Suara Alarm di ponsel pintar Bianca berbunyi nyaring, Bianca bangun menuju kamar mandi, dan menjalankan ibadah shalat subuh, setelah itu, Bianca memakai Rok putih diatas lutut dan baju batik warna biru berpadu putih dengan dasi hitam, dia pergi ke meja belajar disamping jendela, dan membereskan buku sesuai jadwal hari ini. Setelah dirasa siap Bianca turun kebawah dan melihat sang Mama sedang memasak nasi goreng ke sukaannya.
"Morning, Mah." Sapa Bianca
"Morning." Balas Mama Bianca -Dian
Bianca anak terakhir dari 4 bersaudara, anak pertama kakaknya yang bernama Desi, dan ke 2 kakak laki-lakinya bernama Jeje dan Bara. Kakak perempuannya sudah menikah dan di bawa oleh suaminya, dan sekarang sudah memiliki 2 anak, yang tampan dan cantik, El, dan Iffa. Bang Jeje kerja di perusahaan Om-nya, Om Dani. Dan Abang Bara sekarang baru mulai kuliah di UI, Jurusan kedokteran. Melihat semua kakaknya sukses dan hidup bahagia, Bianca jadi dilema karena beberapa bulan lagi dia akan lulus.
"Bang Bara belom bangun Mah?" Tanya Bianca ditengah makannya.
"Belom, kamu bangunin sana, katanya dia ada jadwal kuliah pagi.Luna dan juga Olif.
"Siaappp!!"Ucap Bianca seraya berlari ke kamar Abangnya disamping kamar dia. Bianca meraih kenop pintu berwarna hitam dengan tulisan, JANGAN GANGGU!, Bianca tidak mengetuk pintu sama sekali, Bianca tidak perlu menunggu persetujuan dari Abangnya untuk masuk, karena ini sudah biasa dia lakukan, dilihatnya Abangnya masi enak membungkus badan dengan selimut Batman-nya.
"Bang, bangun." Kata Bianca sambil menarik selimut abangnya.
"Nanti."
Bianca berbisik."Ada Papah, lu." Makan tuh gue tipu. Ucap Bianca dalam hati.
Sedetik kemudian Bang Bara bangun dan berlari ke kamar mandinya. Bianca yang melihat itu, hanya tertawa dan pergi ke bawah lagi. Papah Bianca orang yang tegas, disiplin, rapih, dia lebih suka bertindak daripada berperang mulut, mangkannya Bang Bara sangat takut saat Bianca menyebut nama Papah-nya tercinta, -Brian.
Bianca pamit, dan mencium tangan sang Mama."Bianca berangkat ya, Mah."
"Iya, belajar yang benar."
"Siaaaappp!!! Assalamualaikum!" Salam Bianca dan berlari ke garasi dimana mobilnya terparkir, Bianca memang sekolah membawa mobil, kemarin dia pulang di antar Bian karena mobilnya masih di bengkel, jadi sekarang berhubungan mobilnya sudah di rumah Bianca ga mau ribet harus nunggu jemputan dari Bian.
Diperjalanan Bianca bersenandung mengikuti musik dari mobilnya yang terhubung ke ponselnya.
I'm too sad to cry,
too high to get up
Don't even try 'cause I'm scared to fuck up
Don't like to talk,
I just lay in my bed
Don't even try to go out with my friends
Lied to my doctor,
she knew I was faking
Gave me some pills,
but I'm too scared to take 'em
I try and I try,
but I'm too sad to crySasha sloan- Too Sad To Cry
Bianca sampai di sekolahnya dan memarkirkan mobilnya, dia keluar dan menemukan Bian duduk di bangku panjang diparkiran, tempat yang suka di pakai nongkrong anak-anak yang rajin bolos, atau sekedar untuk dipakai pacaran anak sekolah yang ga punya modal untuk jalan keluar.
Bianca tersenyum."Pagi Bi."
"Pagi juga." Balas Bian sambil tersenyum, dan meraup telapak tangan Bianca dengan tangannya. "Yuk, ke kantin dulu, belom sarapan."Lanjutnya
"Kebiasaan buruk ditekunin."
"Ga sempet."
Bianca mendengus."Masi pagi gini ga sempet, ngapain aja??."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beating Heart
Teen FictionSemua manusia tau, jika ada pertemuan pasti ada perpisahan. Dan semua orang pasti mengalaminya, entah perpisahan untuk selamanya, atau perpisahan untuk hanya mencari pertemuan lagi. Seperti yang aku alami, mengalami perpisahan dengan orang yang kita...