-Revenge-

75 4 0
                                    

Mereka terbangun karena mendengar suara bising kendaraan yang berlalu-lalang serta cahaya matahari yang perlahan masuk ke indra penglihatan.

Sambil mengucek matanya, Arnes mulai menyadari bahwa ia dan kedua temannya sudah tidak berada di dalam kelas. Melainkan ada di tepi trotoar tepat di bawah Pohon Beringin yang cukup besar.

"Ren! Ga! Kita dimana ini?" Teriak Arnes seraya mengguncang kedua bahu temannya yang masih setengah sadar.

"Aduh Nes, jangan teriak-teriak dong... kepala gue pusing banget nih." Ujar Rendy sambil memegang kepalanya yang masih terasa berdenyut.

Sedangkan Arga yang sepenuhnya sudah sadar, mulai merasa bingung dan ketakutan. Pasalnya ia dan kedua temannya tiba-tiba berada di... entah ini dimana. Ia rasa tidak pernah melihat jalanan yang ada di depannya, bahkan bangunan-bangunan di seberang jalan pun terlihat berbeda dengan yang biasa mereka lihat.

"Udah, jangan panik dulu. Mending kita tanya orang-orang aja, barangkali kita nyasar." Kata Arga menenangkan.

"Nyasar teko endine? Wong maeng nang kelas kok moro-moro nang kene." (Nyasar darimananya? Kita tadi di kelas kok tiba-tiba disini) Gerutu Arnes menggunakan bahasa ibunya.

Sementara Rendy lebih menyetujui usulan teman sebangkunya itu. "Bener juga kata Arga, mending kita tanya aja sama orang-orang sekitar."

Setelah bangkit dari posisinya yang bersandar di bawah pohon, mereka langsung berjalan ke arah seorang wanita yang kebetulan duduk di dekat air mancur tidak jauh dari tempat mereka berada.
Arnes yang berjalan paling depan pun langsung bertanya "Permisi Mbak, mau nanya. Ini kita lagi di daerah mana ya?"

1 Menit...

2 Menit..

Oke, mereka bertiga mulai kesal.

Melihat belum ada tanda-tanda wanita tersebut merespon ucapan Arnes, Rendy pun akhirnya bersuara, "Permisi Mbak, maaf mengganggu. Kita mau nanya, ini daerah mana ya?"

Akhirnya wanita itu pun mengangkat wajahnya yang sedari tadi fokus pada ponsel, seraya berkata "Saya tidak tahu. Kamu pikir saja sendiri" Jawabnya dengan raut datar, kemudian berlalu meninggalkan Arnes, Rendy, serta Arga.

"Kok dia juga nggak tau?" Gumam Arga yang juga terdengar oleh kedua temannya.

"Untung cewek." Sahut Rendy sambil mengelus dadanya karena merasa kesal.

Sedangkan Arnes hanya melotot tak
percaya mendengar jawaban dari wanita tersebut. Tapi sesaat kemudian ia teringat sesuatu yang ada di kantong seragamnya. "Guys, Gue bawa hp! Ya ampun.. kenapa nggak dari tadi cari di Google Maps coba?"

Mereka bertiga langsung mencari dimana lokasinya sekarang berada. Tapi naas, jangankan membuka Google Maps. Sinyal saja tidak terdapat satu garis pun di layar ponsel Arnes, kesal bukan main. Setelah terdampar di tempat tak terdeteksi seperti ini, mereka harus kehilangan jaringan yang satu-satunya bisa digunakan untuk mencari jalan keluar.

Akhirnya Arnes, Rendy, dan Arga memutuskan untuk bertanya pada setiap orang yang mereka temui di jalan. Bahkan anak-anak yang sedang asyik bermain pun mereka tanyai.

Tapi aneh, itulah yang ada dibenak mereka. Dari seluruh orang yang ditemui tidak ada satupun yang menjawab pertanyaannya. Bahkan ketiganya diacuhkan, seakan-akan tak kasat mata. Hanya wanita yang duduk di dekat air mancur tadi saja yang menjawab, itu pun tidak membantu sama sekali.

"Oke fix, ini aneh." Kata Arnes sambil menghela napas lelah.

"Lo bener. Dari segitu banyaknya orang, masa nggak ada yang jawab sih? Kayak nggak dianggep gitu." Sahut Arga heran.

The Fault In Our PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang