6.PANTI CAHAYA SURGA

12 1 0
                                    


" coach Edwin maaf saya lancang," ucap clara di hadapan Edwin Kesuma, pelatih basketnya itu.

" giman clara?"

" ehmm...saya ingin keluar dari basket," kata kata pantangan, seketika keluar dari bibir Clara, kini gadis itu pucat dengan mata terpejam takut seakan tak siap menerima jawaban dari pelatih basketnya.

" hah maksud kamu apa clara berbicara  seperti itu, pernyataan kamu telah menghancurkan mood saya hari ini," jawab edwin dengan mata me merah geram.

" Maaf coach ada hal, yang membuat saya tidak bisa meneruskan basket,"

" ya bagaimana lagi clara, saya tidak bisa memaksa," jawab pelatih basket itu pasrah.

Kini Clara sedikit lega, wajah nya yang pucat, sedikit demi sedikit memudar pelan.

" berarti clara , perjuangan kamu untuk koleksi medali terhenti di sini?"

" iya, caoch benar, sekali lagi saya minta maaf," jawab gadis itu lesu.

" saya maaf kan Clara, kamu yang merangkai jalan hidup mu sendiri, saya tidak ada hak, maka dari itu terserah kamu,"

Kehabisan kata, Clara hanya mematung terdiam dengan wajah lesu. Keputusan gilanya itu sedikit membuat ia menyesal.

" saya, permisi caoch,"

" oke clara, silahkan,"

***

" hah... serius elo keluar basket clar," tanya Rafa meletup kaget, sembari menyembur es teh manis kantin sekolah.

" hemmm"

" astagah Clara, elo bego boleh tapi kali ini begonya elo, udah nggak ketulung!!" celetuk Rafa penuh amarah.

" ashhh, elo diem dulu kek Raf, mau makan soto kok nggak tenang,"

" mana gua bisa diem oon!!!, bego lo udah bergoyang,"

Clara menghentikan melahap soto kantin dan melamun bingung. Perkataan Rafa berusan membuatnya sedikit was was akan keputusan bodoh nya itu.

" iye ya, bego gua udah kelewat batas," gumam nya sadar.

" terus lo cuma diem dan nggak berubah pikiran?"

"Nggak, ngapain di ubah," jawab Clara tak peduli, dengan wajah acuh dan melanjutkan melahap soto pedas nya itu.

" ash Clara,clara , untung lo cantik oon lu ketutupan deh," balas Rafa pasrah.

" alhamdulilah, gua cantik,"

Kini Rafa berhenti menjawab, dia hanya dapat terdiam dan meringis heran terhadap sahabat gila nya itu.

" eh Clara lo harus tau ini," Rafa kembali memulai perbincangan dengan serius.

" ehmm,apaan lagi,"

" gua denger Abi kelas XI IPA 2 kan?"

" ish, gua mau makan soto tapi nggak tenang dari tadi, heran gua, tadi basket sekarang orang gila yang elo bahas,"

Clara kesal dan kini ia benar benar kehilangan mood makan nya.

" ya maaf gua kan cuma tanya doang clar, eh tapi ada yang aneh lo," pembicaraan mereka kini serius, Rafa mulai mendekati  Clara.

" opo to jane, ndang ngomong ngono lo,"

" lo ngomong apa si clar, plis jangan jebak gua, mentang mentang emak lo orang semarang, lo seenak nya ya," ucap Rafa yang bingung, bercampur emosi.

" dah, lupakan cepet mau ngomong apa lo,"

" Abi nggak punya temen tau, kasihan ya, dengar denger dia pun nggak ada temen sebangku, dan dia pernah mengakui diri, kalo dia nggak pandai bersosialisasi di depan anak anak osis," tukas Rafa panjang lebar.

B I C L A R A  antara cinta dan kataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang