Chapter 11 : War or Love (1)

1.2K 148 5
                                    

"Kau hanya perlu memilih. Berperang melawan perasaanmu, atau mengakui perasaanmu"

-Kim Ji Soo-

...

Pikiranku terus saja mengarah kepada Jennie. Ayolah Chaeng, Jennie tidak menyukaimu. Sudah jelas-jelas ia menolakmu, lantas mengapa kau masih saja berharap ia suka padamu?

Ting ting ting

Suara yang sangat ditunggu-tunggu oleh para murid di sekolah. Murid-murid mulai berhamburan meninggalkan kelas.

"Jisoo, kau tidak pulang?" tanyaku.

"Kau duluan saja Chaeng, aku akan pulang sendiri. Lagipula kau ada kencan bukan hari ini?" ia mengedipkan sebelah matanya padaku.

"Jangan menggodaku Jisoo," aku memutar bola mataku malas.

"Hahaha mian, pergilah. Selamat bersenang-senang kawan," ia melambaikan tangannya dan aku membalasnya.

Aku melangkahkan kakiku meninggalkan sekolah menuju apartemen. Di apartemen tidak ada orang karena eomma sedang bekerja, Jennie ada kegiatan OSIS dan appa yang belum bisa pulang.

Aku memasuki kamar, mandi dan bersiap-siap. Aku tak tahu mengapa aku menerima ajakan ini, tapi ya sudah tidak apa. Aku juga jarang-jarang bertemu SinB jadi apa salahnya kami menghabiskan waktu bersama hari ini.

Aku mulai mengambil ponsel pintarku dan berjalan keluar dari apartemen. Aku melihat pesan yang dikirimkan oleh SinB beberapa menit yang lalu. Itu pesan dimana kami akan bertemu. Aku segera melangkahkan kakiku menuju tempat yang SinB maksud.

...

Jisoo POV

Aku bersandar pada dinding di dekat loker, menunggu seorang gadis. Aku membiarkan Chaeyoung pulang terlebih dahulu karena ada sesuatu yang harus ku lakukan di sini. Lagipula aku akan menyusulnya nanti.

Orang yang kutunggu mulai melangkahkan kakinya menuju loker, ia menatapku sebentar dan mulai membuka lokernya. Mengambil barang-barangnya, dan mulai berjalan melewatiku.

"Jennie-ssi, bisa kita bicara sebentar." Ia berhenti sedangkan aku hanya menatap punggungnya sembari melipat tangan di depan dada.

Ia hanya sedikit menengok ke belakang, matanya tajam melihatku.

"Apa?" tanyanya dingin.

"Bukankah tidak sopan kalau kau bicara tapi kau membelakangi lawan bicaramu," balasku sembari memiringkan kepalaku ke kiri.

Ia berbalik. Aku dapat melihat wajah kesal, marah, sedih. Campur aduk dari air mukanya.

"Kau tidak ingin menemani Chaeng?" tanyaku basa-basi.

"Untuk apa? Tidak ada gunanya untukku," balasnya. Tatapannya masih tajam menusuk mataku.

Aku mengedikkan bahuku. Tersenyum tipis.

"Bukankah kau menyukainya juga?" tanyaku yang membuatnya tertegun tapi dalam sekejap ia kembali ke ekspresi awalnya. Dasar manusia es.

Winter [CHAENIE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang