Kiara.
"Ogaah dih, suruh Bianca sana." Devan melanjutkan tugas menghapus papan tulis.
"Be, cari sana, ke kelas samping." Titah Kiara, yang selonjoran main hp, bersama Olif, Luna dan Farell.
"Lah lu ngapain?"Tanya Bianca.
"Kalo sapunya udah ada, nanti gue yang nyapu."
"Sana, gc!!" Usir semuanya.
Bianca menyeret kakinya menuju kelas depan, bukan kelas Bian.
Bianca menerobos tanpa mengetuk pintu."Ada sapu ga? Pinjem dong."
"Kita juga nyari." Jawab entah siapa namnya.
"Oh, yaudah, makasih." Bianca pergi ke kelas Bian.
"Bian! Bianca noh!"Seru teman kelasnya.
"Harus Bain yang nyamperin."
"Bangun lu, pujaan hati datang."
Malu, itu yang di alami Bianca sekarang, "Ah-Oh ngga, gue mau pinjem sapu."
"Sapu Bi, kasih dong."
Bian menghampiriku dan memberikan sapu, aku hendak pergi tapi Bian menahan tanganku.
"Kenapa?" Tanya Bianca.
"Ngga, pengen kamu disini aja."
"Aku piket, nanti juga pulang bareng."
Bian mencubit pipi Bianca."Sakit iih."
Bian terkekeh, "Sakit ya?" Tanya Bian tanpa bersalah. "Kasihan"
Baru mau menjawab Bian, suara teriakan Devan menggelegar.
Devan berjalan ke arah Bianca. "Bianca!! Malah pacaran lu!!"
Bian membalikan badanku dan memeluknya dari belakang, menaruh dagunya di pundak ku "Cari pacar sana, Dev."
"Sialan." Balas Devan merebut sapu dan perjalan pergi.
_________________________
Malam minggu yang sudah biasa diisi Bianca bermain PS bersama Abangnya di ruang tamu sambil lesehan.
"Yang kalah ngapain ni?" Tanya Bang Bara.
Bianca berpikir sambil terus mengutak-atik stik PS-nya. "Traktir apa aja yang di pengen."
"Kaya yang punya duit aja lu."
"Duit Papah masih banyak ya."
"Itu duit Papah, bego."
"Gampang, gue punya duit ko."
Suara Bel rumah berbunyi, beberapa kali.
"Ga nyantai tu tamu. Mamah!! Ada tamu noh!!" Teriak Bang Bara.
Bara menyikut tanganku yang otomatis membuat aku kalah dalam game ini, "Anjirr!!! Curang bego!! Ga bisa nih!" Teriak ku sembari menindih dan memukul Bara.
"Bianca, ada Bian, malu-maluin diri sendiri aja." Ucap Mamahnya dan pergi kedapur.
Aku berhenti memukul dan menatap Bian sudah duduk di sofa samping dia.
"Punya muka lu?"Bisik Bara di telinganya.
"Punya lah, cantik gini." Ucap Bianca meleletkan lidahnya.
"Cantikan pacar gue."
Bianca menatap Bian yang sedang memakan makanan yang tadi ada di meja. "Kesini ga ngabarin dulu, Bi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Teen FictionSemua manusia tau, jika ada pertemuan pasti ada perpisahan. Dan semua orang pasti mengalaminya, entah perpisahan untuk selamanya, atau perpisahan untuk hanya mencari pertemuan lagi. Seperti yang aku alami, mengalami perpisahan dengan orang yang kita...