-Tigris-

57 4 0
                                    

Happy reading🖤

"Respon kalian terlalu berlebihan."

"Sialan nih orang." Desis Rendy dengan raut kesal, disusul dengan Arga yang hanya menatap tajam karena responnya dibilang berlebihan. Oh, ayolah siapa yang tidak bingung saat kalian tersesat di tempat yang menganggap kalian tak kasat mata.

"Jaga ya, ucapan lo!" Sungut Arnes dengan raut kesal wajah Tigris.

"Sudahlah, jangan banyak bicara. Lebih baik kalian ikut denganku ke suatu tempat dan aku akan menjelaskan apa yang terjadi dengan kalian serta memberikan tahu bagaimana caranya keluar dari tempat ini." Ujar Tigris sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya dan memberikan benda tersebut kepada Arnes.

"Ini, gunakan kartu ini saja jika ingin membayar sesuatu. Uang kalian tidak akan berguna di tempat ini meskipun berwarna merah atau biru." Akhirnya Arnes menerima kartu tersebut tanpa banyak bertanya dan segera membayar makanan mereka.

Di sisi lain Rendy yang merasa tersindir pun langsung menatap tajam Tigris, "Lo nyindir gue?"

Sambil membersihkan tangannya yang terkena noda sambal di piring Arnes, Tigris hanya menjawab, "Tidak. Aku hanya berbicara apa adanya."

Seusai membayar makanan mereka, Arnes langsung mengembalikan kartu tersebut kepada Tigris. Tapi bukannya menerimanya, Tigris justru memberikan kartu itu kepada Arnes lagi.

"Tidak perlu. Lebih baik kamu bawa saja kartu itu sampai bunganya menghilang." Jawab Tigris misterius.

Seperti paham dengan bunga yang dimaksud Tigris, Arnes langsung menunjukkan pergelangan tangan kirinya "Bunga yang ini, maksud lo?"

Tigris hanya tersenyum tipis yang berarti memang bunga itu yang ia maksud. Lain halnya dengan Rendy serta Arga yang penasaran dengan bunga yang dibicarakan kedua orang tersebut langsung melihat tangan kiri mereka juga.

Tak kalah terkejut dengan sebelumnya, mereka baru tahu-bukan. Tapi baru menyadari bahwa di pergelangan tangan kiri mereka juga terdapat gambar yang sama dengan milik Arnes.

*

Tigris membawa Arnes, Rendy serta Arga ke suatu tempat yang biasa disebut apartemen. Tentu saja, tanpa nama dan alamat. Terkadang mereka bingung bagaimana caranya penduduk disini mencari atau menyebut hotel tersebut. Arnes dan kedua temannya diberikan 2 apartemen dengan fasilitas yang memadai meskipun tidak terlalu mewah.

Lagipula mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut, setidaknya bagi mereka ada tempat untuk beristirahat.

"Ini kartu apartemen kalian. Jika membutuhkan sesuatu, kalian bisa menemui Pipit dan Mawar di Lobi." Pesan Tigris kemudian berlalu meninggalkan mereka bertiga.

Tapi baru beberapa langkah ia berjalan, Tigris sudah ditodong banyak pertanyaan oleh tiga orang dibelakangnya.

"Eh bentar! Kita gantinya pakai baju apa? Gue nggak punya baju lagi nih." Tanya Arnes.

Arga yang masih diliputi banyak tanda tanya tentang tempat ini pun langsung menyahut "Oh iya, kapan lo mau jelasin gimana ceritanya kita bertiga sampai di tempat ini?" Tagih Arga mengingat ucapan Tigris di rumah makan tadi.

"Eh, Pipit sama Mawar tuh yang mana?" Imbuh Rendy.

"Baiklah aku akan menjawab pertanyaan kalian semua. Tapi alangkah baiknya kita duduk terlebih dahulu." Saran Tigris seraya menggiring ketiganya untuk duduk di sofa yang ada di samping pintu masuk.

Setelah berdehem dan menghela nafas, Tigris mulai menjelaskan dengan panjang lebar "Untuk masalah pakaian, sudah tersedia di kamar kalian masing-masing. Tidak perlu khawatir, semua pakaian itu masih baru dan belum pernah terpakai. Lagipula, ada hal yang lebih penting dari pakaian kalian." Ia menjeda ucapannya sebentar.

The Fault In Our PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang