Bab 8

220 24 2
                                        

Aku tak bisa mempercayai ini, ini tak mungkin terjadi. Anak yang belum pernah aku peluk, anak yang belum pernah aku cium, anak yang belum pernah mendapatkan kasih sayang dariku, bahkan tak pernah aku ketahui keberadaannya sekarang tiba-tiba aku justru mendengar berita bahwa dia telah tiada, Kami-sama tak mungkin sekejam itu bukan?

Aku tak perduli dengan tata krama atau apapun itu, aku juga tak perduli dengan siapapun yang ada di sana, yang terpenting sekarang adalah aku bisa melihat Ichiru oleh karena itu aku melewati mereka begitu saja dan lansung masuk ke dalam ruangan tempat Ichiru berada, aku ingin melihatnya, aku ingin memeluknya. Semua hanya tinggal harapan kodong, aku telah melihat Ichiru di sana, terbaring begitu damai tapi saat aku ingin menyentuhnya, Rukia justru masuk dan menghalangiku.

"Jangan sentuh anakku!" bentak Rukia yang sontak langsung menghentikan gerakan tanganku yang ingin menyentuh Ichiru.

Aku terdiam menatap Rukia yang kini tengah berada di depanku, kami sekarang berdiri berhadap-hadapan di samping tempat tidur Ichiru, sementara Byakuya, Renji dan Unohana-taichou berada di depan pintu yang terbuka.

"Untuk apa kau datang kemari? Ingin menertawakanku karena Ichiru telah pergi? Kau puas telah membunuhnya, hah?!" aku dapat melihat air mata Rukia yang mengalir semakin deras, juga tatapan dan nada bicara Rukia yang menunjukan kebencian yang begitu mendalam.

"Apa yang kau maksud, Rukia?" tak tahu kah engkau jika aku juga menderita dan apa maksudmu dengan aku yang membunuh Ichiru? Bagaimana mungkin aku membunuh darah dagingku sendiri? Begitu banyak hal yang ingin aku sampaikan pada Rukia tapi entah kenapa mulutku tak dapat berucap.

"Aku berjanji Ichiru tak akan mengganggu keluarga kecilmu, aku berjanji Ichiru tak akan mengganggumu, aku berjanji istri dan anakmu tak akan mengetahui keberadaan Ichiru, aku mohon hanya Ichiru yang aku miliki saat ini, aku mohon jangan bunuh dia, Ichigo," aku sungguh binggung dengan semua yang telah dikatakan oleh Rukia, apa maksudnya keluarga? Istri? Anak? Dan siapa yang telah membunuh Ichiru? Aku? Dan yang lebih membuatku terkejut adalah saat Rukia dengan tiba-tiba bersujud dihadapanku, bukan hanya aku yang terkejut tapi Renji, Byakuya juga Unohana-taichou juga terkejut.

"Sekarang sudah tidak ada alasan aku tetap bertahan hidup. Kenapa kau membunuh Ichiru?! Kenapa bukan aku saja, Ichigo?! Bunuh aku?!" tangisan Rukia semakin terdengar memilukan bagiku tapi kenapa Rukia menuduh aku yang telah membunuh Ichiru?

"Apa kalian tak merasa ada yang aneh di sini?" tiba-tiba saja Urahara datang bersama dengan Youichi, aku yang memang menghadap ke pintu tetap pada posisi, Rukia juga sepertinya tak begitu memperdulikan keberadaan Urahara sedangkan Renji, Byakuya dan Unohana-taichou memilih menyingkir memberi jalan bagi Urahara dan Youichi.

"Aku mendengar berita tentang Ichiru yang menghilang oleh karena itu aku langsung menyelidikinya, apa kalian tak merasa ada yang aneh? Tubuh Ichiru masih utuh tak berubah menjadi debu," entah kenapa mendengar penuturan Urahara sedikit membawa angin segar di wajah kami semua, aku dapat melihatnya bahkan di wajah Rukia yang sekarang masih terus menangis dalam diam.

"Aku akan memeriksa kondisi Ichiru, Youichi sebaiknya kau tenangkan Rukia dulu," Youichi langsung menuruti berkataan Urahara, dia langsung membantu Rukia berdiri dan memapahnya keluar ruangan yang diikuti oleh Unohana-taichou, entah kenapa tak ada perlawanan dari Rukia, aku kira dia tak akan mau meninggalkan ruangan ini.

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Kurosaki, " Byakuya berkata dingin seperti biasanya sebelum meninggalkan ruangan ini dan aku memilih untuk mengikutinya karena mungkin itu memang yang dimaksud oleh Byakuya, aku juga melihat Renji meninggalkan ruangan tapi aku tak tahu kemana ia akan pergi.

.

.

.

.

.

Aku mengikuti Byakuya sampai ke dalam ruangannya. Setelah kami duduk saling berhadapan Byakuya menceritakan awal mula Ichiru pergi sampai dengan bagaimana Ichiru bisa dalam kondisi seperti sekarang ini. Sekarang aku mengerti kenapa Rukia menyalahkan aku, wajar saja karena jiwa manusia Ichiru bangkit setelah merasakan reiatsuku.

"Kenapa kau tak membunuhku, Byakuya?" jujur saja aku heran dengan sikap Byakuya, kenapa dia tak mengajakku bertarung? Sebelum ini pertemuan kami tak pernah setenang ini, selalu saja ada pertarungan baik pertarungan fisik maupun kata-kata. Apa lagi kenyataan bahwa aku yang telah membuat adiknya menderita -walaupun aku yakin Byakuya sudah tau sejak lama- lalu dengan fakta bahwa Byakuya ingin menikahi Rukia, itu membuktikan jika Byakuya bukan menganggap Rukia hanya sebatas adik.

"Aku memang sangat ingin membunuhmu tapi entah kenapa aku yakin jika semua yang terjadi diantara kalian hanya kesalah pahaman saja, lagi pula Rukia tak akan bahagia jika bukan dengan dirimu jadi, cepat selesaikan masalah kalian," ini adalah kalimat terpanjang dari Byakuya untukku tanpa ada unsur memojokan sama sekali dan aku sangat berterima kasih kepada Byakuya. Sekarang aku harus segera menemui Rukia dan menyelesaikan kesalah pahaman diantara kami.

Aku menemukam Rukia tengah duduk dikursi tunggu depan ruang rawat Ichiru seorang diri, entah apa yang telah dibicarakan oleh Youichi kepada Rukia. Rukia sedang menunduk dengan tangan yang saling menggenggang pada pangkuanya, aku mendekat dan langsung berjongkok di depan Rukia tapi tak ada respon apapun. Aku memberanikan diri untuk memegang telapak tangan Rukia yang saling bertautan dengan kedua telapak tanganku, Rukia tetap diam dan ini membuat aku terkejut. Tangan Rukia sangat dingin, sayang aku tak dapat melihat ekspresi wajahnya karena iya terus menunduk.

"Hanya kamu yang akan selalu menjadi Ratu dalam hatiku, Rukia. Dulu, sekarang dan nanti tak akan ada yang berubah Rukia," tak ada jawaban dari Rukia maka aku memutuskan untuk melanjutkan perkataanku, "ada yang ingin aku jelaskan, Rukia. Saat kau pergi aku tahu jika kau telah salah paham dengan kedatangan Orihime ke rumahku waktu itu, tak ada apapun yang terjadi di antara kami, Rukia. Aku hanya menyayanginya sebagai sahabat tidak lebih dan Orihime menerima itu. Aku memeluknya hanya sekedar pelukan persahabatan. Aku bahkan menganggap Orihime seperti adikku sendiri dan kau tahu? Orihime sekarang sudah hidup bahagia bersama anak dan suaminya, dia sudah menikah dengan Ishida," aku tahu Rukia cukup terkejut terbukti tengan gerakan kepalanya yang mendongak sehingga tatapan mata kami bertemu.

"Aku tahu cara menyelamatkan Ichiru," sontak kami langsung berdiri dan mendekat ke arah Urahara yang baru saja keluar dari ruang rawat Ichiru. Masih dengan gayanya yang khas dengan kipas menutupi sebagian wajahnya.

.

.

TBC

2 chapter lagi dan tamat. Jangan lupa vote dan komen ya :)

Semoga musibah ini segera berlalu sora
Aamiin

Purwokerto, 14 April 2020

Only You in My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang