23. Berpisah untuk Dunia

25 2 2
                                    


           Rio pun pergi ke rumah Kevin pada malam hari untuk berpamitan karena besok Rio akan pergi ke Amerika dan kemungkinan besar dia tak akan pernah kembali lagi ke Indonesia. Setelah mengetahui itu, Kevin sangat-sangat terkejut lalu ia pun mengajak pergi Rio ke kamarnya.

            Rio menjelaskan dengan panjang lebar alasan mengapa ia harus pergi kepada Kevin. Setelah mendengar itu semua, Kevin langsung menangis, dia tak rela jika Rio pergi. Dia tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa sahabat yang sudah ia anggap saudara itu, air mata terus menetes di bola mata Kevin. Dia juga memohon untuk Rio tetap tinggal.
           "Aku tidak bisa kawan, kumohon mengertilah, jika Doroti bilang kepada mu aku telah mati nanti kumohon kau beritahu kepada yang lain penyebab aku mati karena penyakit kanker ya Kevin."
           "Hiks..Hiks, aku gak sanggup mau bilangnya!! Aku gak mau kamu mati!! Aku gak caya bakal secepat ini kita berpisah, lo seenaknya aja pergi buat mengantar nyawa lo doang ke sana!!! Apa lo gak kasihan dengan si Martal, gue yakin bakal menggila dia!"
           "Aku harus melakukannya, aku harus mengehentikan mesin itu jika tidak maka miliaran jiwa akan musnah, Kevin. Aku tidak boleh egois itulah yang diajarkan Martal. Oh iya terimakasih banyak atas segalanya kawan  dan maafkan aku jika aku pernah berbuat kesalahan kepada mu."
           "Tiga tahun ini bersama lo sangat berharga bagi gue, semua kenangan kita bakal susah buat dilupain. Mec Donald atau yang sering gue sapa Rio bakal pergi dari kehidupan gue buat selama lamanya, lo benar-benar lebih dari  pahalawan...Hiks gue bakal mengingat lo sampai kiamat" ucap Kevin sambil terisak tangis lalu ia pun memeluk Rio.
            "Terimakasih untuk pengertiannya sobat, kau dan Martal adalah sahabat pertama dan terakhirku" ucap Rio sembari tersenyum lebar.

             Setelah berpamitan dengan Kevin, Rio pun pulang ke rumahnya. Jika dia pergi ke rumah Martal akan percuma saja karena Martal benar-benar masih kesal dengan perkataan Rio kemarin. Namun Rio masih mempunyai cara lain agar ia bisa tetap berpamitan dengan Martal, yaitu dengan cara meretas ponselnya Martal.

             Rio pun meretas ponselnya Martal hanya dengan komputernya. Martal yang sedang asiknya bermain ponselnya tiba-tiba terkejut karena tampilan layar ponselnya berubah menjadi hijau dan setelah itu munculah sosok Rio dari tampilan ponsel tersebut.
             "Martal maafkan aku kemarin telah membuat mu sakit hati, aku benar-benar menyesal, aku begitu karena ada alasan" suara Rio dari ponsel tersebut. Martal pun berusaha mematikan ponselnya tersebut tetapi tetap tidak bisa.
             "Woi kenapa Hp gue tiba tiba bisa video call lu sialan! Matiin gak!" Sorak Martal dengan nada marah.
             "Tenangkan diri mu Martal, tenang saja ponsel mu tidak mengapa-ngapa. Aku hanya meretasnya saja supaya bisa menyampaikan ini padamu. Aku benar-benar harus mengatakan ini sekarang kepada mu...jadi tolong dengarkan Martal."
            "Mau bilang apa sialan, hah? Masih pengen gue menderita hah!!!"
            "Bukan Martal, aku hanya ingin menyampaikan bahwa besok aku akan pergi ke Amerika untuk pengobatan ku, dan kurasa itu akan menjadi pengobatan terakhir ku" ucap Rio dengan nada sedih, Rio sengaja berbohong agar Martal bisa mengerti alasan mengapa ia mati nantinya secara logis. Martal pun langsung menangis sejadi-jadinya.
           "Gue tau kok, lo ngomong kayak gitu kemarin bukan sungguh-sungguh...senang rasanya semua perkataan lu kemarin bohong, hiks....gue cinta sama lo Rio, tiga tahun kehadiran lo bener-bener mengajarkan gue bahwa true love itu ada, true love ternyata ga mitos, true love beneran ada di sekitar gue...gue ga mau lo meninggal, pokoknya gue tetep nunggu lo pulang!!!!! Lo bisa tunggu gue di tempat rahasia Wicki ga sekarang!!?"
           "Baiklah aku akan ke sana sekarang."

            Lalu mereka berdua pun bertemu di tempat rahasia Wicki tersebut. Martal pun langsung memeluk Rio dengan sekuat tenaga sambil menangis tak tertahankan. Bagaimana tidak? Gadis itu benar-benar tak bisa menerima kepergian Rio, dia sangat tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya tanpa Rio tersebut. Air mata Rio akhirnya jatuh juga, dia merasa bahagia bercampur sedih. Dia bahagia karena cintanya terbalaskan walaupun lama dan sedih karena ini terakhir kalinya ia bisa memeluk dan memandangi seorang Martal.

            "Aku sangat bahagia kau mencintai ku Martal, aku merasa orang paling beruntung di dunia ini karena wanita yang tidak pernah mempercayai cinta sejati akhirnya mencintai ku dengan kesejatiannya. Maafkan aku tidak pernah mengatakan aku juga mencintai mu, itu karena aku lebih senang jika kau merasakan rasa cinta ku dengan perbuatan ku bukan dengan perkataan ku."
            "Gue benci baru sekarang gue bisa mencintai lo, Rio. Gue bener-bener kesal,
Gue mohon berjanjilah Rio, lo bakal pulang dari Amerika nanti dengan lo sembuh dari kanker lo" ucap Martal sambil meremas Hoodie  Rio.
             "Baiklah aku berjanji, aku akan berusaha untuk sembuh lalu menemui mu nanti, Martal.
Aku sangat berterimakasih dengan tuhan mu karena telah menakdirkan ku untuk bertemu dengan mu. Dan maafkan aku, mungkin aku memang sering membuat mu kesal selama ini tapi ketahuilah Ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak akan pernah mencari alasan, untuk melihat di luar alasan. Kurasa kau paham akan hal itu, dan itulah mengapa kita berdua bisa saling jatuh cinta."
             "Hiks, ingat Rio pokoknya lo harus sembuh, pulang, dan temui gue! Gue gak mau lo pergi buat selama-lamanya, lo taukan gue bisa berbeda dari yang sebelumnya berkat lo."
             "Hehe aku tahu itu dan pertimbangkan betapa sulitnya mengubah diri mu dan kau akan memahami sedikit peluang dalam mencoba mengubah orang lain, aku juga belajar itu dari mu asal kau tahu. Kita berdua akhirnya berhasil menjadi kupu-kupu biru, Martal! Berbanggalah!"
            "Gue mencintai lo dengan apa yang telah lo ajarkan selama ini dengan gue" ucap Martal dengan senyum lebar.
             "Dan Aku melihat mu di dalam segala hal yang aku cintai di dunia ini, Martal" ucap Rio dengan tersenyum bahagia. "Kau benar-benar menangkap semua hal yang telah ku ajarkan kepada mu Martal, dan Jika saja kau hanya melihat ku dari luar saja, kau tidak akan mendapatkan apa pun dari ku."
              "Heheh itulah kehebatannya sebuah takdir Allah, sampai bertemu lagi kupu-kupu biru" ucap Martal sambil menatap mata Rio.
              "Sampai bertemu lagi Elmo, heheh akhirnya kau bisa menemukan panggilan yang lebih baik untuk ku dari pada Bule itu."

               Keesokan paginya, Rio dan Bill telah berada di bandara di mana jet pribadi ibunya Rio berada. Rio telah berpamitan juga dengan ibunya dan Doroti sebelum ia berangkat ke sini. Tiba-tiba Kevin pun datang, dia tau mereka di mana karena Kevin telah menanyakan itu kepada Doroti lewat telepon.
             "Rioo ku mohon, jangan pergi Rioo!" seru Kevin sambil memegang kuat tangan Rio.
             "kumohon untuk mengerti Kevin, aku juga tidak mau ini terjadi."
             "Baiklah, hati-hati ya! aku tau kok kamu ga bakal ga jadi pergi cuma karena permohonan ku doang."
             "Aku benar benar telah menyesal telah membuat mesin kiamat itu Kevin, jadi aku harus bertanggung jawab."
             "Ntar sesampainya di Amerika lo bakal ngapain dulu?"
             "Pertama aku akan pergi ke rumah persembunyian itu untuk bertanggung jawab atas semua kesalahan ku walapun itu berarti aku tidak akan pernah melihat Martal lagi untuk selama-lamanya."
             "Ku mohon jangan pergi Rio! Pasti ada cara lain kok untuk menebus kesalahan kamu! Ku mohon!! Akan sulit rasanya tanpa KAMU!!" ucap kevin menangis sambil menarik tangan Rio.
             "Maafkan aku kawan! Aku benar-benar harus pergi. Kau telah banyak berbuat baik pada ku, Kevin! seluruh galaxy pun mengetahuinya" ucap Rio lalu ia pun menyengatkan listrik kecil pada Kevin sehingga itu membuat Kevin pingsan. Rio dan Bill pun segera lari dari tempat Kevin pingsan.
              "Apa kau tidak terlalu berlebihan, Donald? Sampai-sampai kau harus membuat bocah itu pingsan dulu" sahut Bill.
              "Dia susah untuk mengerti, jadi apa boleh buat, sebenarnya aku sangat tidak tega untuk membuatnya pingsan seperti itu."
              "Hmm aku mengerti, kalau dipikir-pikir juga ada bagusnya kau melakukan itu. Bocah seperti dia hanya akan menghambat perjalanan kita saja."
              "Aku senang kau mengerti, tapi aku tidak suka argumen mu yang menyebut sahabat ku itu penghabat" ucap Rio dengan nada kesal.
              "Hahaha, maafkan perkataan ku."
              "Aku benar-benar tidak bisa memaafkan perbuatan Delson, liat saja apa yang akan aku lakukan pada kakek sialan itu, tunggu saja maut mu Delson, karena kami akan segera mengantarkan mu ke neraka."

_______________________________________________

Jangan lupa vote & komen!!!

                 

               
  
                
              

SAD SONG [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang