•2• Tian?

22 0 0
                                    

"Apa apaan kamu Deric jam segini baru pulang?!" sambut Idris papa Deric yang sudah berada di hadapan Deric sekarang.

"Bisa nggak marahnya di pending dulu. Aku lagi capek" ucap Deric langsung menuju kamarnya.

"Bener bener kamu Deric! Mau jadi anak apa kamu pulang jam segini dengan muka bonyok.Papa harus pake cara apa lagi biar kamu berubah" Idris masih saja mengeluarkan omelannya sekarang. Padahal saat ini sudah larut malam. Bahkan bisa dibilang pagi karena sekarang sudah pukul 1.

Deric tetap saja tidak mengindahkan sama sekali ucapan Idris. "Dari pada papa rugi marah marah nggak ada gunanya mending lanjut tidur aja. Deric cape" setelah mengucapkan itu Deric segera menutup pintu kamarnya.

Karena Deric tidak ingin bertengkar dengan papanya malam ini. Nanti pasti akan membuat kebisingan dan Erika mama Deric pasti akan khawatir. Deric tidak ingin mengkhawatirkan mamanya yang sedang sakit sekarang.

Deric mulai berganti pakaian dan membasuh mukanya perlahan karena banyak lebam dimukanya karena ulah Tian.

Sekarang Deric teringat dengan Alea, mengapa kekasihnya itu bisa berada disana. Siapa yang memberitahunya. Deric tahu bahwa Alea akan marah nantinya mengetahui dirinya yang diam diam berkelahi lagi dengan Tian. Alea sudah tahu tentang Tian karena memang dulu awal mereka pacaran Deric selalu saja babak belur dan tahu sendiri kan perempuan akan selalu bertanya tanya. Akhirnya Deric menjelaskan masalahnya dengan Tian.

Memang Tian baru mengetahui Alea semalam semenjak dua tahun lamanya Deric selalu menyembunyikan Alea dan berhasil. Dan saat ini ketakutan Deric akan hal yang akan diperbuat Tian kepada Alea mulai bersarang di otaknya.

Tetapi Deric berpikir lagi, dia pasti bisa menjaga Alea. Dia berjanji akan menjaga Alea dari Tian. Dan seketika bayangan wajah manis Alea juga bersarang di otaknya. Deric tidak bisa lagi menahan rindu kepada Alea. Ini sudah sangat malam bahkan pagi Deric jadi ingin ke rumahnya.

Dengan pakaian santainya Deric akhirnya sampai di rumah Alea. Entah apa dia mengurungkan niatnya untuk tidur padahal tadi dia sangat capek dan mengantuk ingin beristirahat. Tetapi mengingat Alea yang hari ini ngambek dengannya dan melihat kejadian tadi Deric jadi merindukannya.

Jarak rumah Deric dan Alea tidak jauh mungkin 7 menit saja sudah sampai. Deric mulai mengotak atik ponselnya untuk menghubungi Alea. Sengaja tadi Deric memakai sepeda gunungnya untuk datang kerumah Alea karena agar tidak menimbulkan bising kendaraan yang nantinya membuat semua orang curiga.

Akhirnya Deric melompati pagar rumah Alea dan mulai menuju jendela kamar Alea. Untungnya saja rumah Alea tidak bertingkat dan kamar Alea merupakan akses yang sangat mudah untuk ditemui seperti ini. Ini bukan pertama kalinya Deric seperti ini di rumah Alea. Mungkin sudah menjadi kebiasaanya dan Alea pun fine fine saja.

"Alea..." lirih Deric sambil mengetuk ngetuk jendela Alea.

Kali ini butuh waktu sedikit lama agar Alea terbangun. Deric tetap terus menggedor gedor jendela Alea hingga akhirnya jendela itu terbuka. Dan Deric langsung saja masuk ke dalam kamar Alea melewati jendela itu.

"Kamu enggak papa tadi" ucap Alea khawatir sambil memegangi beberapa lebam di muka Deric.

Deric malah menundukkan kepalanya. "Maaf, Al. Gue salah."

Alea mengerucutkan bibirnya kearah Deric. "Kok gitu sih. Kan kamu udah janji sama aku gak bakalan berantem lagi. "

"Kok kamu bisa ada disana sih Al? "

"Ngalihin pembicaraan lagi" sinis Alea sambil bersedekap dada. Dan kini Deric malah tersenyum kearah Alea. Gemas sekali pikir Deric yang melihat Alea seperti itu.

Accident in MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang