Bagian 10

4.4K 454 73
                                    

Jiyong mengerucutkan bibirnya saat menemukan Lisa masih berbaring diatas ranjangnya dengan posisi yang sama. Bagaimana bisa? Apa Lisa begitu lelap tertidur hingga pintu kamar yang di banting Dara sekuat tenaga tadi tak mengusiknya? Saking kuatnya Dara membanting, pintunya tak tertutup justru malah membuatnya kembali terbuka secelah. Dan bentakan Jiyong tadi juga lumayan keras. Lalu Lisa tetap tak terusik sekalipun?

Penasaran, Jiyong mendekati ranjangnya dari sisi lain hingga dia bisa melihat wajah Lisa. Senyum tertahan terlihat di bibir Jiyong. Emosinya terhadap Dara tadi menguap begitu saja saat matanya menangkap kerutan diantara alis Lisa juga kelopak matanya yang terpejam tak tenang.

Dengan sengaja Jiyong masuk ke dalam selimut, berbaring di tempat yang tersisa. Dia memiringkan badannya ke arah Lisa. Tangannya menopang kepalanya saat ini. Ibu jari dan telunjuknya menjumput helaian rambut Lisa yang menutupi wajahnya lalu menariknya kebelakang dengan hati hati.

"Baby," ucap Jiyong yang lebih mirip dengan bisikan. Ibu jarinya kini membelai pipi Lisa yang tanpa riasan. "Aku mengacaukan semuanya ya?"

Lisa membuka matanya perlahan menatap wajah Jiyong yang sedang menyesal. Dia bisa berhenti pura-pura tidur sekarang. Iya, Lisa sedang pura-pura tidur sejak pintu kamar di hempas seseorang dengan begitu keras. Tentu saja Lisa terbangun apalagi sumbernya berada tak jauh darinya.

Lisa juga mendengar apa yang di ributkan Jiyong dan seseorang yang di panggilnya Noona tadi. Mereka bertengkar dengan suara keras dan pintu yang terbuka seolah memudahkan Lisa untuk menguping pembicaraan mereka. Itulah kenapa Lisa pura-pura tidur.

Dirinya sedang mempertimbangkan sikap yang akan di ambilnya terhadap Jiyong. Mengingat pertengkaran itu terjadi karenanya, wajar jika Lisa jadi memikirkannya. Apalagi tuduhan Noona tadi cukup menyakiti perasaan. Lisa bahkan tidak pernah berciuman dengan Jiyong apalagi bercinta dengannya seperti yang dituduhkan Noona itu. Dia hanya ingin tidur sebanyak mungkin setiap kali pulang syuting. Jangankan memikirkannya, otaknya saja sudah sangat lelah dengan semua hal di lokasi syuting.

"Pria jahat," gumam Lisa menyuarakan kesimpulan yang di dapatnya selama berteman dengan Kwon Jiyong. Lisa jadi berandai-andai, Noona tadi tidak akan semarah itu kalau Jiyong tidak pernah bermain-main dengan banyak wanita. Kalau saja Jiyong sudah merasa cukup dengan Noona tadi Lisa pikir tak akan ada yang sakit hati.

Lisa masih terdiam melihat senyum yang terulas di bibir Jiyong. Dia memang mengakui kesalahannya. "Aku pernah berjanji untuk tidak menikah sampai anak-anakku besar. Aku takut kasih sayangku akan terbagi kalau aku menikah lagi saat mereka masih sangat kecil dan masih sangat butuh perhatian. Aku ingin mereka bahagia walau ibu kandung mereka tak pernah perduli. Karena mereka memilikiku, sebagai ayah sekaligus ibunya. Sebagai orang tua juga sahabatnya.

"Tapi bagaimanapun aku tetap lelaki. Sepertinya sudah menjadi sifat dasar lelaki hingga tanpa sadar aku mengumpulkan banyak wanita di sekitarku. Aku bersikap seolah memberikan mereka kesempatan untuk menjadi pasangan sesungguhnya untukku. Bersikap layaknya kekasih. Tapi pada akhirnya tak ada sesuatu yang benar-benar tumbuh dan terjalin di antara kami. Mungkin ada di pihak perempuan, tapi aku tidak. Brengsek kan? Aku tahu, tidak ada pembenaran atas apa yang kulakukan. Karena itulah aku mencoba berhenti.

"Kau tahu kenapa aku menyusulmu ke lokasi syuting kemarin, di pantai? Aku ingin mengakhiri hubungan tidak sehat yang kubuat dengan Taeyon. Dan juga dengan semua wanita yang masuk lebel tak kasat mata G-Dragon. Aku berusaha berhenti. Agar aku bisa fokus padamu saja." Jiyong memberikan tatapan sendunya pada Lisa. Ibu jarinya masih membelai lembut pipi Lisa, bersyukur Lisa tak ada tanda-tanda menepis tangan Jiyong.

"Aku yang paling akhir datang, yang paling tidak berhak. Aku pikir akan lebih...."

"Katakan!" potong Jiyong cepat sebelum kalimat yang tidak ingin didengarnya keluar dari mulut Lisa. "Saat aku bertanya padamu di mobil kemarin, apa jawaban yang akan kau berikan?"

Shall We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang