01. Begin

87 10 3
                                    

Dimana ini?Ahh,, tempat macam apa ini.
Tunggu? Siapa mereka?

”Hai ayah,,” sapa seorang anak sambil berlari ke pelukan sesosok laki-laki. Laki-laki itu tersenyum sembari menerima pelukan yang hangat.

Tak berapa lama seorang perempuan muncul dari belakang. Dengan gaun semi emas serta aksen yang rumit. Tersenyum dengan manis nan menawan.

“Kalian terlambat lagi,” katanya pada ketiga orang yang baru saja datang.

Ya, tiga. Selain orang yang dipanggil ayah tadi muncul dua orang lagi dari belakang. Dua anak laki-laki.

"Kalian selalu membuatku menunggu,” kata anak perempuan tadi yang berlari dengan manja.

Mereka berlima duduk di sebuah taman dengan cangkir didepannya. Tertawa gembira saling melempar canda.

Mereka sangat bahagia. Tapi kenapa aku di sini.
.
Apa ini? Kabut ini datang dari mana, kyaa,, kabutnya semakin tebal. Hukk, hukk,,huk,, kenapa kabut si*lan ini tidak pergi-pergi sih..

Wushh,,

trang,, trang,,

BUMM..

Suara apa itu? Seandainya kabut ini menghilang, aishh..

Tak beberapa lama perlahan kabut hitam mulai pudar.  Langit biru dengan taman yang indah kini berubah tanpa disangka. Langit merah terpampang nyata di depan mata.

Apa ini perang? Aku berada di tengah-tengah medan perang, konyol. Ahh bukan, ini mengerikan.

Aihh,, kakiku, kenapa tidak bisa bergerak. Orang itu menuju padaku, yakk, kaki ini,,
Sekuat apapun aku mencoba tidak bisa kugerakkan.

Dia semakin mendekat. Hwaaaaaa

Ukh,, tidak terjadi apapun? Apa dia tidak melihatku?

Suasana yang mengerikan. Langit merah darah. Suara dentingan berbagai senjata menjadi backsound alami. Tal luput darah dari mereka yang tertusuk, terpenggal, atau tercabik-cabik. Mengalir menghiasi tanah lapang yang gersang.

Akhirnya kakiku bisa bergerak. Aku harus menepi.

Siapa orang di depanku ini. Apa dia melihatku,,, eihh tidak mungkin.

Orang tadi melewatiku begitu saja, tenang. Anggap tidak ada siapapu. Berbalik.

“Mau kemana kamu? Melarikan diri? Hahahaha, tenyata hanya seorang anak yang pengecut,”

Drapp,,drap,,drap,, dia berlari dengan pedang yang bersinar dan aura hitam yang kuat.

Tidak ada orang di depanku, dia bicara dengan siapa. Suara langkah kaki. Apa dia menuju padaku,,

“MATILAH KAUU,”

“Dia benar-benar melihatku, kyaaaaa,, seharusnya aku lari dan tidak membalikkan badanku, KYAAAAAAAA,”

~~

BUK

“Au,, ,” kata anak perempuan meringis kesakitan karena benturan di kepalanya yang cukup keras. Dengan rambutnya yang acak-acakan dan mata yang malas untuk dibuka.

Tak berselang lama pintu ruangan terbuka. Tanpa mengetuk atau permisi.

“Hei,, bangun tukang tidur!!!” katanya tanpa mengetahui dahulu keadaan di kamar.

Merasa tak ada jawaban, ia melangkah kedalam ruangan. Kosong, bahkan tak ada orang yang dimaksud. Padahal anak itu tidak akan bangun sebelum keributan terjadi, biasanya.

“Tumben, sudah bangun, Vi?” matanya masih menelisik setiap inci ruangan untuk menemukan orang yang dimaksud. Pada akhirnya tatapannya jatuh ke bawah. Samping tempat tidur depan meja kecil. Kacau, sangat kacau.

“Hahahaha,, apa kamu baru saja bergulat dengan seseorang, atau dikejar anjing, tunggu bukannya anjing yang akan takut denganmu jika kalian bertemu, hfff,”

“Berhentilah tertawa, sungguh bagaimana aku bisa memiliki kakak sepertimu,” katanya malas sembari bangun dan merapikan penampilan.

“Yayaya,, sebaiknya cepat bersiap kalau tidak ingin kena hukuman,”

“Keluarlah, dasar pengganggu,” kata Vio sembari mendorong paksa kakaknya keluar dan menutup pintu kamarnya dengan kasar.



See U Next Chapter 🌿
.
.
.

^^

Thanks for read it! 💜

If you like this story
You can support me with vote and comments ^^

Have a nice day
Keep healthy 🕊

KRISSTORIA || On Going 🚴三Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang