"Ups!"
Lisa kembali memutar roda kemudi dan menginjak pedal gasnya. Tidak jadi berbelok ke rumahnya sendiri karena melihat sepasang manusia tengah saling berpagut di depan pintu gerbangnya. Di jam 3 dini hari ini Lisa baru saja pulang dari daerah Busan melihat lokasi syutingnya beberapa minggu lagi. Seharusnya dia bisa langsung masuk kerumah dan beristirahat tapi terpaksa berkendara lebih jauh dari rumahnya agar bisa putar balik dan memarkir mobilnya di seberang rumahnya. Tetap berada di dalam mobilnya sampai sepasang manusia yang bermesraan didepan rumahnya selesai dengan urusannya. Padahal Lisa bisa saja membunyikan klakson untuk membubarkan dua orang itu. Tapi saat mengenali dua orang itu, Lisa memilih menunggu seperti ini.
Dia pun mematikan mesin mobilnya, menarik rem tangan dan menurunkan jendelanya beberapa inchi. Meraih ponselnya di dashboard dan hendak memundurkan kursinya agar dia bisa sedikit bersandar. Lisa akan menunggu sambil bermain ponselnya, berharap dua orang di seberang sana akan cepat bubar.
"Aku sedang tidak ingin melakukannya."
Lisa menyipitkan mata dan secara otomatis menoleh pada sumber suara dengan punggung tegak. Apa barusan dia tidak salah dengar? Kwon Jiyong baru saja menolak ajakan bercinta seorang Seo Yae-ji? Lisa bisa melihat pria itu sedang berusaha melepaskan diri dari ciuman dan sentuhan provokatif yang di lancarkan Yae-ji sekarang.
"Lain kali, hum?" Jiyong memegangi pundak Yae-ji saat mengatakannya.
Lisa tidak tahu bagaimana ekspresi Yae-ji saat ini karena posisinya sekarang sedang memunggungi Lisa. Lisa hanya bisa melihat Jiyong tengah memberikan wajah memohon pengertiannya pada Yae-ji. Dan sekarang pria itu kembali berucap meminta Yae-ji pulang.
"Hubungi aku kalau kau berubah pikiran, oppa," ucap Yae-ji yang pada akhirnya menuruti permintaan Jiyong. Bergerak meninggalkan Jiyong untuk masuk kedalam sedan hitam tak jauh dari sana. Terparkir paralel bersama dua mobil lainnya.
Tanpa buang waktu Lisa kembali menyalakan mobilnya, memutar kemudi untuk sampai di depan gerbang rumahnya. Lalu turun darinya untuk membuka kunci gerbang dengan mengira sudah tak ada orang lagi didepan rumahnya. Sampai Lisa melihat Jiyong duduk di trotoar dengan kepala tertunduk di lututnya tak jauh dari papan kunci gerbangnya. Mengagetkan Lisa tentu saja.
"Oppa, kau masih disini?" Lisa sekarang berjongkok didepan Jiyong duduk. Seketika itu juga aroma aklohol kental menyengat penciuman Lisa, membuatnya mengernyitkan hidungnya. "Augh! Oppa baru saja mandi dengan wishkey?"
Jiyong mendongak, mengubah duduknya menjadi bersila saat bibirnya mulai mengembangkan senyum konyol khas seorang pemabuk berat.
"Kenapa di depan rumahku? Pestanya di rumahmu bukan dirumahku. Masuklah kesana. Bukankah kau masih punya beberapa tamu?" sambung Lisa sambil melihat kearah rumah Jiyong. Pesta ulang tahunnya sepertinya belum lama selesai mengingat masih ada beberapa mobil yang terparkir di sekitar sini.
Jiyong tertawa kecil. Mengulurkan kedua tangannya untuk menangkup wajah Lisa di depannya dengan bagitu hati-hati. "Cantik," katanya dengan cengiran bodoh. Jiyong mengatakannya dengan mengangkat dagunya serta dengan artikulasi yang tegas seolah sedang bicara pada orang tuli yang hanya bisa membaca gerakan bibir.
"Ahh.. Oppa benar-benar mabuk. Kembalilah kedalam, capat!" Lisa memegangi pergelangan tangan Jiyong. Berusaha melepaskan diri sekaligus menarik pria mabuk itu berdiri. Tidak perduli dengan rengekan atau bahkan rayuan yang di ucapkan Jiyong saat Lisa dengan terpaksa memapah, atau menyeret, duda keren itu masuk kembali ke dalam rumahnya.
Tidak ada pintu yang terkunci di rumah Kwon. Pintu gerbang, pintu depan, pintu kaca menuju halaman belakang, semuanya dibiarkan terbuka lebar. Sisa-sisa pesta terlihat jelas di semua tempat. Botol-botol minuman mulai dari yang mahal sampai yang harganya cuma beberapa peni berserakan di semua tempat. Makanan kecil seperti keripik sering terinjak oleh sepatu kets Lisa. Jiyong sungguh harus mengundang banyak sekali tukang bersih-bersih besok pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shall We?
Fanfiction"Itu ramyun buatan GD oppa, baby. Bukankah seharusnya kau menyimpan dan mengawetkannya?" "Aku bukan fans fanatik GD. Ini hanya ramyun yang harus di makan sebelum minya mengembang." Jiyong meraih tangan Lisa, menggenggam jemarinya dengan begitu lembu...