"Gue nggak enak tau kak sama om Hardi kalau kayak gini terus" ungkap Candy ketika mereka sedang duduk berdua disalah satu meja Cafe, beberapa hidangan khas Cafe tersaji didepan mereka. Juna tertawa "santai aja kali Can, pak Hardi emang gitu. Bersyukur deh udah digaji, dikasih makan lagi" ucapnya
Candy mencebik "ya ngga gitu juga kali" ucapnya sambil menautkan kedua alisnya
Lagi-lagi, seorang Arjuna Rissfandi tertawa, menampilkan deretan giginya yang rapi, manis sekali. "Benerin dulu tuh makan lo" ucapnya sambil menahan tawa, tangannya terulur untuk mencubit hidung Candy, kemudian mengambil tisu dan membersihkan sudut bibirnya.
Candy terdiam, memperhatikan seluruh perlakuan Juna. Ingin menolak, tapi tatapan mata pemuda didepannya itu terlalu menguncinya.
"Candy?"
dan suara itu berhasil mengalihkan atensi Candy, buru-buru menyentak tangan Juna dari hadapan bibirnya
"A-a Aka.." gagapnya
Yang dipanggil tersenyum miring, "it's okay, gak papa. Lanjutin aja" ucapnya santai, namun kentara sekali bahwa dia sedang marah
Candy buru-buru berdiri, menarik tangan Aka ketika pemuda itu hendak beranjak dari sana, "Ka---"
"Hh, kita break dulu aja, aku capek." ucap Aka, nadanya terdengar sangat serius, bahkan tatapannya telak menatap mata Candy yang telah berkaca-kaca.
Melepas genggaman tangan Candy dari lengannya, kemudian melangkah pergi.
Katakanlah jika pemuda Andhaka ini terlihat baper-an. tapi hei, siapa yang tidak sakit hati jika melihat hal tadi??
Nyatanya, meskipun terlihat cuek, Aka benar-benar sesayang itu kepada Candy. Bahkan meskipun sudah terlanjur sakit hati, dia tidak mampu mengucapkan kata selesai yang sesungguhnya.
Ya, menurutnya, semuanya masih bisa diperbaiki. Dan dia, menunggu Candy untuk itu.
.
.
.
.
Juna mendadak blank. pasalnya dia baru saja melihat pasangan yang berselisih paham secara live begini. Sedikit meringis ketika melihat Candy yang sudah kembali terduduk dan mulai terisak kecil didepannya. Jujur saja, tentunya dia merasa bersalah disini. Karna hei, dia juga menyadari perlakuannya kepada Candy tadi pasti akan membuat siapa saja salah paham.
Maka dari itu, Arjuna menghela nafas perlahan, dan kemudian mulai beranjak duduk disebelah Candy.
"Nangis aja gak papa, tumpahin semuanya, keluarin semua rasa sakitnya" bisiknya pelan
Dan mendengar itu, Candy lantas semakin tersedu-sedu.
Kedua tangan Juna terulur untuk merengkuh tubuh bergetar Candy, dipeluknya sambil memberikan bisikan-bisikan penenang, tak lupa pula mengelus surai panjangnya.
Malam itu, untuk pertama kalinya mereka berpelukan.
Dan Arjuna sukses tidak menyadari, bahwa ponsel miliknya sedari tadi bergetar diatas meja. Menampilkan notifikasi pesan dari seseorang yang telah dia beri janji untuk bertemu.
Princess😍
|Kak Juna,
|Kak...
|kakak dimana?
|kita jadi ketemu apa nggak?.
.
.
.
"Eum, kak Juna?" lirih Candy ketika baru saja turun dari motor Juna,
Juna melepas helmnya, kemudian tersenyum tipis, "maaf Can, yang tadi.. gue ga tau kalo bakal kaya gitu jadinya, sumpah deh" ucapnya sambil menggaruk tengkuknya, yang padahal tidak gatal.
Lantas, buru-buru Candy menggeleng, "nggak kak, gak papa. Malah gue mau berterima kasih" ungkapnya
Juna mengernyit "hah?, buat apa ya?" tanyanya, ekspresi kebingungan jelas terpampang diwajahnya. Dan melihat itu semua, lantas Candy tersenyum "karna lo udah mau nenangin gue, nemenin gue."ucapnya, senyuman dibibirnya masih terus terulas.
Dan seketika tawa canggung mengudara, tentu saja itu Juna "iya sama-sama" balasnya, tangannya ter ulur hendak mengusap kepala Candy, namun diurungkan dan ditarik lagi.
"Udah gih, sono masuk" ucapnya pada akhirnya.
Mengangguk, lantas mulai melangkah menuju gerbang dan masuk. "Sekali lagi, makasih.. kak Juna" ucapnya sebelum benar-benar hilang dibalik pintu rumah
Dan Juna sukses tersenyum sendiri dibuatnya.
Candy ya? Manis sekali, seperti namanya.
.
.
.
.
Setelah memastikan Candy benar-benar tak terlihat dari pandangan matanya, lantas dia kembali menghidupkan motornya.
Namun, gerakannya terhenti ketika merasakan ponsel disaku jaketnya yang terus bergetar. Buru-buru dia mengambilnya, dan matanya sukses terbelalak ketika melihat banyak notifikasi pesan dan telepon disana, dan itu semua dari orang yang sama.
7 missed voicecall
12 message"Shit" umpatnya pelan.
Dia lupa, bahwa dia telah memiliki janji. Yang bahkan sudah terlewat semenjak satu jam lalu.
Sial, sial, sial. Maafin gue Ran, gue harap lo belum pergi. Batinnya.
Lantas buru-buru menjalankan motornya, membelah jalanan lengang malam itu. Mengemudi secepat yang dia bisa.