GABIN | 7

46 2 0
                                    

( Senyuman )

"Itu rambut nggak ada niatan buat di kuncir atau gimana gitu? " Alzi bertanya dengan heran. Kelihatannya Nala juga sedikit kewalahan dengan rambut panjang itu ketika makan.

Ya, di sinilah lagi Nala berada. Kantin sekolah.

"Sampai kapan gue harus ngelakuin ini? " Nala mendongak dari piringnya.

"Apa? "

"Sampai kapan gue harus jadi pesuruh lo? " ulang Nala. Helaan napas terdengar dari mulutnya.

"Satu bulan gimana? " usul Alzi sedikit ragu. Ia ingin lebih lama dari satu bulan sebenarnya.

"Habis itu gue bebas, kan? "

"Mungkin. "

"Kok gitu?! " Sentak Nala mukanya terlihat kesal. Alzi terkekeh cewek di sebelahnya ini sungguh menggemaskan. 

"Satu bulan lo jadi pesuruh gue. Setelah satu bulan, jadi pacar gue gimana? " usulnya lagi. pupil matanya membola.

"Hah! "

"Gimana mantap nggak tuh? " Alzi tidak percaya ia mampu mengucapkan kalimat itu tadi. Ini semua akibat ajaran dari Genta. Mungkin Alzi harus memberinya doorprize setelah ini.

"Nggak. " Tolaknya langsung.

"Kita lihat aja nanti. Gue bakal bikin lo suka sama gue selama satu bulan! " Alzi tetap keukeuh dengan ucapannya. 

"Kalo gue nggak suka? "

"Lo bebas. "

"Serius? " Nala bertanya ragu. Ini sebenarnya bisa jadi kesempatan untuk terbebas dari cowok pemaksa di sampingnya kini. Ia tidak mungkin suka dengan Alzi, kan?

"Deal? " ucap Alzi menatap Nala dengan serius. Ia sangat yakin bisa meluluhkan hati cewek di sampingnya kini selama satu bulan.

"Deal. " Nala memutuskan menerima tawaran konyol itu.

"Bagus," Seru Alzi dengan senang, ia menahan senyumannya.

"Ini hari pertama ya! Jadi lo harus stand by kalo gue butuhin. Harus nurut juga! "

"Iya. " cewek itu masih suka menunduk. Setelah dari kantin tadi, tugas pertama Nala adalah mengantar Alzi ke kelasnya. Apa lagi yang bisa Nala lakukan selain menuruti perintah dari si cowok pemaksa.

"Woy, Kampret! " Panggil Genta, Nala dan Alzi kompak menoleh ke belakang. Di sana Genta melambaikan tangan sambil berlari menghampiri.

"Gimana sukses nggak? " tanyanya yang kini sudah merangkul pundak Alzi, menaik turunkan alis tebalnya.

"Beres, " balas Alzi mengacungkan jari jempol di udara.

Genta turut senang mendengarnya. Setidaknya ajarannya kali ini diterapkan oleh Alzi.

"Eh, Wiwid tuh, Zi. Kayaknya dia marah, mukanya merah, " bisik Genta di dekat telinganya. Widja sedang berjalan ke arah mereka bertiga dengan wajah yang tidak bersahabat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GABINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang