06. Lost

13 3 2
                                    

06. Lost

Mata yang tenang itu terbuka seketika. Mata sepat sayu  kemerahan khas orang bangun tidur. Berhenti sejenak berusaha  memahami situasinya sekarang. Setelah beberapa saat ia terbangun dari tidurnya. Kakinya melangkah keluar dari sebuah tenda karena atmosfer yang berubah untuk beberapa saat.

Langit cerah dengan sinar rembulan yang remang-remang. Bintang-bintang nan cantik menghiasi setiap inci selimut bumi tersebut. Kakinya melangkah tanpa perintah. Tangannya yang dimasukkan ke saku Hoodie berusaha melawan dinginnya malam.

Beberapa saat telah berlalu. Pandangan yang tadinya acak kini tertuju pada satu titik. Sosok berambut panjang yang duduk di bawah pohon. Ia pun melangkah untuk lebih dekat. Tanpa keraguan ataupun rasa takut.

"Hai Ra, belum tidur?" Tanyanya sembari duduk di samping temannya itu.

"Malam yang indah, bukankah sayang jika dilewatkan," katanya menanggapi pertanyaan Vio.

Setelah dirasa nyaman mereka bercakap ringan. Angin malam tak henti berhembus. Semilir lembut nan menenangkan. Menemani keduanya hingga waktu yang tak dapat ditentukan.

"Ehmm, Ra bukankah kamu pernah tinggal di daerah sekitar sini. Menurutmu apa cerita yang dikatakan penduduk sekitar sini benar adanya?" tanyanya dengan sedikit keraguan.

"Soal apa? Hal aneh dan sihir?" Vio tak menanggapi dengan kata-kata. Hanya nggukan kecil yang terlihat jelas.

"Hh, aku tidak percaya. Kamu tahu. Tidak semua apa yang kita lihat dan dengar adalah kebenaran." Jelasnya tanpa memandang Vio. Tatapannya lurus pada bulan yang bersinar.

"Bagaimana dengan serigala atau hewan buas lainnya?"

"Aku sudah bilang padamu kan! Tidak ada yang perlu ditakuti. Aku lebih mengenal daerah ini daripada dirimu. Sudahlah kita akhiri percakapan sampai sini saja. Sebentar lagi jam malam kan," kata Razta berusaha menghindari percakapan yang lebih dalam lagi.

Keduanya pun masuk ke dalam tenda masing-masing dan tidur. Sebenarnya masih ada hal yang mengganjal dalam pikiran Vio. Namun, karena reaksi yang diberikan ia lebih memilih untuk diam. Vio tak ingin kehilangan teman yang baru saja akrab dengannya karena keegoisan yang ada.

Hari Terakhir

Hari berlalu dengan sendirinya. Dengan serangkaian kegiatan tak terasa memasuki hari terakhir. Tak banyak kegiatan untuk hari ini. Hanya bermain untuk menghilangkan lelah seusai kegiatan yang cukup padat.

Yayy,, akhirnya kita bisa liburan, kata Qei kegirangan

Ia berjalan beriringan dengan Vio bersiap menuju sungai. Yah,, arung jeram. Kegiatan terakhir sebelum kembali ke kehidupan sekolah lagi.

Byur

Hahahaha

Waw,,,

Yayyy

Kyaaaa

Kegiatan akhir yang menyenangkan. Mungkin.

@@@

Matahari tergantikan oleh rembulan. Tempat yang tadinya dhiasi oleh tenda-tenda dan perlengkapan kini telah bersih. Tanpa adanya jejak ataupun sampah. Tidak ada lagi cahaya api unggung atau lilin yang menghiasi lapangan yang luas itu. Bahkah hutan yang mengelilinginya kini terlihat lebih misterius. Gemericik aliran sungai terdengar jelas karena keheningan yang menyelimuti.

Menelisik jauh di kedalaman hutan. Ditemani remang-remang cahaya rembulan yang menerobos celah-celah ranting pohon. Suara hewan malam yang bersahutan menjadi pelengkap suasana.

Dibalik semak belukar sesosok bertudung hitam berdiri. Karena pencahayaan yang terlalu minim wajahnya tak terlihat begitu jelas. Di tangannya sebuah batu bercahaya. Menampilkan hologram sesosok pria gagah dengan wibawa yang dapat terpancar dari raut wajahnya. Bersamaan tatapan tajam tak lepas ditujukan pada pria bertudung hitam tadi.

"Ternyata masih ada kberanian dalam dirimu?" kata pria itu

"Aku menemukannya. Memang belum pasti. Tapi kemungkinannya besar," kata sosok bertudung itu dengan suara agak berat.

Kini pria itu terlihat lebih serius dari sebelumnya. Tatapannya pun berubah lebih jatam.

"Apa kata-katamu bisa kupercaya!?" katanya lebih tajam.

"Akan kubuktikan dan membawanya padamu," balasnya lagi

"Apa maumu?"

"Kembalikan posisiku dan tarik perintahmu," kata sosok bertudung tak kalan tajam.

"Baiklah, itu bukan hal yang sulit bagiku."

Setelah mengatakn hal tersbut sosok pria itu menghilang. Batu yang menampilkan hologram tadi kini menghilang dari tangannya.

"Aku pasti akan menemukanmu. Karena dirimulah aku menjadi seperti ini." Kata sosok bertudung hitang kembali memainkan cicin yang ada di tangannya. Sesaat setelah itu ia menggenggamnya dengan kuat dengan senyuman tersirat. Cicin bermata biru muda.

Tbc~




QOTD

"Tidak semua apa yang kita lihat dan dengar adalah kebenaran"


Terima kasih juga buat dukungannya dari para Krisstorian ^^

See U Next Time 👋🏽👋🏽

If you like this story
You can support me with vote and comments ^^

Have a nice day

Keep healthy 🕊️

~Viee~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KRISSTORIA || On Going 🚴三Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang