[BAGIAN 2] TATAPAN ITU

22 8 2
                                    

Hari ini adalah hari Senin, waktu diadakannya upacara. Saat hal yang tidak disukai oleh sebagian besar pelajar. Alasannya simple, karena matahari pagi terasa membakar badan dan amanat dari pada wakil dewan guru yang hanya membahas hal yang itu-itu saja.

Meskipun begitu, mau tidak mau warga sekolah wajib mengikuti upacara sebagai tanda penghormatan bagi para pahlawan.

Dara masih di kelasnya menunggu pihak guru memanggil para murid lewat speaker yang terhubung ke seluruh kelas.

Ia daritadi hanya mengipasi dirinya dengan topi, jengah. Karena pusing melihat para murid laki-laki mondar-mandir membuka tutup pintu dan berlarian ke sana-kemari tanpa tujuan yang jelas.

AC di setiap kelas ada 2 buah tapi kenapa panasnya seperti melihat dia jalan dengan yang lain?! Huh! Dia hiperbola sekarang.

“We! Ke bawah, upacara! Udah disuruh!” Teriak Deon--ketua kelas-- ke penjuru kelas.

“Lho? Biasanya diumumin make speaker?” Tanya salah satu anak

“Speakernya rusak, udah buruan! Keburu makin panas!”

Darapun mengajak Vania--teman satu mejanya-- untuk turun. Dara dan Vaniapun sampai di bawah. Beruntung kelas 11 ada di lantai 2, jadi tidak terlalu menguras tenaga untuk naik turun tangga.

Sampai di lapangan, tempat itu sudah ramai oleh warga sekolah. Saat dirasa semua murid SMA Tripati sudah berkumpul, barisan pun dibentuk. Saat semua baris terlihat rapih, pembina upacara pun menginstruksikan agar upacara dimulai.

Pengibaran bendera pun berjalan lancar. Sampai saatnya untuk amanat, pasukan diistirahatkan di tempat. Pembina upacara pun maju untuk menyampaikan amanatnya.

Saat pembina selesai mengucapkan salam dan disusul pembukaan Vania berkata,“huh... Lama dah kalo dia yang ngasih amanat, pembukaan panjang banget kaya cerita Tukang Bubur Naik Haji, nggak ada habisnya.”

“Hush! Jangan ngomong kayak gitu, gak sopan. Tapi, emang bener sih. Apalagi kalo nyuruh bikin teks pidato islami, selembar penuh buat pembukaan doank,” sahut Dara

“Jangan ngobrol, nanti ditegur!” Sahut orang yang ada di belakang Vania, hanya dijawab anggukan oleh keduanya.

Amanat pun selesai diikuti dengan serangkaian kegiatan penutup. Sampai protokol berkata hal yang ditunggu peserta upacara,“upacara selesai, barisan dibubarkan.”
Dan disambut tepuk tangan dan kaburnya para peserta upacara yang ingin ke kelas ataupun ke kantin.

“Dar, anterin kantin ya?” Tanya Vania dan ditanggapi anggukan oleh Dara.

“Van, kantinnya rame banget. Gue nunggu sini aja ya.”

“Ok, mau nitip gak?” tawar Vania.

“Nggak deh, gue bawa air dari rumah.” Setelah itu, Vania langsung menuju ke bilik kantin.

Setelah kepergian Vania, Dara dikagetkan dengan sebuah suara,“sendirian aja Eneng, Abang temenin ya,” Godanya.

Dara yang sedang fokus melihat story WhatsApp teman-temannya pun terlonjak kaget.

'Ini kenapa makhluk blasteran ayam sama kambing ada di sini sih?!' umpat batin Dara jengah dengan kelakuan makhluk di depannya ini.

“Ogah! Mending tidur di kuburan daripada duduk di sini sama lo!” Kata Dara menanggapi ucapan Raihan.

“Ya, kalo Eneng gak mau duduk di sini, duduk di pelaminan aja, Abang siap Neng,” Kata Raihan semakin gencar menggoda Dara

Dara membalas ucapan Raihan dengan tatapan menusuk. Raihan yang menyadari tatapan dari Dara, ia pun mengangkat kedua tangannya.

SURRENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang