•7• Tanggung Jawab?

46 1 0
                                    

Setelah mencoba ketiga testpack kemarin Alea langsung menangis menjadi jadi. Dia sangat terkejut dengan takdir yang menimpanya. Dia tidak tahu lagi masa depannya nanti. Dan bagaimana jika ayahnya tahu nanti pasti akan marah besar. Alea tak henti hentinya menangis hingga pagi hari dia tidak tidur semalaman.

Alea tadi sudah menghubungi Deric. Karena Alea ngotot untuk mengajak bertemu dengan Deric untuk berbicara sesuatu padanya. Alea ingin meminta pertanggungjawaban atas perbuatan Deric, iya harus. Alea tidak ingin menanggung beban ini sendiri.

Sekarang keadaan Alea sungguh mengenaskan. Wajahnya sudah sangat pucat dan lemas sekali apalagi tidak tidur semalaman menangis menjadi jadi. Terlebih perutnya sangat kosong karena setiap dia makan sesuatu pasti akan keluar.

"Alea... Kamu nggak sek- Astagfirullah Alea kamu kenapa? " kaget Rumi melihat kondisi anaknya sekarang sangat memprihatinkan. "Kita ke dokter sekarang ya? " tawar Rumi dan Alea hanya menggeleng saja. Rumi tidak habis pikir dengan anaknya itu.

"Enggak bun. Alea mau sekolah."

"Nggak bisa Al. Kamu harus nurut bunda kali ini. Sebenarnya kamu kenapa sih akhir akhir ini bunda lihat sering begini. Ada masalah apa sama Deric? "

"Enggak bun, Alea mau mandi. " Alea melangkahkan kakinya yang lemas itu kekamar mandi. Ketika dia melihat perutnya yang masih rata itu dia langsung saja menangis masih belum bisa menerima takdir.

"Sabar ya nak, semoga dia menerima baik dirimu. Aku tahu dia akan menerimamu karena dia orang baik" lirih Alea sambil mengusap perutnya yang rata.

"Masih nekat sekolah aja Al" ucap Rudi yang melihat Alea kini memang dengan keadaan tidak baik baik saja. Kini Alea sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama Rudi dan Rumi.

"Aduh yah. Hari ini Alea ada ujian penting bentar lagi kan kelas 12 jadi ya harus ngejar nilai yang kurang biar dapet fakultas baik" jawab Alea sambil memengang segelas susu yang baru saja Rumi berikan. Alea hanya memandangi susu itu takut dia muntah lagi nanti.

"Kok diliatin terus Al nggak di minum" ucap Rumi yang dari tadi melihat Alea yang hanya memandangi gelas susu itu saja.

Alea tersenyum kearah Rumi. "Dikit aja bun" Alea berharap kali ini jangan muntah plisss dalam hatinya. Akhirnya dia bisa meminum sedikit susu itu. "Ayo yah berangkat. Alea mau belajar nanti di kelas" ucap Alea agar segera pergi dari sana karena dia merasa tidak enak sedari tadi Rumi dan Rudi terus memandanginya.

***
Alea sungguh lemas sekarang. Dia tidak tahu lagi sekarang dia ingin tidur tetapi perutnya terus mual.

"Al... Are you oke? " tanya Nancy yang sedari tadi melihat kegelisahan Alea. "Lo pucet banget Al. Kalo masih sakit lo kenapa masuk sih! " omel Nancy kemudian.

"Enggak Nan, gue pengen sekolah aja. Tadi gue udah sembuh kok. "

"Sembuh dari mananya?! Orang dari tadi pagi lo udah kayak gini. Mending lo pulang deh biar gue bilang Deric anterin lo kali aja masalah lo bisa diselesain juga. "

Mendengar Nancy menyebut nama Deric ada seseorang yang sempat terkejut juga.

'Kapan sih mereka putus' batin orang itu.

Alea sontak menggeleng dan tersenyum tipis. "Enggak Nan, jangan ngrepotin Deric. "

"Alea! Nancy! Kalian kenapa malah ngerumpi. Ibu suruh kalian mengerjakan kalian malah gibah. Apalagi kamu Alea dari tadi saya lihat merem merem nggak jelas kamu tidur ya?! " teriak Bu Cici guru matematika yang sekarang mengajar di kelas mereka.

"Enggak Bu, kita udah ngerjakan kok. Tadi kita rundingan masalah jawaban" sergah Nancy. Memang Nancy kalo urusan mulut ke mulut pasti jwara.

Elira pun yang sedari tadi sibuk mencontek Amel pun segera menoleh kearah Alea dan Nancy. "Mulut lo gatelnya nggak tau tempat banget deh Nan. Selalu gibah dinomer satuin" ucap Elira.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Accident in MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang