BAB 6

72 10 0
                                    

Bunga krisan warna putih itu artinya mengungkapkan cinta pada teman dekat. Tapi anehnya aku tidak mau kamu tahu itu.

•••

Inez memarahi Cantika karena masuk ke sebuah rumah tanpa permisi atau mengetuk pintu terlebih dahulu. Dan anehnya pintu utama rumah tersebut tidak di kunci seolah tahu akan kedatangan mereka.

"Ca, ngapain lo ngajak gue kesini?" protes Inez. Dia berjalan mengekor di belakang Cantika.

"Bawel. Gue kesini sebentar, nggak lama." Cantika tetap dengan langkahnya.

"Katanya, tadi kita mau kerumah lo. Mau nyobain bikin dalgona."

Dalgona yang Inez maksud adalah minuman yang dibuat dengan mencampurkan kopi instan, gula, dan air panas dengan jumlah perbandingan yang sama. Campuran itu lalu dikocok sehingga menjadi krim dan kemudian ditambahkan ke susu dingin atau panas.

Saat teman-teman di kelasnya membahas minuman hits tersebut, Cantika dan Inez penasaran dan memutuskan untuk membuatnya bersama setelah pulang sekolah, dengan melihat tutorial di youtube pastinya.

Mata Inez memperhatikan seluruh ruangan beserta isinya yang begitu megah. Ini kali pertama bagi Inez menginjakkan kaki disini. Makanya terasa asing. Berbanding terbalik dengan Cantika yang bisa dibilang hampir setiap hari menyambangi tempat ini.

Inez mengagumi lukisan yang terpajang di tembok bercat putih. Sangat mewah. Sebuah coretan di kanvas yang menggambarkan keadaan kota Jakarta saat tempo dulu. Bertema klasik dan ya, sangat indah. Buat seseorang yang buta akan hal seni seperti Inez saja, dia bisa menebak kalau harga lukisan itu sangatlah mahal.

Cantika mengetuk pintu dan tak lama ada yang membukakan. Bi Tum mempersilakan Cantika dan Inez masuk ke ruangan khusus itu.

Cantika langsung tersenyum karena mendapati Agra yang sedang konsentrasi mengangkat lalu menggerakan kakinya. Cantika tahu pasti itu sangat susah dan juga menyakitkan untuk Agra. Sering Agra mengeluh tidak sanggup dan ingin menyerah saja. Tapi Cantika selalu menyakinkan Agra kalau dirinya bisa melalui semua ini.

"Ayo, Kak Agra pasti bisa!" Sorai gadis berkacamata tebal itu. Agra yang melihat Cantika datang hanya tersenyum. Sangking tipisnya senyum Agra, Cantika hampir tidak bisa membedakan itu senyuman atau Agra sedang meringis menahan sakit.

"Pintisin kisini, idi pingirin kidik sih." Inez berbisik di telinga Cantika. Membuat Cantika menjauhkan wajahnya.

"Ngomong apa sih lo, Nez."

Cantika  pura-pura tidak mengerti dengan apa yang Inez ucapkan. Sengaja. Cantika malas. Jika Cantika meladani Inez yang ada dia akan ketularan. Sama halnya seperti si Boni. Contohnya saja tadi saat di kantin sekolah. Boni dan Inez mengobrol bersahut-sahutan dengan menggunakan suara yang dimana setiap katanya diubah menjadi vokal i semua.

Demi sebuah julukan anak jaman now. Kedua temannya rela ikut-ikutan menjadi gila.

"Lo kan pintar Ca. Masa iya otak lo nggak bisa nangkap omongan gue yang kekinian ini."

"Gue pinter untuk hal-hal yang bermanfaat ya Nez."

"Kan ini bermanfaat Ca. Semacam senam bibir dan kecepatan otak untuk mengolah kata." Inez berdalih.

"Bodo amat. Amat aja nggak mau bodoh." Cantika memutar bola matanya.

Tidak ada gunanya mendebat Inez. Berdebat dengan Inez sama halnya dengan Cantika memakan satu ekor daging kambing. Bikin darah tinggi.

Inez memilih membuka ponselnya. Melihat apa yang sedang viral hari ini. Sedang Cantika memilih untuk memperhatikan Agra yang tengah berada di antara alat terapi bersama Dokter dan Suster.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rahasia CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang