paradoks

18 2 0
                                    

Hidup memang paradoks.
Terkadang kita menitihkan kata yang nampak sudah seperti sangat lepas atau serius itu belum tentu sama yang dititihkan, tetap masih ada yang tersimpan makna baik buruknya yang malu atau tak mampu kau titihkan dari titihan mulut atau tulisan semata. Karena sebenar-benarnya makna titihan (ungkapan) adalah didalam hati kita, dan tidak ada satupun seseorang tau kecuali yang maha kuasa. Bahkan ada perumpamaan seperti ini:

"Tuhan  adalah yang  maha kuasa, maha besar, maha segalanya. Tapi apakah tuhan bisa menciptakan batu yang melebihi besarnya dirinya sendiri sampai tuhan pun tak mampu mengangkatnya".

Gini logikanya.  Jangankan tuhan yang kuasa. Manusiapun yang cuma ciptaan, cuma wayang dari dalang (tuhan) saja bisa menciptakan benda lebih besar dari dirinya sendiri. Contohnya : mobil, pesawat, helikopter dll. Yang dikatakan besar itu menurut saya salah, lebih tepatnya itu berat. Karena tuhan itu jauh dari segi logika manusia, kita tak akan mampu melogikakan tuhan itu seperti apa dan bagaimana. Bila tuhan adalah pengejawantahan maka kita akan takut dengan pengejawantahan tuhan itu sendiri. Seperti halnya raksasa yang hanya gubahannya, apalagi yang menciptakannya.

Seperti halnya perihal kehidupan yang menyangkut hati (perasaan).
Bahwasannya kita akan berkata-kata (bertafsir)  seusai melewati perjalanan-perjalanan cinta yang sementara kita akan selalu menyadarkan diri disetiap waktunya. Bahwa sesuatu yang indah akan berlalu dan sesuatu yang buruk juga pasti akan berlalu. Dari kesekian perjalanan kita pasti selalu menemukan kejanggalan dalam berjalan mencari kesejatian cinta itu sendiri. Kita akan terus berfikir "masa iyasih cintaku akan seperti ini terus menerus, apakah tidak ada cinta yang serius untukku kali ini?"

Dari itu kita selalu belajar tentang memahami dari sesuatu yang ingin kita gapai,  misalnya : nilai bagus.
Disaat kita ingin mendapatkan nilai bagus dalam ujian disitulah pasti ada keinginan, ada tekad, dan ada rasa keras kepala untuk mendapatkan nilai walaupun "belum pasti" kita akan mendapatkannya.
Nah itulah seperti halnya perjalanan dalam berputarnya ruang waktu kita disuruh untuk terus maju walaupun untuk sesuatu yang "tidak pasti" untuk diri kita sendiri.
Karena hidup itu pada dasarnya berjuang untuk "menuju" dan tak ada tuntutan untuk "sampai".
Berusahalah dengan tekadmu, keinginanmu, jangan terbelenggu dari sisi-sisi yang tak seharusnya membelenggumu. Ikuti kata hati, jikalau harus mengikuti kata orang lain maka kamu harus mempunyai kepandaian dalam mereseptiskan ketika sisi-sisimu sedang mengekspresifkan kata maupun ketindakannya.

Memang kita semua bisa saja berargumentasi dari sana kesini. Namun, kata sepasif apapun, mungkin belum tentu sama dengan apa yang dikatakan hati. Mulut bisa berkata "apa" tapi hati bisa bertanya "kenapa" pada dirimu sendiri, walaupun kamu sendiri yang sudah memutuskan argumen itu sendiri.

Sebenarnya yang kita katakan bahwasannya "cinta jangan cuma pakai hati tapi logika juga harus ada perannya". Itu hanyalah perumpamaanmu agar kau seolah-olah tampak tegar dalam menjalani hidup tanpa percintaan. Tapi sesungguhnya kamu adalah serpihan hati yang mudah patah, mudah menggebu, susah menahan, dan sebenarnya juga lemah dalam menyinkron perasaan mana yang harus biasa saja sama yang harus benar-benar serius.

Cinta itu kata sifat bukan kata benda. Sifat cinta itu sendiri ialah otomatis bukan pilihan atau memilih. Bisa jadi juga karena terbiasa dengan setiap harinya kamu menjalaninya dengan status teman kemungkinan juga bisa tumbuh perasaan.

"Kita bisa merencanakan cinta kita untuk siapa, tapi kita tidak bisa menentukan nanti cinta kita dengan siapa .
(Sudjiwo tejo)"

coret keluhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang