"Duh, kok gak ketemu." Aku panik seketika.
Tanganku mengaduk isi tas secara brutal. Pasalnya ponselku tidak ada di dalam tas. Bagaimana ini?
Seingatku, aku sudah memasukkan ponsel berwarna hitam itu ke dalam tas setelah mengecek pesan dari Ibu. Walaupun sedikit ragu, aku ingat betul.
Apa mungkin tertinggal di atas meja, ya? Pikirku.
Bagaimana ini? Pasti ruangannya sudah dikunci.
Tidak berselang lama, tiba-tiba seseorang menyodorkan benda berbentuk kotak pipih tepat di depan wajahku. Benda itu adalah sebuah ponsel dengan casing berwarna hitam. Karena tak asing dengan ponsel tersebut, aku mengangkat wajahku. Wajah yang tadinya tak karuan dan hampir menangis, sekarang aku merasa lega.
"Alhamdulillah," aku mengambil ponselku dari genggaman tangannya dan bersorak gembira. Aku mengucap syukur berkali-kali.
"Makanya jangan ceroboh," katanya menasehatiku.
"Hehe, maaf. Makasih ya," aku hanya bisa nyengir lebar, memperlihatkan deretan gigiku yang rapi nan bersih.
Aku memang ceroboh jika meletakkan barang, mengingat diriku yang pelupa. Untungnya aku memiliki sahabat sepertinya. Satu-satunya lelaki yang bersahabat denganku. Siapa lagi yang menemukan dan mengamankan ponselku jika bukan dia.Dia adalah sahabatku yang paling baik. Pengertian. Selalu ada untukku. Mengisi dan melengkapi kekuranganku. Walaupun kami sering bertengkar, namun dialah yang selalu mengalah dan meminta maaf terlebih dahulu. Tak pernah memandang siapa yang bersalah, ia akan dengan senang hati meminta maaf. Tipe lelaki yang mudah memaafkan. Aku sangat senang bersahabat dengannya.
Dia tak pernah bosan denganku. Menjadi pendengar setiaku dengan segala luapan curahan isi hatiku. Ia tak pernah lelah dengan keluh kesahku. Ketika aku menghadapi deadline atau saat aku tak menemukan ide untuk menulis. Dia juga yang memotivasiku untuk tetap berjuang menggapai cita-citaku. Dia adalah energi positif dalam hidupku.
Sampai pada akhirnya, aku tak tau apakah ini masih bisa dikatakan persahabatan atau tidak. Ketika dia secara gamblangnya mengatakan sesuatu yang tak pernah aku sangka sebelumnya. Dia mampu membuatku mematung dan membeku di tempat.Reaksi tubuhku langsung berubah. Aku merasakan panas dingin. Jantungku seperti bermain drum, menggebu-gebu.
"Jadilah sahabat dalam hidupku. Mendampingiku sampai maut memisahkan."
Aku tak tau harus apa. Bodohnya, aku hanya diam dan kaku tak bergerak.Perasaanku sungguh tak karuan.
Ini semua mengejutkanku.