Surat yang di gue tulis untuk Lingga waktu SMP tiba-tiba tersebar di sosial media.
Pelaku yang menyebarkan surat itu tidak lain tidak bukan adalah Narendra Bagustri Aji. Manusia Sempak kurang ajar yang selalu mencari gara-gara sama gue.
Gue sibuk mencari Gusti hari ini namun cowok itu justru tidak terlihat dimanapun. Entah dimana Gusti bersembunyi. Story cowok itu bahkan masih ada. Cowok itu sama sekali tidak menghapusnya.
Saat di kelas tadi pagi kemudian di ruang sekretariat di sore hari dan saat gue pergi ke kantin untuk makan siang yang di double sekalian sama makan malam semua orang menyanyikan lagu itu dengan senyum yang sangat menggoda.
"Abang Lingga Mahameru..." Kemudian orang-orang yang ada di tempat itu melanjutkan liriknya. Gue menenggelamkan kepala gue di meja. Saking malunya.
Bisa-bisanya surat jaman bocah gue ditemukan oleh Lingga kemudian dipublikasikan oleh Gusti.
Gue bahkan merasa tidak memiliki muka lagi untuk bertemu dengan Lingga. Pasti cowok itu sudah ilfeel mampus sama gue.
"Nasib gue gini amat sih!" seru gue sembari menatap jalanan yang sangat padat malam ini. Gue sedang ada di perjalanan menuju kafe Cakrawala. Gue masih ingin mencari Gusti. Ingin memaki cowok itu kemudian menyeretnya sepanjang aspal yang ada di depan kafe Cakrawala.
Gue benci banget sama Gusti!
Gue merapatkan jaket gue dan menarik tudung nya untuk menutupi wajah gue. Gue tidak ingin di ledekin habis-habisan sampai gue ingin menghilang dari muka bumi walaupun itu jelas serem banget.
Gue mengabaikan Anisa yang menyadari kehadiran gue. Cewek judes, jutek dan selalu memasang wajah sepet itu malam ini justru senyum-senyum ke arah gue. Jelas banget kalau dia lagi ngeledek.
Bawaannya sekarang gue pengen ngeluh mulu. Capek batin gue.
Gue menaiki satu per satu anak tangga untuk ke lantai atas. Seperti biasa kafe Cakrawala selalu ramai. Ini yang namanya memperkaya orang yang sudah kaya.
Orang yang gue cari tidak terlihat ada di kerumunan itu. Gue memilih untuk memberanikan diri untuk datang ke basecame inti Geng Sempat itu.
Walaupun gue lagi emosi. Tapi gue masih menyempatkan diri untuk mengintip di pintu yang terbuka sedikit.
"NARENDRA BAGUSTRI AJI. LO PUNYA MASALAH APA SAMA GUE ANJIR!" Gue langsung masuk ke dalam ruangan itu. Gue melempar tas gue kearah Gusti yang lagi berdiri membelakangi gue sambil menatap layar segede harapan mami gue yang ada di ruangan itu.
"ANJIR SAKIT KAYANA MAHESWARI ATMAJA!" Gusti berteriak tidak kalah keras dibandingkan gue sembari memegang belakang kepalanya.
Kami berdua bertatapan dengan sangat sengit. Gue maju cepat-cepat kemudian menendang kaki Gusti cukup keras membuat cowok itu meringis. Dia membalas dengan memelintir leher gue namun gue langsung menggigit tangan Gusti sekuat yang gue bisa sampai pekikkan Gusti kembali terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCIN
RomansaKayana Maheswari percaya tidak ada yang salah dengan memperjuangkan perasaan sendiri setidaknya dengan seperti itu dia tahu jawaban dari semua pertanyaan yang selama ini ada di dalam kepalanya. Menyukai Lingga Mahameru sejak lama membuat Kayana sema...