BAB 3

79 10 4
                                    

Apapun yang mereka katakan tentang lo, gue nggak peduli.

••••

Dua gelas plastik itu di banting dengan sengaja, alhasil membuatnya berserakan di atas lantai.

Cantika yang mendengar ada keributan segera menghampiri Inez yang sedang ketakutan.

"Maaf lo nggak guna ngerti! Lihat baju gue bodoh!" Hardik cewek berambut panjang itu. Dia mengibas-ngibaskan tangannya yang lengket karena jus alpukat. Dan yang paling parah lagi adalah nasib bajunya.

"Tapi benar kak, gue nggak sengaja." terang Inez dengan suara bergetar.

Melihat itu akhirnya Cantika berani mendekat. Tidak mungkin dia hanya jadi penonton ketika teman baiknya diperlakukan seperti itu.

"Sorry Kak. Temen gue kan udah minta maaf. Lagian dia nggak sengaja." Ucapan Cantika sontak membuat anak-anak yang ramai di kantin tergemap. Mereka berbisik-bisik, pasalnya ada seorang anak kelas sepuluh yang berani menegur seniornya.

"Lo siapa berani ikut campur."

"Gue..." Cantika menunjuk batang hidungnya sendiri, "gue sahabatnya Inez kak."

Inez yang mendengar itu mengerjapkan matanya, bingung. Tidak seharusnya Cantika membelanya seperti ini. Bohong, kalau Cantika tidak tahu siapa sosok yang sedang berhadapan dengannya kini.

Ghaisani Prita. Anak kelas Xll Ipa. Merupakan senior dengan sejuta pesona. Wajah cantik bak model. Dan yang paling membuatnya terkenal dari diri seorang Prita adalah dia merupakan anak dari pemilik perusahaan travel terbesar di Jakarta.

Memiliki sikap angkuh dan ingin menang sendiri. Itulah gambaran dari Ghaisani Prita ketika namanya di sebut di SMA Harapan Bangsa.

Tak hanya itu. Prita juga anti terhadap anak yang sok cantik di sekolah ini. Dia tidak segan melabrak siapa saja siswi yang sengaja berdandan menyaingi dirinya. Bahkan dia akan menggunting rok yang lebih pendek dari yang dia kenakan.

"Jadi... lo teman si gendut sialan ini." Prita menyeringai. Lantas dia berjalan menuju ke arah Cantika berada. Hanya butuh beberapa langkah bagi Prita untuk sampai di hadapan Cantika.

Netra dengan bulu mata lentik dan kontak lensa berwarna pirus itu kini sedang mengintimidasi Cantika. Prita menatap tidak suka sembari berjalan mengitari tubuh Cantika. Memperhatikan penampilannya dari atas hingga bawah.

Sejurus kemudian Prita pun mengelap tangannya yang berlumur jus alpokat ke bagian lengan Cantika. "Dasar cupu." Ucapnya.

Cantika melirik lengan bagian kiri yang kini kotor. Untungnya, Cantika memakai sweater. Setidaknya seragam putihnya masih aman.

"Kicep lo." Prita tertawa puas karena korbannya hanya diam.

Inez yang melihat itu tidak bisa berbuat apa-apa, dia nampak gusar. Harusnya Cantika tadi tidak usah membelanya.

"Mau kakak itu apa? Tadi gue ngomong salah, sekarang gue diam, kakak bilang aku kicep." Akhirnya Cantika membuka suara.

Anak-anak yang mendengar kata-kata Cantika hanya menggeleng kepala, mereka tidak percaya bahwa ada seorang anak yang berani menentang Prita.

Inez semakin frustasi kepada Cantika. Setelah ini, mungkin untuk tiga tahun kedepan nasibnya dan nasib Cantika tidak akan tenang selama menimba ilmu di SMA Harapan Bangsa.

Inez menepuk jidatnya.

"Lo, berani ya sama gue!" Bentak Prita tak terima.

Tiba-tiba banyak siswa-siswi yang menepi ketika ada dua anak laki-laki yang meneriaki mereka.
"Minggir-minggir!" sontak membuat anak-anak yang tadinya berkerumun langsung memberikan jalan kepada mereka.

Rahasia CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang