Mr. Tight Pants and Scraft Boys

1K 87 2
                                    


*
*
*

Ini bukan tahun 70, dimana baju warna warni, kilap dan mencolok menjadi pakaian yang wajar, ini bukan pula jaman Elvis Presley dimana para laki-laki terbilang keren jika mengenakan celana yang ketat di bagian tertentu, lalu seingat Jeongin ia juga tidak satu sekolah dengan salah satu anggota band yang hobi mengenakan pakaian-pakaian semacam itu.

Tapi lagi-lagi mata rubah itu mendapati pemandangan dimana kaki-kaki jenjang itu dibalut dengan kain yang begitu ketat hingga menjiplak bentuk kaki tinggi ramping itu.

Yang Jeongin, pemuda itu merotasikan matanya muak. Lagi-lagi pemandangan itu yang disuguhkan di pagi hari, bahkan mungkin sampai sore hari nanti.

Baru melewati gerbang saja Jeongin merasa sudah sial, kenapa ia harus berpapasan lagi dengan kakak kelasnya yang satu itu?

Hampir setiap pagi semenjak menjadi murid baru di sekolah ini Jeongin selalu berjumpa dengan kakak tingkatnya itu.

Tampan, sih.

Tapi, Jeongin risih.

Astaga, lihatlah bagaimana celana itu sangat menjiplak setiap lekuk bagian bawahnya?

Juga kemeja seragam yang kekecilan sama sekali tidak bantu menutup sedikitpun, melihatnya saja Jeongin jadi sesak sendiri.

"Pagi"

Sialnya Jeongin itu sebenarnya mengenal sosok yang sangat mengganggunya itu. Tidak sengaja kenal sebenarnya.

Jeongin tersenyum membalas sapaan kakak tingkatnya yang entah sejak kapan sudah berjalan beriringan dengannya. Langkahnya ia percepat, jujur saja sangat risih berjalan bersama kakak tingkatnya yang satu ini.

Orang tampan mana ada yang tidak populer?

Tapi bukan karena tampannya yang membuat Jeongin risih, melainkan mata-mata yang menatap ke arah mereka, atau tepatnya ke arah kakak tingkatnya itu.

Wajah plus ditambah penampilan yang, ehm.. tentu saja berhasil menarik banyak sekali perhatian.

Jeongin hembuskan nafasnya pelan, langkahnya terhenti untuk mengambil sesuatu dalam tasnya.

Sosok yang berjalan bersamanya ikut hentikan langkah, memperhatikan penuh minat dengan senyum tipis tersemat di bibir tebalnya.

"Kak Hyunjin, sini" Jeongin membuat gestur agar Hyunjin mendekat sesaat setelah ia mendapatkan apa yang ia cari di dalam tasnya.

Hyunjin tersenyum lebar, dengan semangat memepet adik kelasnya yang satu itu, tahu benar apa yang akan dilakukan oleh makhluk lucu itu kemudian.

Jeongin berjongkok, mengikatkan syal yang baru ia keluarkan dalam tasnya ke salah satu pengait sabuk di celana Hyunjin sambil mendumal.

"Kak, Jeongin udah bilang berapa kali coba. Kakak gak risih, apa?"

Tapi, bukannya menjawab Hyunjin malah cengengesan. Baginya, wajah kesal Jeongin memang yang termanis, dia suka.

Merasa diabaikan Jeongin mendongak, mencebik sebal menemukan kakak tingkatnya itu sedang tersenyu senyum tidak jelas.

Entah sudah untuk kali keberapa Jeongin harus merelakan syalnya menjadi aksesoris kakak tingkatnya yang satu itu.

Jika dihitung-hitung sejak pertemuan mereka saat penerimaan siswa baru yang hampir sebulan lalu itu, mungkin Jeongin sudah bisa membuka usaha jual syal sendiri.

Karena masalahnya disini, Hyunjin itu tidak pernah sekalipun mengembalikan syal yang Jeongin pinjamkan, tolong garis bawahi kata pinjamkan.

Tapi herannya, meski tidak dikembalikan esoknya Hyunjin juga tidak pernah mengenakan barang tersebut.

Hyunyang Short FicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang