01 |

299 11 0
                                    

Lantunan intrumental Unjust Life dari Jun Maeda terdengar memenuhi ruangan musik yang temaram. Hanya bermodalkan cahaya rembulan dari kaca transparan, Asuna memainkan biolanya dengan lihai. Memejamkan mata, dia mencoba menghayati lagu tersebut dengan segenap perasaan.

Namun, sayang, permainan menarik tersebut mendadak terhenti di tengah jalan. Asuna bergeming untuk beberapa saat sebelum menurunkan biolanya yang ia tumpukan di atas bahu kiri. Gadis itu menghela napas panjang.

"Kau mengganggu konsentrasiku, Kirito," ucapnya. Ia memutar kursi putar yang didudukinya dan bertepatan dengan itu, pintu ruangan musik terbuka lebar. Menimbulkan decitan kecil. Lalu, muncullah sosok pria dengan rambut hitam, lengkap dengan sepasang bola mata abu-abu miliknya.

Dan tiga detik berlalu, ruangan yang tadi gelap berubah menjadi terang benderang akibat Kirito menyalakan lampu.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Asuna bertanya pada Kirito yang kini bersandar di dekat sebuah piano. Cengiran lebar menghiasi wajah rupawannya.

"Menunggumu," jawabnya dengan santai. "Kenapa berhenti? Biasanya kau tidak akan menghiraukan keberadaanku."

"Ini berbeda, Kirito," tandas Asuna dengan kesal. "Kautahu, dua hari lagi aku akan mengikuti lomba sesuai saran yang diberikan Guru Silica. Dan keberadaanmu kali ini sungguh mengganggu konsentrasiku." Asuna menatap Kirito yang kini menghela napas. "Lagipula, aku sudah memberitahumu dari awal untuk tidak menungguku."

"Aku terlanjur berada di sini, Asuna," kata Kirito sambil mendekati gadis penyebar senyum paling ramah yang pernah ada, menarik kursi plastik tepat di depan Asuna, lalu duduk. "Dan lanjutkan permainanmu. Aku akan menjadi jurinya."

"Aku tak dapat mempercayaimu. Pergilah. Aku ingin berlatih," usir Asuna, memutar kursinya, namun Kirito dengan cekatan menahan tubuh Asuna agar kursi tersebut berhenti, tetap menghadap padanya.

"Aku temanmu, Asuna, jadi sudah menjadi kewajibanmu untuk mempercayaiku. Sungguh, aku tak akan membuat konsentrasimu terganggu. Jika aku melakukannya, kau boleh menendangku."

Asuna berdecak pelan. "Aku tidak sekasar itu, Bodoh!"

Ia menatap Kirito lama, sebelum memutuskan untuk mengangkat biolanya, lalu menumpukan kembali di bahu, dan menaruh dagu di atas chirest. Membuang napas, biola Asuna pun melantunkan lagu Unjust Life yang sempat terhenti sambil menutup mata.

Tidak bisa berbohong, Kirito sempat terpana dengan perempuan yang ada di hadapannya ini.

Selama suara biola Asuna menggema dalam ruang musik, Kirito terdiam—sibuk memandang Asuna. Ini sudah menjadi sebuah kebiasaan bagi Kirito.

Permainan Asuna membuatnya seolah terbius—terlebih ketika jarinya dengan lihai mulai menggesek sambil menekan senar, mencitakan gema vibrato. Kirito tidak bisa bergerak.

Alunan yang tiap kali dibawakan oleh Asuna seperti memaksa orang lain untuk duduk, dan mendengarkan lagu yang dibawakan habis. Itu ciri khas permainan Asuna.

Ketika Asuna berhenti bermain akibat lagu tersebut habis, Asuna membuka matanya, dan menatap Kirito penuh penuntutan agar laki-laki tersebut memberikan penilaian.

"Perfecto," gumam Kirito, masih setengah sadar dari kekagumannya. "Kau sungguh luar biasa, Asuna! Juri asli dan profesional pun mungkin akan langsung meloloskanmu!"

"Kau terlalu berlebihan, Kirito." Asuna mendengus sembari bangkit dari posisi duduk. Ia kemudian sibuk memasukkan biola beserta bow-nya ke dalam tas khusus. Akan tetapi, di saat Asuna sedang merisleting tas tersebut, ia berhenti sejenak untuk menoleh ke arah kaca jendela, lalu beralih pada Kirito yang menatapnya bingung. "Salju?"

Raut wajah Kirito berubah hangat. "Yeah. Dan kau pasti lapar."

Asuna mengangkat satu alisnya. "Dari mana kau tahu?"

Kirito tersenyum. "Aku temanmu, Bakasuna."

-

glosarium

i. chirest: tempat untuk meletakkan tulang rahang ketika bermain biola.

ii. vibrato/getaran: teknik menggetarkan senar dengan jari yang menekan senar.

iii. bow: alat gesek biola.

iv. unjust life: instrumental dari karya Jun Maeda pada anime Angel Beats.

///

Jangan lupa di vote... sebagai dukungan pengarang asli
ichikatsu

An Instrument In DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang