05. Who?

27 6 2
                                    

05. Who?

Menantikan perjalanan yang panjang mereka memilih untuk menikmati keindahan alam yang disuguhkan. Perjalanan yang naik turun bukit. Pohon-pohon rimbun nan menyejukkan. Damai.

“Qei, sebelum ingatanku hilang apa aku mahir bela diri?” Tanya Vio

Qei yang awalnya menikmati pemandangan di luar mengalihkan pandangannya.

“Ntahlah, bukannya kamu pindah ke kota ini 2 tahun yang lalu,” katanya.

Vio hanya mengalihkan pandangannya tanpa menanggapi jawaban Qei.

Setelah menempuh 5 Jam perjalanan mereka sampai di tempat pelatihan. Tempat yang luas dengan pepohonan yang mengelilingi. Di sebelah utara adalah jalan satu-satunya yang menghubungkan dengan jalan utama. Sebelah selatan dan timur hutan lebat terpampang dengan gagahnya. Di barat sungai nan jernih bersinar dengan cahaya matahari yang menyilaukan.

Setelah memindahkan barang bawaan dari mobil, mereka mendirikan tenda dengan kelompok yang telah ditentukan. Tak perlu waktu lama untuk mendirikan sebuah tenda. Menyiapkan kebutuhan lainnya lah yang membutuhkan waktu yang lama. Tak terasa matahari hampir tenggelam. Menyisakan langit senja nan indah layaknya sebuah lukisan.

Matahari tergantikan oleh rembulan. Di bawah langit yang berhiaskan bintang, peserta pelatihan berkumpul. Bersiap untuk kegiatan pertama.

“Kegiatan kali ini akan melatih kerjasama dan kekompakan antar tim. Selain itu, ketepatan dalam pengambilan keputusan juga akan turut andil dalam keberhasilan misi yang akan diberikan. Perhatikan setiap tanda yang telah disiapkan dan jangan bertindak gegabah. Bersngkat sesuai dengan urutan. Mengerti?” Kata seorang guru dengan pengeras suara.

Setelah intruksi mereka berangkat menuju rute yang telah ditetapkan.

“Karena bulan purnama pemandangannya terlihat sangat indah. Bagaimana menurutmu Razta?” tanya Vio pada orang di sampingnya yang sedang membawa obor.

“Ra, panggil aku Ra! Setidaknya itu terdengan lebih akrab,” Vio hanya tersenyum mendengar perkataan temannya itu. “Meskipun indah kita tidak tahu jebakan apa yang telah disiapkan. Jadi jangan terlalu lengah!”

"Aku mengerti. Tahun lalu aku juga mengikutinya tapi tidak ada yang berbahaya,” kata Vio

“Aku hanya mengingatkan,”

Mereka melanujutkan rute sesuai dengan intruksi. Setiap misi juga dilewati tanpa ada kendala. Kali ini sepanjang rute dikelilingi alunan suara aliran sungai yang ada di sebrang. Semua misi telah terselesaikan. Hingga jam tidur tak ada kegiatan lainnya karena ini adalah hari pertama. Peserta bebas melakukan aktivitas apapun selagi masih dalam ruang lingkup yang ditentukan.

@@@

Vio POV

Sepertinya aku tersesat. Sejauh diriku melangkah hanya da pepohonan rimbun yang menjulang tinggi. Aku berusaha untuk menemukan jalan keluar. Namun, bukannya menuju keluar sepertinya diriku melangkah semakin jauh ke dalam hutan.

Sreek,, Sreekk

Aku mendengar suara gesekan daun dan ranting. “Siapa?” kataku berusaha memastikan. Aku mendekat, mataku menyipit. Kakiku tetap malangkah walau pelan. Semakin dekat dan dekat.

SSREEKK

Gesekan dedaunan dan ranting yang terdengar lebih keras disertai serigala abu-abu yang muncul dengan lolongan menggelegar. Seolah ingin menerkam mangsanya. Aku?

Aku terkejut dan terjatuh. Namun, aku segera bangkit dan berlari. Menjauh sejauh mungkin menghindari serigala abu-abu yang menyeramkan. Serigala itu tidak tinggal diam.

Langkahnya terpacu mengejarku. Jalanan yang awalnya tak terlalu rimbun kini semakin dipenuhi rumput liar dan semak-semak. Meski begitu serigala tadi tetap mengejarku.

Kakiku terus melangkah semakin cepat. takpeduli entah apa yang aku injak. Kakiku semakin perih karena duri atau ranting kering yang berjatuhan. Di depan ada semak-semak menghadang. Aku tak peduli, kupercepat langkahku dan menerobosnya.

BYUURR

Ah, sial. Seharusnya aku tidak menerobosnya. Aku berusaha ke permukaan setidaknya untuk menghirup oksigen. Tetapi, badanku rasanya mati rasa. Lemas tak ada energi. Perlahan kesadaranku mulai hilang. Saat ini aku hanya terpikirkan kakakku. Aku tidak menyangka jika cincin bermata biru muda yang diberikan kepadaku kemarin akan  menjadi hadiah terakhir darinya.

Sebelum kesadaranku hilang seutuhnya, tubuhku terasa terangkat. Seseorang seperti menarikku. Setelah beberapa saat aku bisa merasakan udara yang lebih kering. Sepertinya seseorang membawaku ke daratan. Meletakkanku di dataran yang lebih kering.

Aku berusaha membuaka mataku. Namun, tubuhku seolah tak mengizinkannya. Hanya remang-remang bayangan seseorang yang bisa kulihat dari mataku yang berusaha kubukan. Siluet seorang anak laki-laki. Kakak itukah dirimu? Tanyaku pada diriku sendiri tanpa bersuara.

Setelah itu kesadaranku mulai menurun dan kegelapan menyelimuti seluruh pandanganku.

Tbc~





Hi 👋🏽👋🏽👋🏽👋🏽👋🏽👋🏽👋🏽

Pakabar?? Aku harap kalian sehat semuanya 😊

Sebelumnya terima kasih buat para pembaca yang udah baca hingga chap ini 💕

Terima kasih juga buat dukungannya dari para Krisstorian ^^

See U Next Time 👋🏽👋🏽

If you like this story
You can support me with vote and comments ^^

Have a nice day

Keep healthy 🕊

KRISSTORIA || On Going 🚴三Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang