Dan dalam waktu tidak berapa lama saja, keadaan jadi terbalik. Pranggala sudah kelihatan begitu kewalahan menghadapi serangan-serangan beruntun yang datang dari segala arah ini. Bahkan dalam waktu tidak begitu lama, entah sudah berapa kali pukulan dan tendangan mendarat di tubuhnya. Akibatnya keadaan pemuda itu jadi semakin mencemaskan. Namun di saat Pranggala benar-benar hampir tidak memiliki daya lagi, mendadak saja....
"Akh!"
"Aaa...!"
Tiba-tiba dari arah belakang kepungan, terdengar jeritan-jeritan panjang melengking tinggi yang saling sambut. Dan jeritan itu tentu saja membuat mereka yang sedang bertarung jadi terperanjat setengah mati. Sementara, Ki Tunggul Santak yang juga mendengar jeritan itu cepat-cepat melompat ke belakang sejauh setengah batang tombak, meninggalkan Pranggala yang terus sibuk menghindari setiap serangan yang datang dari sekelilingnya.
"Heh...?!"
Kedua bola mata Ki Tunggul Santak jadi terbeliak lebar, begitu melihat dua anak muda tengah mengamuk menghajar para pengikutnya. Dan tampaknya, kedua anak muda itu tidak akan dapat ditandingi. Dalam waktu tidak berapa lama saja, sudah lebih dari lima belas orang yang dijatuhkan.
"Phuih...!" Ki Tunggul Santak menyemburkan ludahnya dengan sengit. "Hiyaaat..!"
Ki Tunggul Santak memang tidak dapat lagi menahan kegeramannya. Terlebih lagi, setelah mengetahui siapa dua orang yang menyerang anak buahnya, hingga jadi berantakan begitu. Mereka memang Rangga dan Pandan Wangi!
"Mampus kau! Yeaaah...!"
Cring!
Bet!
Secepat kilat Ki Tunggul Santak mencabut pedangnya yang sejak tadi tergantung di pinggang. Dan dengan kecepatan bagai kilat, pedangnya dibabatkan tepat ke leher Rangga.
"Haps...!"
Namun hanya sedikit saja Pendekar Rajawali Sakti mengegoskan kepala, maka tebasan Ki Tunggul Santak tidak sampai mengenai sasaran. Dan saat itu juga, Rangga menarik kakinya ke belakang. Tapi pada saat itu juga, satu tebasan golok meluncur cepat ke arah punggungnya.
"Yeaaah...!"
Cepat-cepat Pendekar Rajawali Sakti membungkukkan tubuhnya. Lalu, langsung dilepaskannya satu tendangan keras ke belakang. Begitu cepat tendangannya, sehingga orang yang membokongnya dari belakang tidak dapat lagi menghindar. Dan....
Des!
"Akh...!"
"Hup! Hiyaaa...!"
Rangga tidak sempat lagi memperhatikan pembokongnya yang terpental balik ke belakang, karena harus cepat melesat ke atas. Memang, pada saat itu tebasan pedang Ki Tunggul Santak berkelebat begitu cepat mengarah ke kakinya. Dan mata pedang Ki Tunggul Santak yang berkilatan tertimpa cahaya matahari itu lewat sedikit saja di bawah telapak kaki Pendekar Rajawali Sakti.
Saat berada di udara itu, Rangga cepat memutar tubuhnya. Dan kedua tangannya langsung terentang lebar ke samping, kemudian bergerak cepat. Sehingga, Ki Tunggul Santak jadi terbeliak lebar, terkejut setengah mati. Dan...
Plak!
"Akh...!"
Ki Tunggul Santak jadi terpekik begitu kibasan tangan Rangga berhasil menghantam kepalanya. Seketika itu juga, darah mengucur deras dari bagian atas telinga orang tua ini. Memang keras sekali kibasan tangan Pendekar Rajawali Sakti yang menggunakan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Akibatnya Ki Tunggul Santak jadi terhuyung-huyung ke belakang, dengan darah mengalir deras dari bagian atas telinganya yang retak.
Sementara itu, di tempat lain Pandan Wangi tampak sama sekali tidak mengalami kesulitan mengatasi lawan-lawannya. Kipas baja putih di tangan kanannya berkelebat cepat diimbangi gerakan tubuh dan kakinya yang begitu indah dan lincah luar biasa. Hingga, tidak ada seorang pun lawan yang bisa menyentuh tubuh gadis cantik berjuluk si Kipas Maut ini.
Sedangkan di tempat lain lagi, terlihat Pranggala yang kini tidak lagi menghadapi Ki Tunggul Santak. Semangatnya juga sudah bangkit kembali. Terlebih lagi, dia tahu kalau Rangga dan Pandan Wangi berpihak kepadanya. Hingga, tidak segan-segan lagi lawan-lawannya dibabat dengan pedang. Maka jeritan-jeritan panjang melengking tinggi pun semakin sering terdengar menyayat. Tubuh-tubuh bersimbah darah terus berhamburan membasahi tanah berdebu ini.
Tapi, pengikut-pengikut Ki Tunggul Santak seakan tidak pernah habis. Mereka terus berdatangan dari setiap pelosok Desa Salak Rejeng ini. Rupanya suara-suara pertarungan itu terdengar sampai ke pelosok desa. Dan mereka yang memang sedang berjaga-jaga di sekitar Desa Salak Rejeng ini, jadi berhamburan mendatangi dan langsung saja menyerang dari segala penjuru. Hingga, seakan-akan pengikut Ki Tunggul Santak tidak akan pernah ada habisnya. Selalu saja berdatangan, dan langsung menyerang.
Sementara itu, Rangga dan Ki Tunggul Santak sudah kembali bertarung sengit. Meskpun darah mengucur dari kepalanya, tapi gerakan-gerakan Ki Tunggul Santak masih tetap gesit dan cukup berbahaya. Beberapa kali Rangga terpaksa harus berjumpalitan di udara, menghindari setiap serangan Ki Tunggul Santak. Dan entah sudah berapa jurus pertarungan berlangsung. Tapi, tampaknya laki-laki tua berjubah putih itu sudah kelihatan terdesak sekali.
Beberapa kali pukulan keras bertenaga dalam yang dilepaskan Rangga mendarat di tubuhnya, tapi tetap saja orang tua itu terus menyerang seperti kesetanan. Sementara, Rangga sudah mulai merasa jengkel juga. Sengaja seluruh kepandaiannya tidak dikerahkan secara penuh. Rangga sebenarnya ingin memberi kesempatan pada Ki Tunggul Santak untuk memperbaiki perbuatannya. Tapi, tampaknya orang tua itu tidak mau mengerti kemurahan hati yang diberikan Pendekar Rajawali Sakti. Bahkan menganggap pemuda lawannya ini sudah meremehkannya.
"Phuih! Hiyaaat...!"
Sambil menyemburkan ludah yang bercampur darah, Ki Tunggul Santak melesat cepat sekali ke atas kepala Pendekar Rajawali Sakti. Dan saat itu juga, pedangnya dikibaskan disertai pengerahan tenaga dalam penuh.
"Haiiit..!"
Namun hanya sedikit saja Rangga mengegoskan kepala, tebasan pedang Ki Tunggul Santak tidak sampai mengenai sasaran. Bahkan tanpa diduga sama sekali, Rangga melepaskan satu tendangan keras, sambil membanting tubuhnya ke tanah. Begitu cepat gerakan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga Ki Tunggul Santak tidak sempat lagi menghindarinya. Terlebih lagi, saat itu tubuhnya masih berada di udara. Dan....
Diegkh!
"Akh...!"
Ki Tunggul Santak jadi terpekik, begitu tendangan yang dilepaskan Rangga mendarat telak di dadanya. Akibatnya, tubuh orang tua itu melayang deras ke belakang. Dan tanpa disadari, tubuhnya justru melayang mendekati Pranggala yang kini hanya menghadapi tiga orang lawan saja.
Melihat Ki Tunggul Santak meluncur deras tanpa dapat menguasai keseimbangan tubuh lagi, Pranggala tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang hanya sedikit ini. Tanpa menghiraukan tiga orang lawannya, tubuhnya cepat melesat menyongsong tubuh Ki Tunggul Santak yang meluncur deras ke arahnya, akibat terkena tendangan menggeledek Pendekar Rajawali Sakti.
"Hiyaaat...!"
Wuk!
Langsung saja Pranggala menghunjamkan pedangnya ke tubuh orang tua berjubah putih ini. Dan....
Bresss!
"Aaa...!"
"Hih!"
Darah seketika muncrat keluar dari punggung Ki Tunggul Santak, begitu Pranggala mencabut pedangnya kembali. Dan tanpa membuang-buang waktu lagi, Pranggala mengibaskan pedangnya ke leher disertai pengerahan tenaga dalam penuh dan tinggi.
"Hiyaaat..!"
Cras!
"Akh!"
Hanya sedikit saja terdengar pekikan tertahan, lalu kepala Ki Tunggul Santak langsung terpenggal buntung. Darah kontan muncrat berhamburan dari leher yang sudah tidak berkepala lagi itu. Hanya sebentar saja tubuh tua berjubah putih itu masih bisa berdiri, kemudian limbung dan ambruk menggelepar di tanah. Sementara kepalanya menggelinding jauh dari tubuhnya. Pranggala berdiri tegak memandangi tubuh Ki Tunggul Santak yang menggeletak berlumuran darah tanpa kepala menempel di lehernya lagi.
Pendekar Rajawali Sakti hanya membiarkan saja Pranggala yang melampiaskan dendamnya. Sedangkan Pandan Wangi yang sudah mengakhiri pertarungan, langsung cepat membereskan tiga orang lawan Pranggala tadi. Tidak perlu waktu banyak karena sebentar saja ketiga lawannya sudah ambruk tak bangun-bangun lagi, terbabat kipas bajanya.
Sementara itu sambil menghembuskan napas panjang, Pranggala melangkah dan mengambil kepala Ki Tunggul Santak. Sebentar dipandanginya kepala yang masih mengucurkan darah segar itu, kemudian diletakkan kembali di tanah. Lalu pandangannya langsung beredar ke sekeliling. Kini, tidak ada lagi seorang pun yang hidup disekitarnya. Dan saat itu juga, Pranggala jadi tersentak....
"Eh, ke mana mereka...?"
Pranggala jadi celingukan sendiri, mencari Rangga dan Pandan Wangi yang sudah lenyap, begitu tidak ada lagi lawan yang dihadapi. Entah pergi ke mana kedua pendekar muda dari Karang Setra itu.
"Kalian benar-benar pendekar sejati. Terima kasih, atas bantuan kalian...," gumam Pranggala perlahan.
Sebentar pemuda itu memandangi mayat-mayat yang bergelimpangan saling rumpang tindih di sekitarnya. Kemudian kakinya terayun melangkah meninggalkan tempat ini. Saat itu, matahari sudah benar-benar hampir tenggelam di cakrawala. Cahayanya yang memerah jingga menyemburat disebelah barat mayapada ini. Dan Pranggala semakin jauh melangkah, terus meninggalkan Desa Salak Rejeng yang kini banjir darah.***
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
108. Pendekar Rajawali Sakti : Harga Sebuah Kepala
AksiSerial ke 108. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.