Tokoh dalam cerita ini adalah milik Tuhan, dirinya sendiri, keluarga masing-masing, dan SM Entertaiment. Saya hanya meminjam nama mereka untuk kepentingan cerita ini. Jika merasa cerita anda mirip saya tidak berniat mengcopy cerita anda karena ini murni dari imajinasi saya.
Warning : Typo bertebaran !
Check this out !
.
.
.
Renjun baru memasuki mobil mark setelah meletakkan tasnya di kursi belakang.
"Merepotkan sekali kenapa mereka merayakan wisudaku di rumah Haraboeji," kata Renjun.
"Mereka selalu suka melakukan itu, membuat orang lain repot," kata Mark menjalankan mobilnya setelah Renjun selesai memakai sabuk pengamannya.
Tidak ada pembicaraan kecuali radio yang menyala, keduanya nanti akan menginap di rumah Haraboeji Jung untuk peryaan kelulusan Renjun dari Universitas. Ini semua ide Jaehyun tapi Doyoung hanya akan setuju jika dilakukan di Mansion Jung karena ia tidak akan membereskan kekacauan sendirian. Kalau di rumah Keluarga Kim baru bisa dibereskan keesokan harinya karena Bibi pengurus rumah selalu pulang saat malam hari.
"Setelah kuliah kau ingin melakukan apa Renjun?" tanya Mark. Pemuda itu belum bertanya soal ini kepada sang kekasih karena lebih baik Mark membiarkan Renjun berkonsentrasi pada tugas akhirnya.
"Ada sebuah lowongan mengajar, aku melamar ke sana."
Mark hanya mengangguk, "Apa jamnya padat?"
Renjun menggeleng, "Belum tahu tapi aku ingin mencoba."
"Bagus kalau begitu."
"Kenapa bertanya?"
"Hanya ingin tahu. Oh ya, ambilkan coklat di dashboard sepertinya aku ingin cemilan."
Renjun membuka dashboard, ia mengambil satu bungkus coklat yang tertata rapi di sana. Ia memang tahu Mark selalu menyimpan cemilan di mobilnya kalau-kalau ada jadwal kerja yang padat dan tidak sempat makan. Yang berbeda kali ini adalah sebuah kotak beludru berwarna biru tua terselip di sana.
"Bukakan satu."
Renjun mengangguk lalu memberikannya setelah membukanya, sedangkan Mark berkonsentrasi pada kemudinya. Ia mengambil kotak itu dan membukanya, dua buah cincin dengan desain sederhana tapi sangat indah dengan permata yang berkilau.
"Ini apa?" tanya Renjun ragu.
"Jaminan."
Renjun menoleh dan menatap Mark tidak percaya tapi pemuda itu masih berkonsentrasi pada kemudi. "Aku tahu ini tidak romantis tapi aku serius soal itu, itu adalah jaminan."
"Jaminan untuk?"
"Sebuah rumah yang akan selalu menerimamu. Dunia tidak selalu bahagia sesuai dengan keinginan kita dan kita selalu membutuhkan suatu tempat untuk berbagi emosi. Saat kau ingin membagi tawamu, lukamu, bahagiamu, sedihmu, semua ceritamu. Aku ingin kau tahu bahwa itu jaminan ada satu rumah yang selalu menerimamu yaitu aku."
Renjun terperangah.
Mark tetap tersenyum meski sedang mengemudi, "Iya aku tahu kau masih ingin berkarir dan lainnya. Kita tidak perlu terburu-buru santai saja Ren."
"Apa kau memberikan batas waktu?"
"Untuk jaminan yang satu ini berlaku selamanya."
"Tapi seandainya kita tidak ditakdirkan bersama."
"Aku akan melajang seumur hidupku," kata Mark.
"Jangan bercanda," kata Renjun.
"Aku serius. Ya Tuhan bayangkan pria kaya sepertiku melajang. Aku bisa melakukan apapun dengan uangku."
"Kau kadang menyebalkan juga."
Kesunyian menyusup.
"Seandainya aku menjawab iya saat ini bagaimana?"
"Aku akan menemui Junsu Samchun untuk meminang putra keduanya tepat setelah ia pulang dari Swiss."
Renjun terdiam, ia tahu Mark tidak mengatakan 'aku melamarmu' dan 'menikahlah denganku' bahkan kata-kata romantis lainnya tidak akan terucap dari pemuda itu. Meski begitu Renjun cukup tahu maksud dari pemuda itu, membangun sebuah komitmen yang diidamkan kebanyakan orang. Pelabuhan terakhir dari kisah cinta sebelum mengarungi kehidupan dunia.
"Aku boleh menyimpannya?" tanya Renjun.
"Simpan saja, katakan iya saat kau siap dan aku akan langsung menemui Junsu Samchun."
"Kau harus menemuinya setelah aku diterima untuk mengajar nanti."
Mark tersenyum, "Terserah padamu."
Lalu keduanya keluar dari mobil karena sudah sampai di Mansion Jung.
.
.
.
Renjun seharusnya menjadi bintang utama di pesta itu tapi diambil alih okeh bayi mungil bernama Yangyang. Ia tidak keberetan jika ia bisa melihat Mark berlama-lama menggendong bayi lucu itu. Setidaknya ia tahu bahwa ada sebuah gambaran masa depan saat ia sudah memiliki anak dengan Mark. Sebuah pemandangan indah dan Renjun sangat menyukainya.
"Aku ingin mengumumkan sesuatu meski ini pesta Renjun," kata Jungwoo.
"Apa?" tanya Johnny mengernyit. Renjun menafsirkan kalau Johnny takut tiba-tiba Jungwoo menyerahkan surat cerai.
"Salah satu novelku akan dijadikan film layar lebar," kata Jungwoo.
"Wah, selamat !" semua heboh bahkan Johnny memeluk pemuda yang sudah sah menjadi pasangannya itu.
Di tengah riuh itu Doyoung menyerahkan sebuah amplop pada Jaehyun, tentu saja sang suami mengernyit. Setelah membaca dengan seksama, Jaehyun menatap tidak percaya. "Kau hamil?"
"Ya, kita kan sering melakukannya kenapa terkejut?"
"Ya Tuhan, terima kasih Doyoung Hyung terima kasih," kata Jaehyun sambil memeluk Doyoung membuat yang lebih tua terkejut.
Semua mengucapkan selamat juga pada pasangan itu. Johnny dan Jungwoo bilang mereka masih menunda dan menanti Yangyang lebih besar karena akan kerepotan juga nanti.
"Aku juga ingin mengumumkan sesuatu."
Semua kali ini menatap Renjun yang tersenyum canggung karena perhatian tertuju padanya. "Aku baru saja mendapat e-mail bahwa kau diterima bekerja."
Mark menatap Renjun tidak percaya.
"Kau harus menemui Appa saat ia tiba di Seoul nanti."
"Tunggu. Mark Lee, apa kau--" kata-kata Jaehyun tidak bisa dilanjutkan entah apa yang terjadi pada pemuda itu.
Ya Renjun dan Mark akan menikah dalam waktu dekat dan banyak kebahagiaan malam ini untuk mereka semua.
.
.
.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating For Playing
Fanfiction[Trilogy Relationship : Book 3] Mark dan Renjun bertemu secara tidak sengaja di sebuah restoran cepat saji. Keduanya memulai kencan hanya karena sedang bosan. Menghabiskan waktu berdua di tengah peliknya kehidupan, mereka lupa sejenak tentang masala...