Siang ini, Rania yang dasarnya ikut ekstrakulikuler PMR mendapat bagiannya untuk jaga UKS.
UKS sedang sepi, bahkan hanya sekedar anak yang membolos pun tidak ada. Rania sendiri memilih untuk tidak peduli, masih menyibukkan dirinya dengan obat-obatan yang harus didata di etalase khusus.
Hingga tak lama, pintu terbuka, menampilkan sosok Dino dan Dewa yang membopong Aka.
"Kenapa?" tanya Rania yang beranjak menuju tempat Aka dibaringkan oleh Dino dan Dewa
"Cidera, kesleo kayaknya. Manager tim basket lagi izin gara-gara mau ikut OSN, makanya pelatih nyuruh kita bawa ke UKS aja" jelas Dino panjang lebar
"Ga terlalu sakit kok, gue minta salep aja" kali ini Aka sendiri yang menyahuti. Dan Rania hanya mengangguk saja sambil berlalu untuk mengambil salep yang diminta.
"Yodah, kita tinggal ya Ka," ucap Dewa, menoleh sebentar ke arah Rania "Ran, titip Aka. Suruh istirahat dulu." Ucapnya dan berlalu pergi bersama Dino
Rania mendelik, tapi tetap menyanggupi juga, bagaimanapun kan sudah menjadi tugasnya untuk membantu anak-anak yang sakit.
"Nih, lo mau dipake-in apa pake sendiri?" tanya Rania sambil mengulurkan salep yang barusaja diambilnya
Menggumam sebentar, kemudian Aka menatap Rania jengah "lo pikir aja, emang gampang kalau mau make sendiri? udah terlanjur baring juga-an" ucapnya
Dan Rania hanya mendengus, dari awal mereka bertemu ketika dikenalkan oleh Candy, Rania memang tidak terlalu menyukai sifat pemuda didepannya ini. Menurutnya, Aka itu sedikit sombong dan menyebalkan, semaunya sendiri.
Sambil mengoleskan salep dipergelangan kaki Aka dan mendumal kesal, tiba-tiba ingatannya jatuh kepada Candy dan masalahnya dengan Aka.
"Eh ya, lo.. lagi ada masalah sama Candy, ya?" tanya Rania hati-hati, bagaimanapun dia juga tahu sifat Aka yang sedikit tempramen itu.
Mendengus, "tau dari mana lo?" tanya Aka sarkas.
Rania mengendikkan bahu acuh tak acuh, "lo pikir aja, gue sahabatnya Candy, jelas dia kasih tau lah" ucapnya sambil menepuk-nepuk kaki Aka "dah selesai, istirahat disini dulu aja" lanjutnya sambil berlalu hendak mengembalikan salep ketempat semula.
"Eh tunggu Ran!" panggil Aka cepat, yang dipanggil otomatis menoleh, menaikkan sebelah alis dan memberi gestur seolah mengatakan 'apaan?'
Menghela nafas, "lo.. kira-kira, bisa dipercaya gak?" tanyanya tiba-tiba, bahkan tubuhnya kini sudah terduduk.
Mengernyit bingung, sebenarnya Rania sama sekali tidak paham akan apa yang diucapkan oleh Aka. Namun, pada akhirnya dia tetap memilih menyahuti "tergantung, gue mah orangnya tergantung dianggepnya gimana" ucapnya dan kemudian melanjutkan langkahnya menuju etalase.
Aka mengangguk-angguk, namun setelahnya langsung tersentak ketika menyadari pertanyaan anehnya yang barusaja dia lontarkan kepada sahabat pacarnya itu, atau.. mantan?
Ah, entahlah.
buru-buru turun dari kasur, dan berjalan kearah pintu. Aka malu, kenapa dia sempat berpikir untuk menjadikan Rania sebagai tempat curhatnya??
"Heh, lo mau kemana?!"teriak Rania dan berjalan menyusul Aka
"Mau balik aja, dah mendingan juga-an" balas Aka
Rania mendelik, "kaga, dibilang suruh istirahat dulu!"
"Diem! kaga usah ngatur-ngatur gue, gini doang mah udah biasa"
"Heh sialan, gue sebenernya juga gamau repot-repot nyegah lo kayak gini ya! tapi sadar diri dong, kalau tau masih sakit tuh ya istirahat"
"Bacot"
Dan mendengar perkataan terakhir Aka membuat amarah Rania semakin menjadi, "pantes aja ya anjing lo ditinggalin Candy, mana mau Candy ama modelan belatung nangka kayak elo!" jeritnya tertahan. Sekarang, ada rasa menyesal didalam diri Rania karna ucapannya yang mengajak Candy bertukar pacar tempo lalu, mana bisa dia jadi dekat dengan Aka jika diawal saja sudah ribut sebegini besarnya, apalagi yang diributkan sebenarnya hanya masalah sepele.
"Ck, diem. Gausah bawa-bawa masalah gue cuma karena hal sepele kayak gini" sarkas Aka
"Iya sepele, dan semua yang mulai elo! keluar sana! kaga usah balik lagi." Ucap Rania yang sudah mengepalkan tangannya erat-erat, tanda bahwa dia benar-benar kesal.
"Fine, emang dari awal itu yang gue mau"
.
.
.
.
"Loh, yang? kamu sakit?" ini Candy yang berbicara, ketika dia hendak menuju UKS untuk menyerahkan mie ayam pesanan Rania. Reflek saja bicara begitu, Candy kadang lupa jika dia masih dalam masa break dengan pemuda tinggi didepannya ini.
"Ck, bukan urusan lo" dan jawaban yang terlontar dari mulut Aka berhasil menyadarkan status mereka kini.
"O-oh oke, sori.." ucap Candy yang hanya dianggap angin lalu oleh Aka, pasalnya dia lebih memilih pergi sebelum Candy benar-benar menyelesaikan ucapannya.
Menunduk sebentar dan menghela nafas, kemudian Candy lebih memilih masuk kedalam UKS.
.
.
.
.
"Ran" panggil Candy sambil meletakkan mangkuk yang telah kosong diatas meja. Rania yang sedang menenggak air mineralnya lantas menoleh, "paan?" tanyanya
"Lo tadi.. ga ribut kan ama Aka?" tanya Candy pelan
"Menurut lo?"balas tanya Rania sambil menumpuk mangkuk mie ayam mereka
Candy hanya menggeleng, "tadi Aka kelihatan kesel banget wajahnya?"ucap Candy tidak yakin
Rania menghela nafas, "Can.. berhenti aja yuk? lo ga capek apa? Gue tau lo juga masih sayang kan sama Aka" ucap Rania, sungguh, dia lelah dengan permainan yang telah dibuatnya sendiri.
Dan mendengar itu, lantas Candy menggeleng, "ngga bisa gitu dong! Masalah sayang enggaknya biar jadi urusan gue. Pokoknya kita harus lanjutin ini semua"
Dan perkataan Candy telak membuat Rania bungkam.
Bahkan, Candy yang barusaja mengucapkannya pun juga lantas mengatupkan mulutnya rapat-rapat.
Well, dia tidak sadar telah mengucapkan itu semua, saat itu hanya ada bayangan Juna dan senyumannya yang terlintas dipikirannya.