Allaahu Akbar, Allaahu Akbar
Allaahu Akbar, Allaahu AkbarAsyhadu allaa illaaha illallaah
Asyhadu allaa illaaha illallaahAsyhadu anna Muhammadar rasuulullah
Asyhadu anna Muhammadar rasuulullahHayya 'alashshalaah
Hayya 'alashshalaahHayya 'alalfalaah
Hayya 'alalfalaahAllaahu Akbar, Allaahu Akbar
Laa ilaaha illallaah
Suara adzan isya' telah berkumandang. Mengajak seluruh umat muslim untuk melaksanakan rukun islam yang ke-2.
Aku masih ada di dalam kamar. Bergelung dengan kasur yang super-duper empuk. Yah, apalagi jika bukan rebahan.
Aku tahu, ini sudah waktunya shalat isya'. Tapi, rasa malas menggelayutiku. Aku masih asyik menonton drama Asia favoritku, Meteor Garden.
"Aaa, ya ampun! So sweet banget," aku menjerit hiteris sambil berguling-guling di atas kasur. Scene romantis antara Dao Ming-si dan Shan-cai terlihat begitu kuat chemistrynya.
Dylan Wang yang berperan sebagai Dao Ming-si dalam drama Asia Meteor Garden, sangat tampan. Kulit wajahnya bersih dan mulus, hidungnya mancung, matanya tajam, bibirnya merah merona dan semua itu ditopang oleh rahang yang tegas. Kesan coolnya sangat mencolok. Beruntung sekali Shan-cai. Oh, meleleh aku.
Tiba-tiba..
Clek!
Mendengar suara pintu terbuka, aku langsung bangun dan duduk tegak menghadap seseorang di ambang pintu.
"Ada apa?" tanyanya dengan raut wajah panik.Emak belum bereaksi. Mungkin beliau masih terkejut karena teriakanku.
Hehe, maaf mak.
"Sini deh, mak," aku menepuk kasur, menyuruh emak untuk duduk di sisi sampingku.
"Gantengkan?" Aku menunjukkan foto-foto Dylan Wang. Di situ, ia berpasangan dengan Shen Yue. Mereka sangat serasi.
Emak menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku mengerti.
"Shalat isya' berjamaah di masjid, yuk!" ajak emak.
"Aku shalat di rumah aja deh, mak," jawabku malas, lalu kembali melanjutkan aktivitas menonton.
"Kamu tahu gak? Yang jadi imam itu anaknya pak Kiyai Hasan." Suara emak berubah misterius, membuatku mengernyitkan dahi.
Emak kembali berkata, kali ini sedikit berbisik. "Namanya ustadz Bagaskara. Selain ganteng, dia juga pintar. Dengar-dengar, dia lulusan Mesir. Kabar baiknya, dia akan menggantikan pak kiyai selama umrah, menjadi imam shalat di masjid Ar-Rahman." Emak memberitahuku tanpa diminta.
"Dia juga, eh mau kemana?" Belum selesai emak menjelaskan riwayat hidup seorang laki-laki yang selama ini diam-diam aku incar, dengan jurus seribu bayangangan, aku berlari ke kamar mandi untuk berwudhu.
Mendengar informasi dari emak, aku jadi semangat untuk shalat berjamaah di masjid.
"Cepetan, sudah mau iqamah ini," seru emak setengah berteriak.
Beberapa menit kemudian, aku sudah siap dengan mukenaku. Emak melongo ketika melihat penampilanku. Matanya melebar, seakan terkejut?Apa yang salah dengan penampilanku?
"Kamu mau ke masjid atau mau kondangan?" tanya emak heran.
Beliau menelisikku dari ujung bawah hingga tepat di wajahku.
Emak mengendus tubuhku. "Wanginya itu loh, nusuk hidung," komentar emak.
Emak kembali meneliti wajahku. "Ngapain wajahmu ditaburi bedak sampe dempul begini. Bibirmu apa-apaan dipoles. Ini juga, biar apa alis diukir," tunjuk emak sambil menyentuh pipi, bibir dan alisku.
Emak berdecak. "Kamu mau shalat isya' atau fashion show?" sindir emak.Aku nyengir kuda, menunjukkan deretan gigiku yang rapi.
"Ini namanya niat double, mak. Shalat sekalian nyari pasangan hidup, mak. Lumayan kalo dapet bakal calon mantu buat emak. Emak jangan cemberut gitu dong. Senyum!" kelakarku.
Melihat kelakuanku yang seperti ini, emak hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tak percaya dengan semua tingkah absurdku.
Kalau imamnya ustadz Bagaskara yang ganteng itu, aku rela shalat 5 waktu di masjid. Dylan Wang kalah. Haha.
Assalamualaikum calon imam.
Salam
afifatlm