02. Night Flower

75 7 10
                                    


.
.
.
Setelah bersiap Vio turun dan segera menuju meja makan.

"Pagi,, Ayah!" sapanya pada pria yang sudah duduk sendirian.

"Pagi, Vio," sapa sang ayah dengan senyuman yang mengembang. "Kenapa kakakmu belum turun?"

"Entahlah, mungkin dia menghilangkan barangnya lagi," hff jawabnya dengan cengiran di akhir. Dia belum turun? Padahal tadi saja menggangguku.

"Pagii semua,, kalian pasti menungguku kan," sosok anak laki-laki datang dengan lalu duduk di kursi depan Violin.

Akhirnya mereka pun makan hidangan masing-masing dalam diam. Hening, masing-masing terhanyut dalam citarasa masakan masing-masing. Tak bertahan terlalu lama hingga sebuah suara memecah kebungkaman.

"Ayah tahu, tadi malam aku bermimpi, buruk sekali. Aku bertemu orang dengan mata kemarahan yang berapi-api. Membawa pedang yang aneh. Parahnya lagi dia mengayunkannya padaku. Seakan-akan dia memiliki dendang kesumat denganku," kata Violin setelah menyelesaikan makannya.

Sebelum ayahnya menanggapi, suara kakaknya lebih dulu mencuri start.

"Apa karena itulah kamu tidur di lantai dan keadaan yang kacau tadi pagi?" Kata kakaknya dengan nada sedikit tertawa sekaligus mengejek. 

Vio hanya diam namun membalas kakaknya dengan tatapan yang tajam.

"Sudahlah Ken, kebiasaanmu tidak pernah hilang." Katanya pada putra pertamanya setelah menyeruput teh herbal dengan cangkir kecil.

"Ayah tau kenapa kamu bermimpi buruk."

Mendengar perkataan ayahnya, semangat di mata Vio tiba-tiba muncul. Berharap banyak dengan jawaban ayahnya.

~~

Di koridor sekolah, Vio berjalan dengan pikiran melayang. Ia masih memikirkan apa yang dikatakan ayahnya tadi pagi. Bukan hanya ayahnya, kakaknya juga tidak percaya padanya.

Flashback On

"Itu karena kamu terlalu terobsesi dengan hal-hal aneh," kata ayahnya dengan tenang.

Kini matanya yang terpancarkan semangat berubah menjadi malas. Mendengar jawaban ayahnya seolah mendukung kakaknya yang mengebalkan. Apa mereka bersekongkol? Setidaknya itulah yang dipikirkan Violin, sembari melipat tangannya di dada dengan raut muka kekecewaan.

"Ayah memang benar, dia akan senyum-senyum sendiri dengan buku atau HP di depannya. Dia bahkan sangat mengagumi tokoh komik yang bahkan bukunya sudah lungset. Apa perlu aku membawanya ke rumah sakit,"

"yakk,, apa kalian berkonspirasi melawanku. Huhh. Sebaiknya aku segera berangkat sebelum aku benar-benar gila karena kalian."

Flashback Off

Teganya mereka berpikir aku tidak waras. Apa kakak bilang banyak berhalu?! hhh. Sepertinya hidupnya terlalu monoton.

Dia juga tidak percaya kalau teman satu kelasku, Razta bisa melakukan hal yang tidak masuk akal . Padahal jelas-jelas aku melihat tangannya yang terkena pisau dalam sekejap sembuh saat praktikum.

Memang tidak ada bukti yang kongkrit, tapi mataku dan kepercayaanku saja bukannya sudah cukup.

Apa aku harus membuktikannya? Ah tidak, aku harus membuktikannya bahwa aku benar.

Karena terlalu tenggelam dengan pemikirannya. Ia hanya tertunduk sepanjang menyusuri koridor yanga panjang. Hingga tak terasa pintu kelas sudah di depan mata. Bahkan kakinya secara otomatis mengikuti rute tanpa adanya perintah.

DUKK

Au,, apa ini pagi kesialan ku. Semuanya tidak ada yang berjalan lancar. Rintisan yang sama namun berbeda dengan pagi tadi. 

Setelah terdengar suara yang cukup keras, muncul kepala dari balik pintu yang dibuka dengan keras tadi dan menyebabkan kepala Vio terbentur.  Kepala seorang teman kelas yang tersenyum seperti tanpa salah.

"Vio, maaf. Aku buru-buru," katanya lalu pergi meninggalkan Vio, sendirian.

Untung suasana hatiku sedang tidak ingin berdebat. Aku akan melepaskanmu kali ini. Batinnya dalam hati. Ia pun melangkahkan kakinya ke dalam kelas.

~ ~

Selama kelas berlangsung tatapannya seolah tak memiliki semangat. Terkadang tatapannya menjadi kosong. Tanpa sadar sesekali ia memejamkan mata dan ya, suara guru pengajarlah yang menjadi alarm bahwa ia masih di sekolah bukannya di atas kasur.

Ding dong,, diumumkan kepada seluruh murid peserta Night Flower" untuk berkumpul di aula setelah pembelajaran selesai. Sekian, terima kasih.

Waktu berjalan dengan cepat ~
.
.
.
.
.
See U Next Chapter 🌿

KRISSTORIA || On Going 🚴三Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang