telepon

171 17 1
                                    

Rania gelisah, memandangi ponsel dalam genggamannya sambil menggigiti kuku.

Sudah ketujuh kalinya dia menelpon Juna malam ini. Panggilan masuk, namun tak ada satupun yang terjawab.

Melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, Rania kembali menatap ponselnya.

Ini terakhir, kalo tetep gak diangkat, coba besok lagi aja. Batinnya.

Dan didering ketiga pada panggilan kedelapannya, teleponnya terjawab oleh lelaki disebrang sana.

"Halo, ada apa?" tanya Juna.

"Ah, kak Juna udah tidur? Aku ganggu kah?" balik tanya Rania pelan.

"Enggak. Jadi, ada apa? Oh ya, ngomong-ngomong, kamu udah pulang?" tanya Juna lagi.

Rania mengangguk, meskipun dia tahu bahwa Juna tak dapat melihatnya, "eum, udah. Aku udah dirumah." jeda,

Terdengar hembusan nafas dari sebrang sana. Namun, Juna tetap memilih diam tanpa menyela.

"I-itu kak, besok kita ketemu, mau? aku mau jelasin soal yang tadi." ucap Rania lirih.

Yang disana terdiam selama beberapa saat, "gak usah." ucapnya singkat, lantas Rania yang mendengar itu berhasil dibuat terkejut, "ta-tapi kak.. " pinta Rania.

Lagi, terdengar hembusan nafas dari sebrang sana. "Senin, aku jemput kamu pulang sekolah." Final Juna, dan sambungan telepon itu diputus secara sepihak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

switchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang