Even a Fool Know 5

464 62 0
                                    

"My steps feel too heavy to make it through the day without you"
I.N

Tidak seperti biasa, begitu bel istirahat berbunyi Jeongin menyeret langkah kakinya tergesa menuju arah berlawanan dari tujuan biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak seperti biasa, begitu bel istirahat berbunyi Jeongin menyeret langkah kakinya tergesa menuju arah berlawanan dari tujuan biasanya.

Hari ini lelaki manis itu lebih memilih atap sekolah sebagai tempat menghabiskan waktu istirahat juga makan siangnya dibanding dengan tempat favoritnya.

Dia juga tidak bersama Minho.

Tapi tenang saja, kali ini Jeongin tidak berlari tanpa kabar seperti tempo hari, ia sudah menitipkan pesan kepada Han untuk disampaikan pada Minho bahwa ia tidak membawa dua bekal seperti biasanya, dan lebih baik untuk lelaki itu pergi ke kantin saja seperti yang biasa ia lakukan.

Meskipun sempat mengundang tanya dari sang ibu saat Jeongin meminta disiapkan satu kotak bekal saja, tapi pada akhirnya nyonya Yang hanya menurut, tidak banyak bertanya meski Jeongin bisa melihat raut khawatir dari wajah wanita yang sudah membesarkannya itu.

Mengingat bagaimana wajah ibunya, membuat ia juga mengingat wajah Han yang membuat ekspresi tidak jauh berbeda dengan sang ibu.

Jeongin tersenyum, ia jadi bertanya-tanya apakah wajahnya terlihat sangat menyedihkan sampai membuat ibunya dan Han membuat ekspresi seperti itu?

Apakah dia semerepotkan itu sampai membuat banyak orang khawatir?

Tidak! Tidak!

Jeongin harus membuktikan pada semuanya bahwa ia baik-baik saja dan bisa melewati semua ini sendiri.

Tapi...

"Jeongin?"

Jeongin berkedip beberapa kali sebelum menolehkan kepalanya.
Itu Felix, kakak tingkatnya yang kebetulan Jeongin kenal karena dia adalah teman dekat dari Changbin, temannya Hyunjin.

Tersenyum kaku, Jeongin diam disana menunggu bagaimana Felix berjalan menghampirinya.
Oh, ternyata bersama Changbin.
Mereka berdua berjalan sambil tersenyum ke arahnya.

"Sudah lama tidak bertemu" Felix membuka suara, senyuman tidak pernah luntur dari wajahnya. Disampingnya Changbin terlihat membenarkan "Apa yang kau lakukan disini? Tidak pergi makan seperti biasa?"

Sudah dibilang, Changbin itu tidak peka.
Lelaki itu bisa melontarkan pertanyaan macam-macam tanpa menyadari situasi dan kondisi dirinya berada saat ini "Kemarin aku melihat Hyunjin, meski aku tidak melihatmu dan sekarang.. Aww!"

"Maaf dia lapar" Felix tersenyum lebar setelah menyikut perut Changbin, mengabaikan protes lelaki disebelahnya "Kami mau ke kantin, mau ikut bergabung?"

Melihat bagaimana kedua orang dihadapannya yang hampir ribut membuat Jeongin tersenyum, ia menggeleng lalu mengangkat kotak bekalnya "Aku bawa bekal"

"Kau bisa memakannya bersama kami?" Felix kembali bertanya dan lagi-lagi dijawab oleh gelengan "Aku, sudah memesan tempat. Hhe"

Felix mengangguk mengerti sambil tersenyum "Baiklah, kalau begitu sampai jumpa lagi"

Memberikan cengiran terbaiknya, Jeongin melambai menyaksikan bagaimana dua orang itu pergi dari hadapannya sambil berdebat kecil.

Jeongin menghela napas panjang sebelum kembali melanjutkan langkahnya yang entah kenapa menjadi terasa lebih berat dari sebelumnya.

Entahlah melihat interaksi Changbin dan Felix, melihat bagaimana mereka berbicara dan berselisih seperti itu membuat sesuatu dalam sudut hatinya serasa tercubit.

Tidak mungkin kan Jeongin iri?

Tapi memang, Jeongin itu selalu iri terhadap hubungan baik orang lain. Tapi bukan berarti ia mempunyai keinginan untuk merusak hubungan mereka agar berakhir seperti miliknya.

Tidak.
Jeongin tidak sejahat itu.

Jeongin iri hanya karena ia rindu.

Jeongin rindu dengan dirinya yang dulu, yang selalu tersenyum dan merasa bahagia.
Jeongin rindu dengan hari-hari yang selalu ia lewati penuh canda tawa tanpa ada pikiran buruk sedikitpun.
Jeongin rindu Hyunjin.

"Aku... rindu"

Tiba-tiba bayangan hari kemarin dimana ia mendengar ucapan Hyunjin kembali melintas dalam kepalanya.
Entahlah, hatinya tiba-tiba kembali berdenyut sakit mengingat ucapan yang diucapkan lelaki itu bukan untuknya.

Tentu.

Jeongin tersenyum, tapi bukan senyum manis yang memancarkan kebahagiaan seperti senyuman yang selama ini selalu ia pertontonkan pada banyak orang.

Entahlah, mungkin jika orang-orang disekitarnya menyaksikan bagaimana wajah tersenyum Jeongin saat ini pasti saat itu juga mereka akan tahu apa yang terjadi pada sosok yang biasanya selalu terlihat ceria itu.

Kembali menyeret kakinya untuk bergerak, Jeongin mengambil langkah lebar agar cepat sampai di tempat tujuannya.

Apa, Jeongin bisa mendapatkan kembali hari-harinya yang menyenangkan?
Atau ia bisa melewati hari-harinya seperti ini saja?

Semua pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul silih berganti dalam kepalanya, membuat langkah lebar itu berubah menjadi langkah kecil yang tergesa dan semakin cepat.

Jeongin berlari, ia butuh tempat untuk sendiri saat ini.

"Even after time keep passing by, this constent desperation of mine, makes me look for you to come to me every night and tantalize me again

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Even after time keep passing by, this constent desperation of mine, makes me look for you to come to me every night and tantalize me again.
You tantalize me more.
You also hurt me"
I.N

AgainWill say thanks for all who read my storyleave word and starts it 💗💗💗💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Again
Will say thanks for all who read my story
leave word and starts it 💗💗💗💗

See you next timeee 👋👋👋

Hyunyang Short FicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang