GABIN | 6

25 2 0
                                    


( Terpaksa )

"Gimana sekolah kamu? Udah punya temen baru, kan? "

"Su-sudah ma, " ucapnya sambil mencomot tempe di atas piring.

Mamanya tersenyum senang, terlihat garis-garis halus dari wajah kurus itu.

"Kalau ada masalah di sekolah baru bilang aja sama mama. Jangan dipendam sendiri ya. " nasihat mamanya.

"Hm. " hanya kata itu yang keluar dari mulut Nala. Hening beberapa saat sebelum Nala kembali buka suara.

"Mama besok jadi pergi? " tanya Nala. Mencari pembahasan lain. Niatnya juga ingin menghindari pembahasan tentang sekolah.

"Jadi, kamu beneran nggak mau ikut? " ucap Mama Nala, sambil menyendokkan osengan kangkung ke dalam piringnya.

"U-udah Ma. " Tolaknya dengan halus.

"Makan yang banyak! Badan kamu kurus gitu. " Nala menyengir memperhatikan tubuhnya, padahal menurutnya ia tidak terlalu kurus punya badan.

"Jadi gimana, kamu ikut nggak besok?"

"Nggak, Ma. Di rumah aja ya, besok kan Nala juga sekolah. " Mamanya mengangguk setuju.

"Berapa hari, Ma? "

"Dua hari mungkin. " Jawab Mamanya.

"Berani kan sendiri di rumah? "

"Berani kok, Ma. "

"Iya, nanti kabarin aja kalo ada sesuatu. "

"Siap, Ma. "

Mamanya memang akan pergi berkunjung ke rumah saudara di Surabaya. Katanya ada acara pernikahan anak dari Bibinya itu. Nala yang notabene tidak menyukai keramaian, dan berkumpul dengan orang banyak, memilih untuk tinggal di rumah saja.

Bukan ia sombong atau apa. Nala memang sudah kehilangan sikap bersosialisasi yang baik, dengan kerabat atau orang lain. Tidak tau sejak kapan sikapnya itu mulai berubah.

Sekarang Nala sudah ada di dalam kamarnya. Membuka lemari untuk mengganti seragam sekolah. Tadi sepulang sekolah ia langsung ke dapur untuk makan.

Matanya auto fokus pada hoodie yang warnanya mencolok itu. Bergantung rapi di antara pakaiannya yang lain. Semenjak hari itu ia belum bertemu, lebih tepatnya tidak pernah bertemu lagi dengan cowok si pemilik hoodie. Sialnya Nala tidak mengenali wajah itu dengan jelas, tapi ia ingat dengan postur tubuhnya. Kesialannya yang lain juga, ia lupa menanyakan nama cowok itu.

***

Nala menatap sendu pada bayangan dirinya sendiri pada cermin. Melepas cepolan rambut, membiarkan rambut panjangnya tergerai. Tak lupa ia juga menutupi sebagian wajahnya dengan rambut depannya. Setelah dirasa siap ia keluar rumah.

"Ma, Nala berangkat. Assalamualaikum. " ucap Nala sambil menyalami tangan Mamanya yang sedang sibuk menata meja untuk berdagang.

"Waalaikumsalam. Hati-hati. " Nala mengangguk.

Setelah mengeluarkan motor dari pekarangan rumah, Nala melajukan motornya menuju sekolah. Di pertengahan jalan ban depannya mendadak liar, stangnya jadi oleng.

"Eh-Eh. Ini kenapa? " tanyanya bingung.

"Yaah. Bocor. " Nala membuang napasnya.

Tin. Tin.

Cewek itu menengok ke samping, pada mobil di sebelahnya kini. Perlahan kaca itu turun, menampilkan wajah yang kini dihindari Nala.

"Woy, Nala! Si cewek mengheningkan cipta. " Alzi menyernyit menatap Genta di sebelahnya.

GABINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang