Lakuna: Bagian 3

27 5 0
                                    

"Kalo hidup cuma tentang kebahagiaan,Tuhan ngga akan kasih petualangan untuk kita bertahan hidup."
🌻

"RIAAANNN! NGAMBIL PULPEN GUE LU YA?!" Aku berteriak sekencang mungkin saat menyadari hilangnya anggota keluarga di tempat pensilku. Pulpen kesayanganku. Memang anak berandal. Anak konglomerat masih saja tertarik gacol milik orang lain.

Tak pikir panjang aku lari dan mengeluarkan energi paling kuat yang aku miliki. Untuk mengejar si berandal kelas. Rian itu sebenarnya anaknya baik. Seru juga. Tapi iseng nya ngga ketulungan. Aku tidak akan membiarkan dirinya mengambil barang kesayanganku dari orang yang paling aku sayang juga tentunya.

"Yaelah Fal. Pelit amat lo kutil. Pulpen ginian doang mah bisa gue beliin lagi di toko buku." Kata Rian menjawab teriakanku sambil berlari seolah dikejar monster. Padahal aku kan perempuan cantik nan elok. "Sialan lo. Balikin pulpen gue. Pulpen mahal anjir lo gabisa gantiin." Aku berbicara sambil tertatih tatih. Peluh sudah membasahi kening dan badanku. Bodo amat pokoknya. Yang penting pulpen kesayangan aku kembali.

"Nah dapet. Siniin pulpen gue. Bisa bisanya lo ngambil pulpen punya gue." Akhirnya aku bisa meraih kerah baju seragam milik Rian. Yes. Tuhkan aku bisa tangkap Rian. "Gamau titik gamau." Rian menjulurkan lidahnya dan benda kecil mengandung tinta itu masih dia genggam erat erat. "RIANNNNN GUE LAPORIN KE BU IIN LO YA." Aku berteriak tepat di telinga Rian. Biarin. Aku tidak peduli dengan kondisi laki laki itu. Yang penting pulpen aku kembali.

"Anjir anjir gila suara lo kenceng banget. Cocok buat bangunin orang sahur loh Fal." Timpal Rian. Masih saja basa basi. Oke tanpa pikir panjang aku merebut pulpen yang berada di genggamannya. Yes! Kali ini dapat. "Bodo amat. Makanya lo jangan nakal sama gue." Aku menyudahi kegiatan rebutan dengan anak ajaib seperti Rian.

"Gila ni anak. Seneng banget lo ngerjain anak orang." Dimas tampak tak habis pikir. Bahkan sahabat dekatnya pun merasa ㅡmalu dengan Rian. Anak ajaib dengan sejuta kelakuan super duper random. Dan ajaib nya lagi Rian sangat mahir di pelajaran matematika,fisika,dan kimia. Yang aku saja sangat susah memahami pelajaran itu.

"Upacara. Buruan turun semua. Noh pak Gandi udah koar koar dibawah." Kata Baihaqieㅡmurid paling teladan dikelas yang seminggu lalu menjabat sebagai ketua kelas 11 Mipa 2.

Jujur saja. Aku adalah salah satu siswa dari kesekian siswa di SMA Bunga Bangsa yang sangat membenci upacara hari Senin. Bukan tanpa alasan tentunya. Aku sangat sensitif dengan suhu panas matahari. Sekalinya kepalaku kena panas matahari anggota panca indra untuk bernafas milikku akan mengeluarkan cairan berwarna merah. Jika sudah parah aku pasti pingsan. Sungguh. Aku benci badan lemah seperti ini. Tapi for your information padahal aku memang tidak pernah mengikuti upacara. Karena semua teman sekelasku sudah hafal aku pasti akan merepotkan peserta upacara saat aku pingsan. Tapi tetap saja aku tidak suka upacara. Aku tidak suka ruang UKS. Aku benci aroma ruang UKS yang sama seperti rumah sakit.

"Fal. Lo jangan macem macem ya di ruang UKS. Jangan balik ke barisan lagi. Ga ada lagi yang mau gotong lo ke UKS." Viona berkata sangat tajam. Melebihi pisau tukang jualan daging. "Ish gamau ah gue mau upacara titik." Aku menegaskan sekali lagi. "Lo oon apa gimana sih Fali. Yang lain pada iri sama lo gara gara lo selalu di UKS tiap upacara. Dan lo? Malah mau ikutan upacara dengan kondisi lo yang kaya gini? Ayolah. Nurut sama gue. Ya? Please??." Oke. Kalimat Viona membuatku tak berkutik. Akhirnya aku hanya mengangguk dan berjalan menuju UKS. Padahal upacara sudah berjalan 3 menit yang lalu.

Harusnya aku memang sudah seharusnya menerima keadaan. Anak lemah penderita anemia kronis sejak kecil. Hidupku hanya bisa merepotkan orang orang. Ah sudahlah. Aku bukan tipe orang melankolis yang apa apa menangis. Aku hanya sesekali menangis. Hanya dikamar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lakuna |Ruang Kosong Kehidupan|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang