03. Berangakat

37 9 7
                                    

Seperti suara pengumuman, setelah kelas Vio segera menuju aula. Aula sudah ramai dengan para peserta pelatihan.

"Vio!!”

Merasa namanya dipanggil, pandangannya menelisik ruangan yang luas itu. Setelah beberapa detik akhirnya terlihat sesosok anak perempuan yang sedang mlambaikan tangan. Tak pikir panjang ia melangkah mendekat.

“Kamu terlambat,,” katanya

“Hah?” raut kebingungan pun muncul dengan sendirinya

“Terlambat menyaksikan kharisma dari seorang Lilian” kata temannya dengan berbinar-binar

“Dasar bucin akut,” kata violin dengan pukulan tepat di kepala mendarat dengan mulus. Tentu saja kepala temannya, Qeira. Penggemar kakak kelas berbakat Lilian.

@@@

Acara selesai saat matahari telah terbenam seutuhnya. Sebelum pulang Violin dan Qeira memutuskan membeli perlengkapan untuk kegiatan esok pagi. Jalan mereka searah. Setiap pagi juga hampir berangkat bersama.

Dua sosok itu menyusuri jalanan yang dingin dengan santai. Meski dingin, satu cup es krim menghiasi tangan masing-masing. Mereka terhanyut dengan sensasi yang tercipta hingga lupa bahwa keheningan telah menyertai selama perjalanan. Hingga tak sadar jika Violin berjalan beberapa langkah di depan dari Qeira. 

“Vi, bentar!!” katanya sambil menarik baju orang didepannya hingga hampir saja terjatuh.

“Ehh,, pelan-pelan! Hampir saja benda berhargaku hilang” katanya dengan agak kesal.

“Apaan?!”

“Es Krim,” katanya tanpa dosa dan wajah datar.

“Ishh,, aku merasa aneh dengan gang yang kita lewati tadi,” kata Qeira agak cemas.

Setelah perdebatan kecil mereka memutuskan untuk mengecek gang yang dimaksud. Gelap, dingin, dan sunyi. Merasa tidak ada apa-apa mereka berbalik. Namun, baru beberapa langkah untuk keluar gang, terdengar suara yang nyaring seperti benda yang dibuang dengan keras.

DUAKKK

Mereka berbalik dan mengecek sekali lagi. Kini terlihat segerombolan anak yang sedang bersenag-senang. Lebih tepatnya bertengkat dengan satu lawan lima. Keduanya tidak langsung melabrak. Tempat sampah yang cukup tinggi di ujung persimpangan gang menjadi pilihan untuk bersembunyi. Tindakan yang gegabah nantinya hanya akan merugikan saja.

“Kenapa tadi kita tidak mendengarnya,” kata Qei deangn berbisik.

“Itu karena kamu berisik,”

“Bukannya dia adik kelas. Bukankah ini pembulian?” taka Qei setelah menyadari jika mereka masih mengenakan seragam sekolah.

“Kamu kan punya mata, kenapa tanya,,” jawab Vio tanpa mengalihkan pandangan. 

“Ck, Cepat keluarkan ponselmu! Kita harus bergerak cepat,”

“Hah?? Untuk apa?” tanya Vio tentu saja dengan wajah yang bingung

“Untuk live instagram!! -_- Untuk ambil bukti lah, bukankan ini pembulian internasional. Setidaknya biarkan polisi punya pekerjaan malam ini,”

Setelah memproses kata yang diucapkan Qeira, Vio segera mengeluarkan ponselnya. Membuka kamera dan memotret peristiwa bersejarahh ini dengan diam-diam.

CKLIK

Sayangnya, rencana mereka berantakan karena suara kamera dan flash yang tidak bisa diajak kerja sama.

“Siapa di sana, keluar sekarang!”

“kkrrrr, ada apa dengan hp mu, ishh” katanya dengan geram bercampur cemas karena mereka ketahuan.

“Maaf, aku juga tidak tahu,” Vio memelas.

“Hhh,, ujung-ujungnya aku yang harus turun tangan. Tetap diam di sini! Jika situasinya semakin memburuk dan tidak bisa kutangani segera hubungi polisi. Jika menghubungi polisi sekarang kita akan ikut terseret dalam masalah.” kata Qei dengan tegas

“Tidak apa-apa sendirian?” suaranya yang gemetar terlihat jelas jika dia khawatir.

“Kamu lupa siapa aku?” kata Qei bangga, mungkin. Atau mungkin ada setitik kesombongan yang terselip dalam kata-katanya.

“hmm,, ya,,ya,, Ketua Klub Bela Diri,”

Setelah menyusun rencana, Qei meninggalkan Vio yang bersembunyi.

@@@

Keesokan paginya matahari bersinar dengan cerah. Langit yang biru jernih tanpa awan seperti lukisan.

“Kamu beneran tidak mau diantar?” tanya Kenzie pada adiknya, memastikan.

“Tentu saja, aku bukan anak kecil lagi.” Katanya yang tanpa ragu berusaha meyakinkan kakaknya yang terkadang keras kepala.

“Baiklah, tapi ingat pesanku dengan baik dan jangan ulangi kejadian tadi malam,”

“Apa kakak sakit,,Pftt,”

"Hh,,"

Violin berangkat seperti biasa. Tak ada beban ataupun tekanan. Tanpa tahu apa yang menunggu teman-temannya di lokasi Pelatihan Kepemimpinan yang akan diikuti dirinya dan teman-temannya. 

.
.
.
.

See You Next Chapter 🌿

.
.

^^

Thanks for read it! 💜

If you like this story
You can support me with vote and comments ^^

Have a nice day
Keep healthy 🕊

KRISSTORIA || On Going 🚴三Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang